Menceritakan Segalanya

Myano menekan tombol bel dekat pintu setelah sampai di depan rumah. Seperti biasa, Jihyun langsung membukakan pintu. Dia sedikit kaget ketika melihat tubuh kakaknya yang pingsan. Jihyun mempersilahkan mereka untuk masuk, lalu segera mengambil air hangat dengan selembar kain bersih. Devin meletakkan tubuh Joongmin di sofa ruang tamu.

"Aku rasa kita tidak bisa membawanya raid di dungeon lagi. Jika kejadian seperti ini kembali terulang, maka aku tidak bisa menjamin kalau mereka tidak akan datang. Kamu tahu sendiri seperti apa kepekaan mereka terhadap energi dari kekuatan Master. Saat ini kekuatan tuan masih sangat lemah untuk melawan pasukan monarch." Devin memerhatikan Joongmin yang sedang terbaring di sofa dengan seksama. Ternyata Joongmin lebih buruk dari perkiraannya. Dia masih belum tahu kenapa Neelabert memilih anak yang sedang terlelap di depannya ini sebagai penerus resmi.

"Aku tahu, tapi apa yang bisa kita lakukan? Kita sudah kehabisan waktu, bahkan waktu yang dimiliki master juga sudah hampir habis. Jika tuan tidak bisa menjadi kuat secepat mungkin, aku khawatir kita tidak akan bisa menang." Myano menghela napas berat. Dia sedang berpikir keras tentang cara supaya Joongmin bisa bertambah kuat tanpa memancing musuh yang sedang menjaga jarak.

"Devin, aku mempunyai ide dan aku rasa ide ini jauh lebih baik daripada raid di dungeon." Myano melukiskan senyum penuh arti di wajahnya, membuat Devin menatap penuh rasa penasaran.

"Kita akan membawa tuan ke tempat markas kita dan berlatih di sana bersama pasukan yang lain. Latihan ini akan lebih efektif karena mereka lebih kuat bahkan dari bos dungeon Rank-S."

"Tidak buruk."

"Apa maksudmu tidak buruk? Bukannya itu ide yang cemerlang?" Myano mengusap rambutnya, menyeka wajah dengan senyum simpul khas miliknya.

Joongmin menggeliat sambil meringis kesakitan. Perlahan kelopak matanya mulai terbuka, memerhatikan ruangan terang yang masih terlihat buram. Joongmin memegang leher belakangnya karena terasa sangat sakit.

Selang beberapa saat kemudian Jihyun kembali dengan membawa baskom berisi air hangat dan selembar kain bersih serta beberapa makanan ringan. Dia mengelap wajah dan tubuh bagian atas Joongmin dengan penuh perhatian. Jihyun sedikit terkejut melihat tubuh kakaknya yang sudah semakin bagus.

"Kakak sudah bekerja keras, ya!" Jihyun menghela napas lega. Awalnya dia berpikir kalau dua orang itu memanfaatkan atau sedang mengerjai kakaknya, tapi sepertinya tidak seperti itu.

"Yaa...seperti itulah." Joongmin cengengesan ketika adiknya memuji. Baru kali ini dia mendengar pujian dari orang lain. Rasanya tidak buruk juga.

"Kakak tidak perlu terlalu buru-buru. Perjalanan kakak masih panjang, jadi tapakilah selangkah demi selangkah. Jangan langsung melompat jika kaki kakak tidak bisa menjangkaunya." Jihyun mencubit pelan perut kakaknya, membuat Joongmin meringis kesakitan. Untuk sejenak dia merasa adiknya sudah tumbuh dewasa.

Setelah mengobati kakaknya, Jihyun beranjak ke dapur dan menyiapkan sarapan. Dia tahu kalau mereka bertiga belum memakan apapun sejak pagi tadi.

"Tuan, kita tidak bisa kembali ke dungeon lagi. Terlalu beresiko jika berlatih di tempat seperti itu." Myano langsung mengutarakan usulannya pada Joongmin setelah tubuh Jihyun menghilang di balik tembok.

"Apa?! Tapi kenapa? Apa karena aku kehilangan kendali tadi?" Joongmin merasa tidak terima dengan keputusan Myano yang melarangnya berlatih di dungeon. Padahal di tempat yang seperti itu dia bisa berkembang dengan lebih cepat.

"Itu benar, tapi tidak perlu khawatir. Kita tetap akan berlatih di dungeon, tapi bukan dungeon yang seperti itu." Devin tersenyum ke arah Joongmin. Melihat senyum Devin yang seperti itu membuat Joongmin langsung mengerti apa yang dia maksud.

"Kalau di tempat itu....aku rasa tidak masalah." Joongmin mengacungkan jempol sambil melukiskan raut konyol di wajahnya. Devin dan Myano mengangguk hampir bersamaan.

"Aku harus memberi alasan apa pada Jihyun kalau ingin pergi berlatih di sana? Pasti akan membutuhkan waktu berhari-hari, kan? Aku juga tidak bisa keluar masuk seenaknya atau akan ada hunter dengan ranking tinggi yang menyadarinya. Aaah, sangat menjengkelkan!" Joongmin menghempaskan punggungnya pada sandaran kursi.

\[Padahal sudah aku sarankan untuk memberitahu adikmu yang sebenarnya, tapi kamu terus menolak dengan berbagai alasan egoismu. Apa kamu pikir dia akan merasa senang dengan itu? Pikiran lagi bocah! Jika kamu ada di posisinya, apa kamu akan menerima diperlakukan seperti itu?\]

"Pasti aku merasa seperti orang yang tidak bisa diandalkan dan hanya menjadi beban." Joongmin menengadah, menatap langit-langit ruangan dengan banyak penilaian.

"Itu sangat menyakitkan."

Joongmin terkejut mendengar suara yang tidak asing itu. Dia menoleh ke arah suara dan mendapati adiknya yang berdiri dengan wajah sedih. Dia sudah mendengar semuanya dari balik dinding. Bahkan suara Neelabert juga bergema di kepalanya.

"Jihyun..." Joongmin tertegun melihat sosok adiknya yang masih bergeming. Dia dengan cepat memutar otak untuk mencari alasan yang tepat.

"Aku tahu kalau kakak mengkhawatirkanku, tapi kita ini keluarga. Hanya tinggal kita berdua. Jangan membuatku merasa seperti aku tidak mempunyai peran untuk mengetahui kakak. Maksudku, aku merasa kalau aku tidak benar-benar mengenal kakak selama ini." Jihyun mengepalkan tangannya. Dia berusaha keras agar rasa marahnya tidak keluar. Sudah lama mereka tidak pernah menunjukkan sisi lemah di depan satu sama lain.

Joongmin seketika merasa bersalah karena membuat adiknya berpikir seperti itu. Setelah melalui banyak penilaian, akhirnya dia memutuskan untuk memberitahu Jihyun dari awal. Adiknya sangat terkejut mendengar itu. Perasaan yang bercampur aduk antara senang dan khawatir.

"Pahlawan Neelabert, ya? Aku pikir itu hanya kisah dongeng belaka." Jihyun menatap kakaknya tidak percaya. Memang kejadian yang dialami Joongmin lebih seperti cerita karangan anak kecil yang bercita-cita menjadi pahlawan.

\[Apa kalian tidak benar-benar menganggap keberadaanku? Huh! Harusnya aku tidak perlu berjuang mati-matian saat itu.\]

Neelabert mendengus lebih keras dari biasanya. Sangat kentara dari suaranya kalau dia benar-benar marah.

"Ah, maafkan aku!" Jihyun spontan membungkuk di depan Joongmin, membuat kakaknya merasa canggung.

"Yah, intinya seperti itu. Jadi aku tidak akan punya banyak waktu dirumah, tidak seperti dulu. Aku harap kamu bisa menjaga diri selama aku masih berlatih." Joongmin mengusap pelan rambut adiknya. Jihyun mengangguk dengan senyum lebar.

"Aku juga berharap kakak bisa menjaga diri di sana. Kembalilah hidup-hidup."

"Hei, Jihyun. Kenapa aku merasa kamu seperti mengejekku? Sekarang mereka adalah bawahanku, mana mungkin mereka berani membunuhku!" Joongmin mendengus kesal.

"Benar juga!" Jihyun terkekeh mendengar perkataan kakanya. Ini pertama kalinya dia mendengar satu-satunya keluarga yang tersisa bisa melontarkan ucapan yang terasa sangat akrab.

"Tuan, lebih baik jangan menunda lagi. Kita tidak bisa menunggu sampai besok. Sudah tidak punya banyak waktu yang tersisa."

Terpopuler

Comments

PhineCryll

PhineCryll

lanjut thoor

2023-11-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!