*BGT Bab 9

"Kakak kamu pasti tidak ingin kamu pergi dengan cara bunuh diri. Dia ingin kamu tetap hidup. Jika tidak, dia pasti tidak akan mengorbankan dirinya hanya untuk melindungi kamu. Sebaliknya, kamu harus membuat mereka yang menyakiti kamu membayar semua yang sudah kamu alami. Kembalikan duka ini berpuluh kali lipat. Supaya mereka bisa merasakan, rasa sakit yang kamu alami karena ulah mereka."

Ucapan itu membuat Cherry terdiam. Tapi, darahnya mengalir dengan cepat. Memicu pikiran untuk membenarkan apa yang perempuan itu katakan.

Cherry menggenggam erat tangannya sekarang. Tatapannya lurus ke depan.

"Ya, apa yang mbak katakan itu sangat benar. Aku tidak akan jadi manusia lemah lagi sekarang."

Perempuan itu tersenyum lebar.

"Panggil aku kakak! Kakak Laras. Atau, kakak besar."

Begitulah awalnya semangat Cherry dibangkitkan malam itu. Perlahan tapi pasti, perempuan dengan nama Laras mengubah Cherry yang lemah, yang selalu tertindas dan terus bertahan menerima semua perlakuan buruk menjadi perempuan kuat.

Tembok tepian laut menjadi saksi berubahnya seorang gadis lembut akibat dendam yang menyala dalam hati. Tekat yang besar, karena ada dorongan yang kuat membuat perubahan besar segera tercipta.

*Lima tahun kemudian.

Waktu terasa cepat berlalu melewati manusia tanpa meninggalkan jejak. Perubahan pasti terjadi, tapi tidak ada yang tahu pasti jika orang itu masih tetap tidak beranjak dari tempat dia berdiri sebelumnya.

Sementara itu, yang ingin berubah, maka akan menunjukkan perubahannya yang nyata. Seolah kepompong yang kini telah berganti menjadi kupu-kupu yang indah. Tapi sayang, tidak bisa disentuh jika si kupu-kupu tidak ingin hinggap dengan niat dari si kupu-kupu itu sendiri. Begitulah sebuah perumpamaan untuk seorang gadis yang dulunya tertindas, kini telah bangkit dari ketertindasannya itu.

Memang, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan sebuah perubahan. Tapi, setiap usaha tidak akan pernah mengkhianati hasilnya. Apalagi usaha yang disertai dengan doa juga niat yang kuat. Maka hasilnya akan sama dengan yang kita harapkan.

Bandara pusat kota jadi saksi pertama kepulangan Cherry dari luar negeri setelah kepergiannya lima tahun yang lalu. Yah, Cherry. Gadis yang dahulunya adalah gadis miskin dengan nasib buruk, kini sudah jauh berbeda.

Dia yang pintar, cantik, juga punya tekat yang kuat, kini telah kembali dengan tampilan baru. Bukan tampilan gadis lusuh yang miskin lagi. Melainkan, tampilan gadis kelas atas yang sangat mewah dan juga anggun.

Dari pakaian yang ia kenakan, dia terlihat seperti anak orang kaya pada umumnya. Karena semua yang ia pakai, semuanya berasal dari merek ternama yang tidak banyak orang bisa membelinya.

Cherry membuka kaca mata yang dia kenakan ketika kakinya menginjak keluar dari kawasan bandara. Dengan senyum lebar, Cherry memperhatikan sekeliling. Memperhatikan dengan seksama tanah air yang dulunya pernah membuat dia sangat terluka.

"Kotaku, aku kembali. Semua yang pernah menoreh luka, bersiap-siaplah kalian sekarang. Karma kalian akan segera tiba." Cherry berkata dengan nada pelan sambil mempertahankan senyum getir di bibirnya.

Lalu, seseorang datang menghampiri Cherry. Menyapa Cherry dengan sopan, membuat Cherry langsung menghentikan apa yang sebelumnya ia lakukan.

"Selamat datang kembali, Nona. Saya ditugaskan untuk menjemput nona oleh kakak besar."

Ya, pria itu adalah orang suruhan kakak besar alias Laras yang pernah membangkitkan semangat Cherry. Keberadaan Cherry di luar negeri juga tidak luput dari bantuan Laras. Dan, orang yang kini ada di depan Cherry adalah tangan kanan Laras. Tepatnya, pria yang pernah menyelamatkan Cherry ketika Cherry berniat untuk bunuh diri.

"Kak Letto. Kak Laras di mana? Bukankah dia berjanji waktu itu, kalau dia sendiri yang akan menjemput aku ketika aku kembali dari luar negeri."

Letto terdiam. Sepertinya, ada sebuah beban kesedihan yang dia pendam saat ini. Tapi, dia tidak bisa menyampaikan secara langsung sekarang. Mengingat, orang yang baru dia temui ini, baru saja menginjakkan kaki di tanah air. Bagaimana mungkin dia langsung mengatakan beban yang dia tanggung sekarang.

Tapi, Cherry adalah perempuan yang terlahir dengan kepekaan yang cukup kuat. Jadi, reaksi apapun yang Letto sedang rasakan, atau sedang ia sembunyikan saat ini, Cherry bisa merasakannya dengan jelas.

"Kak Letto. Kenapa kamu diam? Kak Laras baik-baik saja, bukan?"

"Nona .... "

"Panggil aku adik saja. Tidak perlu memanggil aku nona. Karena kamu memanggil kak Laras dengan sebutan kakak, maka kamu panggil aku dengan sebutan adik. Kita ini sama, bukan?"

Ucapan itu membuat Letto menatap Cherry dengan tatapan yang sulit untuk Cherry pahami. Tapi, suasana itu tidak lama. Karena beberapa saat kemudian, Letto langsung mengangguk pelan.

"Adik. Ayo ikut pulang sekarang juga! Ada yang ingin aku tunjukkan padamu."

"Tunggu! Kamu belum jawab pertanyaan ku, kak Letto. Di mana kak Laras? Gak mungkin dia lupa dengan janjinya, bukan?"

"Dia tidak lupa. Tapi, ada halangan besar yang membuat kak Laras tidak bisa datang. Jika kamu ingin tahu, kamu ikut aku sekarang juga. Aku tidak bisa menjelaskan dengan kata-kata soalnya."

Dengan perasaan yang dipenuhi tanda tanya, Cherry terpaksa langsung mengikuti Letto masuk ke mobil. Lalu, tanpa ada satu patah pun kata yang terucap, mobil berjalan dengan tenang menuju suatu tempat.

______________________________________________

Catatan. Mohon maaf karena kemarin gak sempat up. Soalnya, gak sempat nulis gara-gara kesibukan dunia nyata ya teman-teman semua. Harap maklum, hehehe .... Mau akhir ramadhan. Pada sibuk banget, kan? Jadi, sama-sama ngerti aja lah kita.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***