Kekuatan Tersembunyi Jihyun

Jihyun melayangkan tatapan kesal pada keduanya. Meski kakaknya memang selalu pulang dalam keadaan penuh luka dan lebam, tapi kali ini Jihyun mengetahui kalau ada yang berbeda. Apalagi kakaknya tidak pernah pingsan dan ini adalah yang kedua kalinya bagi sang kakak tidak sadarkan diri ketika bersama mereka.

"Buat aku awaken, tidak peduli bagaimanapun caranya. Setiap kali kalian melakukan dungeon raid, aku juga akan ikut memasuki dungeon. Jangan ada yang berani membantahku!"

"Tidak! Saya sebagai komandan pertama pasu—"

"Apa hubungannya denganmu? Apa kalian benar-benar berniat untuk melindungi kakaku? Aku tahu kalian ingin membuatnya menjadi kuat, tapi tidak harus sampai seperti ini!" Jihyun menangis sesegukan. Baru kali ini dia merasa ketakutan yang mendalam. Rasa takut akan kehilangan satu-satunya keluarga yang tersisa.

Padahal sebelumnya gadis itu tidak pernah merasa seperti ini. Dia selalu pasrah dan hanya bisa berharap kakaknya akan berada di ambang pintu dan menekan tombol bel rumah. Myano hendak membuka mulut, namun Devin menghentikannya.

"Kami teledor, ini sepenuhnya adalah kesalahan kami. Mohon maaf, Nona." Devin membungkuk, menunjukkan wajah penyesalan di depan Jihyun.

"Baiklah, terserah saja! Untuk sekarang aku hanya ingin kalian membantuku awaken, hanya itu. Dan aku tidak ingin mendengar alasan lain yang bertentangan dengan dalam bentuk apapun." Jihyun bangkit berdiri, menyerahkan kakaknya pada Maggie untuk mendapatkan perawatan dari para healer.

"Sebelum itu, izinkan saya untuk menyampaikan beberapa hal." Myano melangkah mendekati Jihyun, menatap gadis itu dengan serius.

"Katakan saja."

"Anggap saja Nona sudah menjadi hunter, tapi bagaimana cara Nona akan meyakinkan Tuan? Saya tahu Tuan tidak akan mengizinkan untuk melibatkan Nona dalam bahaya." Myano menggelengkan kepala dengan pelan, membuat Jihyun tertegun sejenak mendengar perkataannya.

"Memang benar kalau kakak tidak akan mengizinkanku ikut dengannya ketika melakukan raid. Kalau begitu tinggal sembunyikan aku dan bawa diam-diam tanpa sepengetahuannya. Mudah saja, kan?" Jihyun melipat tangan di bawah buah dada, menatap sinis ke arah Myano yang berada di hadapannya dengan mata bengkak.

Myano menelan ludah mendengar itu. Seolah Jihyun sudah tahu tentang kemampuannya yang bisa menyembunyikan apapun dalam bayangannya sampai kapasitas tertentu.

"Jika Nona adalah item, maka saya bisa dengan mudah menyembunyikannya. Mustahil menyembunyikan sesuatu yang besar." Myano kembali menggelengkan kepala. Dia berpikir tidak mungkin bagi Jihyun mengetahui tentang kekuatannya di saat Tuannya sendiri belum mengetahui kemampuan semacam itu.

"Mencoba untuk membohongiku, Komandan Myano?" Jihyun berjalan mendekat, menatap lurus mata Myano dalam jarak beberapa senti saja. Myano menghela napas pelan, balik membalas tatapan gadis di depannya.

"Darimana Nona mengetahui itu?" Myano bertanya dengan nada lembut, meski merasa sedikit kesal. Setidaknya dia harus tahu siapa informan dibalik semua ini.

"Apa hal itu perlu ditanyakan lagi? Maggie memberitahuku begitu saja, padahal aku tidak bertanya apapun padanya." Jihyun mengelap sisa air di ujung mata. Perasaannya sudah jauh lebih baik.

"Maggie, ya?!" Myano tersenyum sambil memejamkan mata. Jihyun dapat melihat dengan jelas urat yang mencuat di keningnya. Myano merasa sangat jengkel pada Maggie yang selalu menjadi mulut dari setiap bocornya informasi.

"Baiklah, saya mohon maaf karena sudah berani berbohong. Tapi untuk awakening dan menjadi hunter itu tidaklan mudah. Saya tidak berjanji Nona bisa mencapai yang diharapkan."

"Tidak perlu khawatir. Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan. Aku tidak tahu apa ini bisa disebut sebagai awaken atau bukan, tapi lihatlah sendiri."

Jihyun melangkah mundur beberapa meter menjauhi Myano. Setelah itu dia berdiam diri selama sekian detik sambil beberapa kali menghela napas. Jihyun merentangkan tangan, beberapa saat kemudian tubuhnya terangkat tiga puluh senti dari permukaan tanah.

Myano terpaku melihat itu. Apalgi ketika cahaya kehijauan yang mengelilingi tubuh Jihyun. Myano bisa merasakan bahwa pancaran cahaya itu menyimpan kekuatan yang besar. Meski tidak setara dengan kekuatannya, tapi setidaknya kekuatan itu setara dengan kekuatan komandan pasukan undead.

"Daeimana dia mendapatkan kekuatan sebesar ini?" Devin yang berada tidak jauh dari sana tentu juga ikut merasakan pancaran kekuatan itu.

Joongmin yang tengah pingsan juga samar-samar merasakan kekuatan itu. Dia perlahan membuka mata dan melihat beberapa healer bawahannya sedang mengobati luka di sekujur tubuhnya.

"Uugghh!!" Joongmin sedikit meringis ketika merasakan energi yang kuat memadat di sekitarnya disaat kondisi Joongmin sedang tidak baik-baik saja.

"Apa yang terjadi?" Joongmin berusaha bangkit dengan menopang tubuh pada tangannya. Joongmin masih tidak bisa menggerakkan kakinya karena mati rasa. Beberapa healer yang saat ini tengah berada mengelilinginya hanya diam membisu, membuat Joongmin merasa sedikit kesal.

"Aku akan pergi memeriksanya sebentar." Joongmin berusaha bangkit berdiri. Para healer juga membantu ketika melihat Joongmin seperti tidak bisa menopang tubuhnya sendiri.

Mereka pergi menuju halaman depan tempat Jihyun berada. Dari ambang pintu apartemen Joongmin dapat melihat dengan jelas punggung adiknyaadiknya yang tengah melayang di udara. Rambut dan pakaian yang dikenakan gadis itu berayun pelan.

Joong membelalak, menatap pemandangan di depannya seolah tidak percaya. Seorang adik perempuan yang menjadi alasan baginya untuk menjadi lebih kuat kini mengambang dengan pancaran kekuatan yang hebat. Joongmin tidak tahu apakah dia harus bangga atau justru khawatir pada gadis itu.

"Panggil Maggie untuk menghadap padaku." Joongmin memberi perintah tanpa mengalihkan pandangannya. Jika ada sesuatu yang terjadi pada Jihyun namun tidak diketahui olehnya, maka yang perlu ditanyakan adalah Maggie yang merupakan penjaga pribadi Jihyun. Seharusnya komandan pasukan Elf itu tidak pernah berada jauh dari Jihyun karena perintah dari Joongmin.

Joongmin perlahan melangkahkan kaki berusaha mendekati Jihyun sembari menunggu kedatangan Maggie dengan penjelasannya. Meski terhuyung-huyung, Joongmin tetap memaksakan tubuhnya.

Dari kejauhan Joongmin dapat melihat Maggie yang tengah berlari menghampiri dirinya. Melihat itu, langkah Joongmin terhenti. Dia menunggu Maggie sampai di hadapannya.

"Komandan pasukan Elf, Maggie, menghadap pada Sang Penerus." Maggie langsung berlutut di tepat di depan Joongmin. Kepalanya tertunduk menghadap tanah.

"Bisakah kamu menjelaskan apa yang terjadi pada adik kesayangan ku, Maggie?"

Terpopuler

Comments

Guweh

Guweh

Hayoloooo

2023-07-09

1

Cadis Etrama Di Raizel

Cadis Etrama Di Raizel

Ga sabaran banget mbak

2023-07-01

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!