Nasehat Bram

Rasya kembali menghampiri Bram yang menunggunya di depan pintu kamar perawatan Puri.

Saat itu Rasya melihat Bram tengah asik menghembuskan asap rokoknya.

"Bram, disini tuh nggak boleh merokok tahu!"

"Yaelah, cuman merokok doang."

"Ini kan Rumah Sakit Bram. Makanya gua bete di sini karena harus menunggu Puri sendirian dan gak bisa ngapa-ngapain, entah berapa lama Putri harus dirawat di sini, mana gak bisa ketemuan Sherly di rumah sakit lagi," keluh Rasya.

Bram memutar bola mata malasnya mendengar keluhan Rasya.

"Ah lo, ngomongnya aja nggak mau, nggak suka, tahu-tahunya mesra-mesraan di dalam bersama puri berpelukan lagi," dengus Bram sambil menekan puntung rokoknya di asbak.

"Mesra bagaimana maksud loh?"

"Yaelah gue lihat lu tidur tiduran sambil memeluk Putri. Katanya nggak cinta, katanya nggak doyan."

"Itu bukan mesra-mesraan tau! Put

ri itu kedinginan dan hanya itu satu-satunya cara agar dia menjadi hangat."

"Masa sih? Tapi sepertinya Lo nafsu banget memeluknya ?"Bram ragu dengan penuturan Rasya.

"Iyalah emangnya gue elu bro. Gua cuma cinta sama Sherly. Jadi apa yang gue lakukan untuk Puri hanya untuk menghangatkan tubuhnya, nggak ada perasaan apa-apa."

" Emang lo nggak punya perasaan apa-apa saat memeluk Puri gitu."

"Enggak kok,"jawab Rasya dengan gelagat gelisah seperti orang yang menyembunyikan kebohongannya.

"Rasya, Puri itu anak yatim piatu. Kalau memang lo cuma cinta sama Sherly, mending lu lepasin Puri, kasihan sama dia.Atau Lo terima Puri dan belajar melupakan Sherly."

"Ah gak bisa bro. Gua cinta mati sama Sherly. Lagi pula kan gue gak ngapa-ngapain si Puri."

"Biarpun kalian tidak berhubungan suami istri,tapi tetap saja status Puri akan jadi janda Setelah kalian bercerai. Dan belum tentu setiap laki-laki bisa menerima gadis dengan status janda. Lu nggak kasihan sama dia bro. Lu nggak mikirin masa depan dia apa? Atau kalau memang lo tetap nekad ingin sama Sherly, lu sekarang saja ceraikan Put

ri, sebelum semuanya terlambat dan belum ada yang tahu tentang pernikahan kalian."

Rasya menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Terus maksud lo gue ngomong gitu sama bokap nyokap gue, Kalau gue mau cerain Puri?"

"Kalau menurut gue sih iya, secepatnya lu ambil keputusan, sebelum semuanya terlambat."

"Terlambat bagaimana maksud lo?" tanya Rasya sambil mendelik ke arah Bram

Bram tersenyum.

" Ya terlambat, karena aku yakin satu dua hari kamu bisa tahan tidur dengan seorang gadis tanpa menyentuhnya. Lalu apa kamu bisa tahan selama setahun. Tadi aja gua lihat lu nafsu banget meluk Puri sampai cium-cium dia gitu."

"Jika kamu cinta sama Sherly, kamu tunjukkan dan kamu buktikan cinta kamu sama Sherly. Nggak peduli kamu dapat jabatan atau tidak di perusahaan daddymu . Kalau kalian berdua memang saling mencintai, hidup sederhana pun kalian akan merasa bahagia. Sebaiknya lo lepasin Puri dan biarkan dia meraih masa depan yang bahagia dengan pilihan hidupnya sendiri."

Rasya terdiam sambil menundukkan wajahnya mendengar nasehat dari Bram.

"Sampai kapan lu mau bohong sama Sherly dan sama kedua orang tua lo?"

"Sampai gue dapat jabatan di perusahaan Daddy. Setelah itu gua akan jujur."

"Yah terserah lu lah Rasya. Gua kan cuman ngasih nasehat."

Beberapa saat keadaan hening, mereka berdua sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.

"Eh tadi waktu lo pergi jemput Sherly,Puri sempat tanya sama gue lu pergi ke mana."

"Terus Lo bilang gue pergi nganterin Sherly?"

"Gua belum jawab saja dia sudah tahu kalau lo jemput Sherly kok. Saat itu gue lihat kesedihan di wajahnya. Kalau menurut gue, lo jujur aja sama Sherly dan kedua orang tua lu secepatnya. Kita laki-laki itu harus berani men. Berani ambil keputusan, berani ambil resiko. Berani jatuh cinta dan harus berani memperjuangkannya. Harusnya Dari dulu lo jujur sama orang tua loh kalau lo sudah punya pacar."

"Kalau sudah begini, kasihan Puri dia yang akan jadi korbannya."

Rasya tertunduk mendengarkan ucapan Bram. Entah Sejak kapan Bram berubah menjadi seorang yang bijaksana, hingga kata-kata darinya mampu mengubah suasana hati Rasya.

Rasya mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Bram.

Benar apa yang dikatakan oleh Bram, sehari dua hari dua mungkin tahan untuk tak menyentuh Puri lagi Bahkan saat ini sudah merebut kegadisan Puri tanpa sepengetahuannya. Aku tak ingin Puri sampai hamil dan membuat ku gagal untuk menikahi Sherly.

Pikirkan Rasya melayang-layang mencari jalan yang terbaik untuk dirinya, Puri dan Sherly.

Rasya menghela nafas panjang ketika pilihan itu terasa sulit baginya.

Lalu aku harus bagaimana, pilih Sherly gadis yang aku cintai. Atau Puri gadis, yang sudah aku nodai, batin Rasya.

Bram menoleh ke arah Rasya yang masih tampak bingung.

"Lho kenapa sih kayak orang kesambet gitu. Sebenarnya gampang aja kalau lo mau batalin pernikahan lu sama Puri. Pernikahan kalian nggak pernah tercatat di KUA. Dengan demikian Puri juga bebas menata masa depannya. Dia juga bebas memilih calon pasangan hidupnya."

"Semua kesalahan berawal dari lu bro. Lo nggak berani jujur sama orang tua lo. Lo pikir pernikahan hanya modal akad nikah terus udah gitu."

Rasya semakin dilema, kata-kata Bram semakin membuatnya bingung.

"Maaf Rasya bukan gua mau ikut campur urusan lo. Tapi sebagai seorang sahabat gue cuma ngasih saran aja. Selain itu gua kasihan sama Puri. Sekarang dia tuh jadi yatim piatu nggak punya siapa-siapa. Masa lo tega nyakitin dia, ngancurin masa depan dia. Kalau nggak punya perasaan cinta sama dia, lebih baik lu lepasin saja dia. Daripada sama lu, dia juga nggak bahagia. Lo sadar nggak, lu tadi juga cemburu waktu melihat gue nyuapin coklat ke Puri, cuman nyuapin coklat doang, Lalu bagaimana perasaan Puri melihat lo mesra-mesraan bersama Sherly?"

Lagi-lagi Rasya terdiam.

Beberapa saat keadaan hening, hingga seorang suster datang menghampiri ruangan perawatan Puri..

Rasya bangkit mengikuti suster tersebut menuju tempat tidur Putri.

Suster langsung memeriksa suhu tubuh Putri.

"Suhu tubuhnya kembali naik ya Mas. Obatnya sudah diminum?" tanya Suster itu.

"Sudah suster. tadi dia mandi karena merasa gerah katanya, setelah mandi malah menggigil, mungkin karena itu suhu tubuhnya jadi naik."

"Iya saat ini seperti pasien sedang mengalaminya hipertermia. Karena suhu tubuhnya mencapai 40 derajat Celcius."

"Hipertermia? Apa bahaya suster?" tanya Rasya.

"Akan sangat berbahagia jika suhu tubuhnya terus meningkat karena bisa mengakibatkan gagal jantung dan kerusakan otak."

"Saat ini mungkin pasien Tengah mengalami tingkat penurunan kesadaran, Jadi saya saran pasien tidak ditinggalkan sendiri, "

"Baik suster."

Suster kemudian menyuntikkan obat ke selang infus Puri setelah itu suster tersebut kembali ke luar ruangan, berganti dengan Bram yang ikut masuk ke dalam ruangan perawatan Puri.

"Putri kenapa Bro?"

"Kata suster Hipertermia."

"Kasihan banget Puri, pasti karena dia terlalu sedih karena kehilangan orang yang disayanginya," ucap Bram yang tanpa sadar mengusap rambut Puri.

"Ngapain sih lo sentuh-sentuh dia?!" tanya Rasya sambil menepis tangan Bram.

"Iya gue kebablasan, lupa dia bini lo," sahut Bram sambil nyengir.

"Dasar, bilang saja cari kesempatan."

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

iya dong... sama kayak lu....
merawanin Puri tanpa orang nya tau.

2023-09-08

1

Sweet Girl

Sweet Girl

kok sakit berbahagia tho To...
berbahaya Tor...

2023-09-08

1

Sweet Girl

Sweet Girl

menghangatkan diri juga ya Rasya...

2023-09-08

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!