Di Pagi Hari

Setelah berpakaian rapi, Puri belajar sebentar sambil menunggu waktu sarapan.

Sementara Rasya belum juga mempersiapkan diri untuk ke kampus. Rasya masih berbaring malas malasan karena masih mengantuk.

Sekitar pukul 06.20 Puri turun dari kamarnya menuju meja makan untuk sarapan.

"Selamat pagi mommy, selamat pagi daddy."

"Selamat pagi Puri," sahut 2 orang itu secara bersamaan.

"Puri, di mana Rasya?"

"Masih di kamar Mommy."

"Ya sudah, biar Mommy suruh dia turun. Biar kita sarapan bersama kamu duduk saja ya."

Bu Mita menaiki anak tangga, setelah beberapa saat dia turun bersama Rasya, wajah Rasya terlihat cemberut saat itu.

"Ayo Rasya Kamu sarapan setelah itu antar Puri ke sekolah."

Rasya menatap sinis ke arah Puri yang tengah menikmati serealnya.

'Males banget disuruh nganter sekolah. Emang aku sopir pribadinya,' gerutu Rasya.

"Rasya, kamu dengar kan?"

"Iya Mommy." Rasya menjawab dengan malas-malasan.

Setelah sarapan Puri bergegas untuk berangkat sekolah. Karena jarak sekolah dan rumah mertuanya cukup jauh, dari jarak rumah yang ditempati sebelumnya.

"Mommy, Daddy, Puri pergi dulu ya." Putri mencium kedua tangan mertuanya.

"Iya Nak."

" Puri, tunggu sebentar ya Nak, Mommy punya sesuatu untuk kamu."

Putri menunggu Bu Mita yang berjalan menuju kamarnya. Beberapa saat kemudian Bu Mita kembali menghampiri Putri.

"Puri ini ATM berisi uang cukup untuk kebutuhan kamu selama sebulan. Karena kamu adalah menantu saya, dan Rasya belum bekerja, maka segala sesuatu kebutuhan kamu, saya yang akan menanggung."

Puri melirik ke arah ATM kemudian meraihnya.

"Kamu boleh beli apa saja dengan uang ini, mulai dari bayar sekolah, beli buku-buku dan juga skin care pokoknya kamu gunakan saja uang ini untuk kebutuhan kamu yang bermanfaat."

Sudah lama Putri tak memegang uang jajan. Jika dulu dia adalah salah satu anak yang paling kaya di sekolah. Namun, mungkin saat ini kebalikannya, sejak sang ayah bangkrut dan menderita sakit. Puri tak pernah membawa uang jajan di sekolahnya, karena Putri bukanlah anak yang selalu menuntut orang tuanya.

Di saat anak-anak lain menggunakan handphone canggih dan mahal. Puri harus menjual handphonenya untuk keberlangsungan hidupnya dan ayahnya.

"Terima kasih Mommy."

"Iya Nak, oh iya Puri. Dengan uang itu, kamu juga bisa beli handphone loh biar Mommy gampang menghubungi kamu. Nanti setelah pulang sekolah, Kamu pergi saja ke salah satu tokoh handphone biar Rasya yang temani kamu."

Handphone? Memangnya berapa uang yang ada di ATM ini?Hingga cukup untuk membeli keperluan aku selama sebulan dan membeli handphone?

Rasya bersedekap menatap ke arah Puri.

'Gitu deh, kalau punya orang tua yang mendambakan memiliki anak cewek. Kalau emang mommy sayang banget sama putri, kenapa gak angkat Puri sebagai anak saja, malah menikahkan kami.' Rasya membatin karena kesal.

Memang salah satu yang membuat Bu Mita ingin segera menikahkan Rasya dan Puri, berawal dari keinginannya yang begitu besar untuk memiliki anak perempuan. Mereka memang kesulitan memiliki anak, bahkan untuk mendapatkan Rasya saja Bu Mita harus melakukan prosedur bayi tabung.

Dengan menjadikan Puri sebagai menantu, Bu Mita merasa seperti memiliki seorang putri yang sudah lama ia impikan. Apalagi wajah Puri yang polos dan cute. Alhasil putri jadi kesayangan Bu Mita dan pak Wilmar.

"Kalau begitu Puri pergi dulu ya Mommy, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam Nak."

Bu Mita menatap kepergian Puri dan Rasya yang menghampiri mobil.

"Mereka pasangan yang sangat serasi. Beruntung aku memiliki menantu yang polos dan baik seperti puri. Semoga saja pernikahan mereka langgeng sampai jadi kakek nenek," gumam Bu Mita.

"Duh yang senyum-senyum sendiri, "tiba-tiba Pak Wilmar menghampiri istrinya.

"Eh Daddy,sudah mau berangkat?"

"Lagi lamunin apa sih mommy? kok senyum-senyum sendiri gitu. Sampai suami makan saja tidak ditemani."

Bu Mita tersenyum.

"Iya daddy, Mommy sedang melihat Rasya dan Puri. Mereka terlihat begitu serasi. Rasanya sudah tidak sabar ingin punya cucu dari mereka."

"Sabar Mommy, Putri kan masih SMA."

"Iya Sepertinya kita harus bersabar menunggu 2 tahun lagi untuk bisa memiliki cucu."

"Ya sudah, daddy berangkat dulu ya, Daddy nggak ingin terkena macet karena harus keluar kota pagi ini."

"Iya daddy,nanti Mommy ke kantor sama sopir saja."

Bu Mita mencium punggung tangan suaminya. Meski keduanya sibuk dan tak lagi muda. Namun Bu Mita dan suami selalu tampak mesra dan harmonis.

***

Di dalam mobil keadaan kembali hening.

Rasya masih fokus menyetir, sambil sesekali melihat Puri yang hanya diam.

"Kamu senang ya, karena kini aku jadi sopir pribadi kamu?"tanya Rasya ketus.

Puri yang sejak tadi melamun, tersentak kaget mendengar pertanyaan Rasya.

"Maaf Kak, bukan maksud Puri untuk meminta antar jemput pada Kak Rasya. Tapi itu semua permintaan mommy."

"Iya permintaan mommy. Selama kita tinggal satu rumah sama mereka, maka kehidupan kita akan diatur oleh mommy dan Daddy. Dan aku gak mau hidup di atur-atur begini."

"Maksud kakak bagaimana?"

"Kita pindah dari rumah itu."

"Pindah? Terus mau tinggal di mana?"tanya Puri.

"Terserah mau tinggal di mana. Yang penting jangan tinggal sama mereka."

Putri terdiam kembali.

"Kita bilang saja pada mommy, jika kita ingin hidup mandiri berdua saja. "

"Ehm apa mommy dan Daddy mengijinkan. ?"

"Sudah kita coba dulu. Biar nanti aku yang minta sama mommy dan Daddy. Kamu menurut saja apa yang aku katakan!"

"Iya Kak."

"Bagus."

Rasya kembali mengemudi mobilnya. Setelah itu tak ada lagi pembicaraan di antara mereka.

***

Sekitar 15 menit perjalanan, Puri tiba di sekolah. Mobil Rasya berhenti di tepi jalan raya tepat di depan sekolah Putri.

"Terima kasih Kak," ucap Puri sambil membuka pintu mobil.

Rasya hanya diam, sambil menatap sinis ke arah Puri. Kemudian ia tak sengaja melihat kartu ATM Puri yang ketinggalan.

"Puri!" Panggil Lisa sang sahabat dari arah belakang. Seketika putri menoleh ke arah Lisa..

Lisa berlari kecil menghampiri puri yang baru saja memasuki gerbang sekolah.

"Put, bokap lo gak apa-apakan?" tanya Lisa dengan nafas yang terengah-engah

"Alhamdulillah, gak apa-apa Lis."

"Syukurlah kalau begitu."

Kedua gadis itu ngobrol sambil berjalan memasuki gerbang sekolah.

"Puri!" teriak Rasya.

Puri menoleh ke arah Rasya yang sedang mengacungkan kartu ATM nya.

"Oh iya." Puri segera berjalan cepat menghampiri Rasya.

"Terima kasih Kak," ucap Putri sambil meraih ATM . Rasya hanya diam sambil kembali masuk kedalam mobil.

Puri berjalan cepat menghampiri Lisa yang sedang menunggunya.

"Puri, itu siapa? ganteng banget!"

Putri hanya tersenyum simpul, tanpa berniat menjawab pertanyaan Lisa.

"Eh itu gebetan kamu ya?"tanya Lisa lagi.

Puri menggelengkan kepalanya.

"Trus saudara kamu?" tanya Lisa semakin penasaran.

Puri kembali menggelengkan kepalanya.

"Terus siapa dong Put, gak mungkin kan supir pribadi kamu?" tanya Lisa dengan kesal.

"Ehm ada deh."

"Oh gitu ya, jadi sudah mulai main rahasia-rahasiaan dengan aku ya. Ingat loh put, kita sudah berjanji jangan ada rahasia diantara kita."

Puri kembali terdiam karena bingung.

'Duh gimana ya aku sudah janji pada kak Rasya untuk tak memberitahu tentang pernikahan kami,' batin Puri.

"Hey Pur bengong saja." Lisa melambaikan tangannya ke wajah Putri dari jarak yang dekat.

Sontak puri tersadar dari lamunannya.

"Ah gak. Sudahlah jangan dibahas."

Puri berjalan lebih cepat untuk menghindari pertanyaan dari Lisa.

"Eh Pur, kalau cowok yang tadi bukan pacar atau gebetan Lo, gue kirim salam dong. Kali aja gua bisa pedekate dan jadi ceweknya. Secara cowok ganteng dan tajir seperti dia emang cowok impian gue dari dulu."

"Ehm, Sayangnya dia sudah punya pacar."

"Serius Lo? Tau dari mana?"

Lisa menghadang langkah Putri.

"Gua tinggal serumah dengan kak Rasya, dengan orang tuanya juga. Mereka orang baik, mereka yang menanggung biaya pengobatan bokap gue."

"Jadi loh sekarang tinggal sama kak Rasya yang ganteng itu? Beruntung banget loh Pur "

Puri melanjutkan langkahnya, diiringi Lisa yang terus melontarkan pertanyaan karena penasaran.

"Wah, kalau menurut gue, ini kesempatan banget Pur, Lo bisa nge gaet dia dong. Apalagi kalau orang tuanya baik sama kamu dan keluargamu. Wah kalau gue jadi elo, gue deketin tuh sih Rasya. Biar jadi menantu mereka sekalian."

Puri tersenyum simpul mendengarkan ucapan Lisa.

"Loh kok senyum-senyum gitu Pur."

"Gua gak mikirin itu Lis, gua masih ingin sekolah, soal jodoh biar saja Tuhan yang ngatur. Yang penting sekarang kita itu belajar, biar bisa punya masa depan yang cerah."

"Hehe, sambil menyelam minum air kali Pur. Bukankah jodoh itu juga masa depan yang harus diperjuangkan. Tapi kalau Lo gak mau, buat gue saja, gue siap tempur untuk merebut kak Rasya dari pacarnya. Hehe," ucap Lisa sambil cengengesan.

Puri memutar bola mata malasnya seraya masuk ke dalam kelas karena bel berbunyi.

Terpopuler

Comments

19senja Kimpluk87

19senja Kimpluk87

Lanjut thor..

2023-04-09

1

❤Rainy wiraTama Yuda❤️

❤Rainy wiraTama Yuda❤️

Maaf author, nama yang benar, sebenarnya siapa ya, Puri atau Putri ?

2023-04-09

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!