Dengan perasaan yang dipenuhi tanda tanya, Cherry terpaksa langsung mengikuti Letto masuk ke mobil. Lalu, tanpa ada satu patah pun kata yang terucap, mobil berjalan dengan tenang menuju suatu tempat.
Hampir satu jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di suatu tempat yang sangat membuat Cherry kebingungan. Dia turun dengan langkah berat saat Letto membuka pintu mobil untuknya.
"Ini ... makam? Kenapa kita ke sini, kak Letto?"
"Ikut aku, maka kamu akan tahu," ucap Letto sambil berjalan mendahului Cherry.
Cherry yang semakin merasa bingung, terpaksa langsung melakukan apa yang Letto katakan. Tidak ada waktu untuk bertanya lagi sekarang. Karena Letto tidak akan menjelaskan apapun.
Beberapa saat berjalan, Letto tiba-tiba berhenti tepat di sebuah makan dengan nama yang sangat membuat Cherry terpaku akibat syok.
Kakinya terasa lemas seketika. Meski dia masih bingung, tapi nama yang tertulis di situ cukup jelas.
"I-- ini ... apa maksudnya semua ini, kak Letto!? Jangan main-main kamu, kak!" Cherry berucap dengan nada tinggi. Air mata juga tidak bisa ia bendung lagi.
Meski sudah menjadi gadis yang kuat. Tapi pukulan ini terasa sangat berat. Tidak bisa ia tahan meskipun dia ingin.
Sementara itu, Letto yang mendapat pertanyaan malah menunduk dengan wajah yang sangat sedih. Bukannya memberikan penjelasan, Letto malah diam seribu bahasa. Membuat emosi Cherry naik seketika.
Dengan rasa sedih bercampur kesal, Cherry langsung menarik kerah baju Letto dengan kuat. "Katakan padaku, kak Letto! Apa ini!? Kenapa kamu diam saja! Jelaskan padaku sekarang ...!"
Letto langsung menatap Cherry. Tanpa berniat melepaskan cengkraman Cherry dari kerah kemeja yang dia kenakan, Letto berusaha tetap tenang.
"No-- nona ... ah, adik. Ini adalah kenyataan yang sedang kita alami saat ini. Kakak besar tidak bisa hadir di saat kamu kembali pulang ke tanah air. Karena ... dia telah pergi untuk selama-lamanya."
Mendengar ucapan itu, kaki Cherry yang awalnya sudah lemas, kini mendadak semakin merasa lemas. Bahkan, seakan tidak bisa bertahan untuk tetap menopang berat tubuhnya. Seketika itu pula, Cherry terjatuh ke tanah.
"Adik!" Letto langsung merebut tubuh Cherry.
Tapi sayang, sudah terlambat. Cherry sudah jatuh ke tanah dengan sempurna.
"Tidak mungkin. Ini ... tidak mungkin."
"Inilah kenyataannya adik. Kakak besar sudah tidak ada lagi."
"Bagaimana mungkin!"
Letto lalu menceritakan semuanya. Bagaimana kronologi kematian Laras dengan detail. Yang ternyata, Laras mati dalam sebuah kecelakaan.
Ternyata, Laras adalah anak orang kaya. Tapi, karena kekayaan itu dia kehilangan kedua orang tuanya. Tantenya yang jahat ingin menguasai seluruh harta yang orang tua Laras miliki. Karena itu, dia menyingkirkan kedua orang tua Laras.
Tapi, Laras tidak membiarkan hal tersebut terjadi. Dia bangkit, berusaha melawan meskipun saat itu, usianya masih sangat muda. Dia berhasil mengalahkan tantenya setelah usaha besar yang dia lakukan.
Tapi, siapa sangka kalau si tante malah jadi semakin brutal. Hal tersebut membuat perlawanan antara keduanya berubah menjadi semakin sengit saja.
Percobaan pembunuhan pun beberapa kali terjadi. Yang mengakibatkan Laras kehilangan satu teman, dan satu pacar karena ulah si tante. Kedua orang itu kehilangan nyawa hanya untuk melindungi Laras hingga beberapa tahun berlalu.
Tapi, ternyata itu masih belum cukup. Si tante yang punya bekingan kuat tidak mudah di kalahnya. Dia terus mengincar Laras hingga kecelakaan fatal itu Laras alami. Sampai, nyawa Laras melayang karena dendam juga keserakahan yang tantenya miliki.
"Ja-- jadi ... kak Laras pergi karena di bunuh?" Cherry membulatkan mata menatap lurus ke depan.
"Garis besarnya, iya. Tapi sayang, tidak ada bukti yang bisa membuat kita menuduh perempuan licik itu sebagai pembunuh kakak besar. Jadi, kita tidak bisa menghukum si perempuan licik di jalur hukum."
"Jika tidak bisa menghukum dengan cara menyeret ke jalur hukum, bagaimana dengan jalur karma yang datang secara langsung di atas dunia, kak Letto?"
Ucapan itu membuat Letto menatap tajam Cherry. "Cherry, dia bukan tandingan kita. Jangan berpikir terlalu gegabah. Kakak saja tidak bisa menghukum perempuan jahat itu."
"Aku yakin kalau kakak bukan tidak bisa, tapi kakak tidak ingin. Karena perempuan itu adalah tante kakak. Kalau aku, dia bukan siapa-siapa aku. Maka aku bisa menghukumnya dengan jalur karma sesuai yang aku inginkan."
"Kamu yakin, adik?"
Cherry menoleh. "Tentu saja aku yakin, kak Letto. Bahkan, aku sangat yakin. Aku akan memberikan pelajaran berharga buat mereka yang sudah bahagia karena telah menindas orang lain. Roda telah berputar. Untuk itu, tunggu apa lagi kita sekarang."
"Aku akan selalu mendukung semua keputusan kamu, Cherry. Sesuai dengan pesan kakak sebelum pergi, aku akan menjaga kamu dengan baik. Juga, menjadi tangan kanan kepercayaan kamu sesuai janjiku pada kakak waktu itu."
"Terima kasih banyak, kak Letto. Aku juga akan menjaga kakak. Tidak akan aku biarkan orang kejam merenggut apa yang aku punya lagi ke depannya."
"Baiklah. Berjanjilah kalau kamu akan selalu baik-baik saja. Agar aku bisa melunasi janjiku pada kakak besar."
Cherry hanya tersenyum lebar. Lalu, dia menjawab dengan anggukan pelan atas apa yang Letto katakan barusan.
"Ya sudah, kalau begitu, kamu ikut aku sekarang. Masih ada banyak hal yang harus aku tunjukkan padamu, adik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Arvino Xafir
aku yakin keadilan pasti ada
2023-06-27
0