Kegagalan dan Kekalahan

Pertarungan terus berlangsung. Myano dan Devin hanya bisa berdiam diri melihat dua kekuatan besar yang saling beradu di depan mereka.

Joongmin memang sudah mewarisi seluruh kekuatan Neelabert, tapi dia belum bisa menguasai kekuatan itu sehingga menyebabkan kekuatannya secara keseluruhan hanya setara dengan komandan dari pihak lawan.

"Devin, sepertinya kita tidak bisa hanya berdiri dan menonton saja. Kekuatan mereka imbang. Jika terus seperti ini, maka tinggal menunggu waktu sampai tuan akan kalah karena kelelahan!" Myano berseru pada Devin yang masih tetap tegap berdiri dengan luka disekujur tubuhnya.

"Benar, lebih baik kita membantunya ketika dia masih memiliki stamina." Devin mencoba tersenyum kuat khas miliknya meski dia merasakan sakit luar biasa yang menggerogoti setiap jengkal tubuh penuh luka itu.

Setelah menyepakati untuk membantu, mereka langsung melesat menyerang. Myano sudah mempersiapkan dua senjata yang berbeda di setiap tangan, sedangkan Devin masih menyerang dengan tangan kosong. Mereka berdua menyerang dari titik buta, yaitu serangan dari belakang dan dari atas.

Ketika Artyom masih memfokuskan penglihatannya pada serangan beruntun dari Joongmin, Myano menjadi yang pertama kali menyerang dari punggung Artyom, membuat konsentrasinya buyar selama beberapa detik karena terkejut. Meski begitu, Artyom masih berhasil menghindari serangan kejutan yang dilancarkan oleh Myano.

Devin langsung memberikan serangan kejutan susulan, tidak ingin memberi jeda pada Artyom. Devin melesat dengan kepalan tinju di tangan kanan sambil memegang senjata yang terlihat seperti sabit di tangan kiri. Jika dilihat sekilas, paduan serangan seperti itu terasa sangat amatir, namun itu adalah serangan yang merupakan salah satu kartu As Devin dalam pertarungan.

Artyom baru menyadari serangan Devin ketika tinjunya sudah berjarak beberapa meter dari atas kepala. Artyom tidak sempat menghindari serangan itu dan tinju Devin mendarat tepat mengenai kepala Artyom, membuat suara retakan terdengar pelan.

"Aarrghh!" Artyom berseru kesakitan. Di melihat mundur beberapa langkah untuk membuat jarak. Artyom menatap jengkel pada tiga orang yang berdiri dengan kuda-kuda di depannya.

Meski kekuatan mereka secara individu tidak sebanding dengan Artyom, namun sinkronisasi yang bagus saat melakukan serangan berhasil membuat Artyom terpukul mundur. Artyom menggigit bibir bawah mengetahui dirinya masih tidak bisa mengalahkan lawan meski mereka sedang berada di titik terendah.

"Sepertinya waktu bermain sudah habis. Aku akan kembali lain waktu. Terima kasih atas sambutan hangatnya." Artyom tersenyum sambil memetik jari. Seketika itu pula batang tubuhnya menghilang tanpa jejak.

Beberapa detik setelah Artyom lenyap dari pandangan, Joongmin mulai merasakan tubuhnya sangat terbebani. Dia jatuh tersimpuh, memuntahkan seteguk darah. Myano dan Devin terkejut melihat itu, termasuk juga dengan Neelabert. Padahal prediksinya tidak pernah salah, tapi justru dia melihat Joongmin yang sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Tuan!" Myano segera berlari menghampiri Joongmin, membantunya berdiri dan menopang tubuh.

"Ternyata memang masih terlalu awal." Devin menyusul menghampiri, menatap Joongmin dengan helaan napas berat.

"Kita tidak mungkin melanjutkan raid dengan keadannya yang seperti itu. Kita akan kembali dan melanjutkan raid di lain waktu." Devin melanjutkan sembari berjalan melewati keduanya.

"Tidak..."

Suara lirih Joongmin berhasil menghentikan langkah kaki Devin, membuat komandan iblis itu menoleh ke arahnya. Myano yang sedang menganggap tubuh Joongmin juga ikut terheran.

"Jika hanya segini...aku...masih bisa...untuk melanjutkan." Joongmin terbaruk pelan. Suaranya terdengar sangat lirih dan terbata, namun dia tetap memaksakan suaranya untuk terdengar.

"Aku adalah...majikan kalian. Jangan membuatku terlihat....menyedihkan." Joongmin kembali terbatuk. Kali ini beberapa teta darah ikut keluar dari mulutnya.

"Tuan tidak harus memaksakan diri seperti itu. Saya setuju dengan Devin. Maaf, tapi tuan harus kembali dan memulihkan diri." Myano menatap sendu ke arah Joongmin yang berada di sampingnya.

"Bencana sudah semakin dekat. Jangan sampai tuan berada di titik terlemah karena terlalu memaksakan diri. Jika sampai hal itu terjadi, maka akan berakibat sangat buruk untuk apapun." Myano berusaha meyakinkan Joongmin, berharap remaja yang saat ini menjadi majikannya akan mendengarkan perkataan Myano dan memutuskan untuk berlabuh di tempat tidur.

Joongmin terdiam sejenak. Dia masih berkutat dengan pikirannya tentang pilihan mana yang akan dia ambil. Joongmin tidak berpikir bahwa Myano dan Devin salah, justru mereka memiliki alasan yang kuat. Hanya saja, Joongmin tidak ingin menyerah dengan mudah. Tapi dia juga tidak bisa hanya terus mengikuti keegoisannya.

"Baiklah, aku rasa kalian...ada benarnya. Kita akan kembali sekarang." Joongmin menarik napas dalam, mengumpulkan kekuatan untuk menggerakkan kakinya yang sudah mati rasa.

"Devin, pegang tuan sebentar." Myano beralih menatap Devin yang tidak jauh darinya. Devin mengangguk, melangkah mendekati Myano dan menggantikannya memegang Joongmin yang tidak bertenaga.

Myano bertransformasi kembali ke bentuk naga. Dengan begitu dia bisa membawa keduanya pergi lebih cepat, terutama bagi Joongmin yang bahkan tidak bisa menggerakkan seujung jari. Devin membawa Joongmin di punggungnya, berjalan menaiki sayap Myano. Pasukan yang tersisa menyusul setelahnya.

Myano terbang melewati gate, lalu Devin dengan cepat memunculkan portal yang menuju langsung pada wilayah Guild Arion.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi mereka untuk tiba di tujuan. Sesampainya di sana, Jihyun dan Maggie serta beberapa komandan datang menyambut. Mereka sudah merasakan gelombang energi kekuatan yang aneh saat portal terbuka.

"Kakak!" Jihyun berlari menghampiri Joongmin ketika Myano berhasil mendarat. Dia menjadi yang pertama sebagai orang yang mengkhawatirkan Joongmin lebih dari siapapun.

"Apa yang terjadi?" Jihyun menatap Myano dan Devin bergantian. Mata dan wajahnya memerah seketika melihat tubuh Joongmin yang terkulai tidak berdaya.

"Mohon maaf, kami tidak bisa menjaga tuan dengan baik." Myano membungkukkan badan dan diikuti oleh Devin meskipun dia merasa sedikit terpaksa. Bagaimanapun semua ini juga merupakan kesalahan mereka yang tidak mampu menjaga tuannya sebagai seorang bawahan.

"Aku bertanya apa yang terjadi?! Aku tidak membutuhkan permintaan maaf dari mulut kalian!" Jihyun meninggikan suara, membuat keduanya tersentak pelan. Baru kali ini mereka melihat sosok gadis di depan mereka membentak seperti itu.

"Salah satu komandan dari bencana masa depan sudah menampakkan diri di hadapan kami. Segel kekuatan kami saat ini belum sepenuhnya terbuka, ditambah lagi kondisi Tuan yang tidak memungkinkan. Jadi bisa dibilang kalau kamu mengalami kekalahan." Myano menjelaskan dengan wajah tanpa ekspresi. Namun dibalik wajah datar itu tersimpan kemarahan yang mendalam. Bukan terhadap orang lain, melainkan terhadap dirinya sendiri.

"Kalian kalah? Padahal kalian berdua adalah komandan terkuat, kan? Bagaimana bisa kalian kalah hanya pada satu komandan dari pihak musuh? Apa ini yang disebut pasukan terkuat, huh?!" Napas Jihyun terdengar memburu. Dia tidak bisa berpikir jernih, apalagi setelah melihat bercak darah di pakaian yang dikenakan oleh kakaknya.

"Jika kalian tidak bisa melindungi kakakku, maka biarkan aku yang akan melindunginya!"

Terpopuler

Comments

Cadis Etrama Di Raizel

Cadis Etrama Di Raizel

Tolong sadar diri ya kalau lemah

2023-06-21

3

ReN_

ReN_

gausah maksain diri

2023-06-21

3

ReN_

ReN_

Bawahan kok cuma jadi penonton?😵‍💫

2023-06-21

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!