Setelah Akad Nikah

"Sah," sahut para saksi.

Puri terdiam dengan bulir bening menetes di pipinya.

"Alhamdulillah,sekarang kalian sudah sah menjadi pasangan suami istri," ucap Bu Mita.

"Puri! Sini Nak!"panggil Bu Mita.

Puri menoleh ke arah bu Mita kemudian berjalan menghampirinya.

"Puri sini,kamu cium tangan suami kamu dulu dan pakai cincin pernikahan kalian berdua, setelah itu kalian berdua minta doa restu pada ayah dan daddy," ucap Bu Mita.

Hah, Putri terbengong.

"Ayo Puri, kemarilah."

"Iya, Tante."

"Eh, jangan panggil Tante dong. Panggil mommy."

"Iya mommy," sahut Puri sungkan.

Puri melangkah menghampiri Rasya kemudian duduk di sebelah Rasya dengan jarak sejengkal.

Rasya menoleh ke arah Putri.

'Apa gue nikah sama bocil?' batin Rasya. 'Tapi gak apa, sepertinya dia gadis polos yang gampang diatur,' imbuhnya sambil tersenyum menyeringai

Keduanya tampak sungkan untuk berjabat tangan.

"Rasya ayo sematkan cincin di jalan mari manis Puri!" titah Bu Mita lagi.

Dengan wajah masam Rasya membuka kotak cincin, kemudian mengambil salah satu cincin.

"Puri ayo sodorkan tangan kamu pada Rasya!" perintah Bu Mita.

Rasya kemudian menyematkan cincin ke jari manis Puri, begitupun sebaliknya. Setelah saling menyemat cincin mereka berdua kembali diam, seperti bingung harus berbuat apa lagi.

"Puri ayo cium tangan suami kamu. Dan kamu Rasya, cium kening Puri. Kalian berdua sudah halal, karena sudah menjadi pasangan suami istri."

Puri mengangguk dengan patuh, dia melangkah dengan lututnya menghadap Rasya.

Puri menjabat tangan Rasya dengan gemetar, kemudian mencium punggung tangan Rasya selama 1 detik.

Setelah itu keduanya saling membuang pandangan.

"Ayo Rasya, cium kening istri kamu kamu juga boleh memeluknya," goda Bu Mita ketika melihat pasangan suami istri itu terlihat sungkan.

Rasya mendelik ke arah bu Mita. Rasanya Rasya begitu sungkan untuk mencium gadis yang tak dikenal, walaupun Puri kini telah menjadi istrinya.

"Ayo Rasya Puri itu istrimu, kau harus melakukan kewajibanmu sebagai seorang suami mulai saat ini. Kalian juga harus membiasakan diri untuk bersama agar tidak canggung," perintah Bu Mita.

Rasya mengangguk kemudian ia mendekatkan wajahnya kepada wajah Puri, sedetik kemudian Rasyaa mengecup kening Putri sebentar.

Bu Mita Pak Wirmar dan juga Pak Dodi tersenyum.

"Biasalah Pak, mereka belum saling mengenal, Nanti kalau sudah terbiasa paling juga bucin sendiri," cetus Bu Mita.

"Iya bener itu, namanya juga masih remaja," cetus Pak Wilmar.

"Kalau begitu sekarang kalian sungkeman pada ayah dan Daddy ya."

Seperti kedua boneka yang digerakkan dengan remote control Rasya dan Putri pun melakukan apa yang diperintahkan oleh Bu Mita.

Mereka berdua sungkeman pada Bu Mita pada Pak Dodi dan pada Pak Wilmar.

Setelah sungkeman dan acara akad nikah selesai, penghulu dan kedua saksi memutuskan untuk pulang.

Tinggallah kedua keluarga itu.

"Pak Dodi, oleh karena Pak Dodi sudah menjadi besan kami Saya bermaksud untuk membayar semua pengobatan Pak Dodi. Saya juga akan membayar hutang-hutang Pak Dodi dan membuat usaha pak Dodi kembali berproduksi," ucap pak Wilmar.

Bola mata Pak Dodi berbinar mendengar niat baik besannya itu.

"Terima kasih kepada bapak dan ibu. Saya tidak meminta apa-apa, saya mohon jagakan saja anak saya. Untuk masalah hutang saya rasa aset yang saya miliki masih cukup untuk membayar hutang-hutang saya," ucap pak Dodi.

"Iya Pak anda tenang saja, Putri akan aman bersama kami, untuk saat ini Pak Dodi tidak usah memikirkan biaya pengobatan Pak Dodi. Saya dan suami yang akan menanggungnya," timpal bu Mita.

"Terima kasih bapak dan Ibu."

"Sudah Pak Dodi, jangan terlalu dipikirkan. Kami juga bisa seperti ini karena bantuan Pak Dodi dulu terhadap keluarga kami, jadi sudah sepantasnya kami membalas jasa Pak Dodi," ucapan Wilmar.

Pak Dodi tersenyum bahagia mendengar itu.

Pak Wilmar dan Bu Mita mengobrol panjang lebar saat itu.

Sementara Putri dan Rasya lebih banyak diam.

Apalagi Rasya yang lebih banyak memainkan handphone nya daripada berbincang atau mendengarkan pembicaraan mereka.

***

Waktu menunjukkan pukul 05.00 sore. Bu Mita melirik penunjuk waktu di pergelangan tangannya.

"Baiklah Pak Dodi, karena waktu sebentar lagi sore, kami berdua izin pulang. Namun, kami berencana untuk membawa Puri pulang bersama kami, bagaimana Pak?" tanya Bu Mita

Puri kaget mendengar ucapan Bu Mita.

"Tapi Tante eh Mommy, kalau Puri pulang, siapa yang akan jagain ayah?"

"Tidak apa Puri, ada suster yang akan membantu Ayah selama di rumah sakit. Kamu pulang saja bersama suami dan mertua kamu. Kamu juga pasti sudah lelah karena sudah seminggu menjaga ayah selama di rumah sakit."

"Tapi Yah…." Puri terlihat ragu.

"Sudahlah Nak, kamu ikut saja suami kamu, hari ini kamu sudah resmi menjadi seorang istri, Ayah ridho kok. Karena kewajiban seorang istri adalah mengikuti suaminya. Apalagi ini hari pertama kalian menikah."

Putri tertunduk karena tidak bisa membantah perkataan ayahnya.

"Ayo Putri, bereskan barang-barang kamu. Hari ini juga Kamu akan tinggal bersama saya. Kamu tenang saja, saya akan menyuruh seseorang untuk menjaga Ayah kamu."

"Iya mommy," sahut Putri lirih.

"Kalau begitu, ayo kamu bereskan barang-barang kamu kita pulang sekarang."

Putri hanya bisa menuruti permintaan Bu Mita. Meskipun saat itu dirinya takut untuk pulang bersama dengan keluarga yang baru ia kenal.

Selama ini Puri memang tinggal di rumah sakit, seragam sekolah dan pakaian sehari-hari pun ia bawa karena selama seminggu Puri tak pernah pulang ke rumahnya.

Setelah membereskan barang-barangnya, Putri berpamitan pada Pak Dodi dan ia ikut pulang bersama mertua dan suaminya.

Tiba di lobby Bu Mita dan Pak Wilmar menghentikan langkahnya.

"Rasya Kamu pulang bersama putri,"ucap Bu Mita.

"Iya Mom," sahut Rasya ketus.

"Oke baiklah kalau begitu kita langsung pulang," ucap Bu Mita sambil menggandeng tangan suaminya menuju mobil.

"Ayo pulang sama aku," Ucap Rasya dengan ketus ketika Putri hanya diam di tempat.

Tanpa banyak berkata, Putri mengikuti langkah kaki Rasya menuju parkiran mobil.

Sebuah mobil sedan mewah Itu parkir rapi di antara jejeran mobil lainnya.

Rasya membuka mobil BMW berwarna merah.

Langkah Putri tercekak di depan mobil. Dia masih ragu untuk ikut kedua orang mertua dan meninggalkan ayahnya di rumah sakit.

"Ayo cepat buruan masuk! Kamu mau aku bukakan pintu mobil ini dulu baru masuk?"

Puri semakin menundukkan kepalanya. Dia tak menyangka wajah semanis Rasya, ternyata memiliki perangai yang keras dan tempramental.

" Enak saja kamu pikir kamu tuan putri?!" Ucap Rasya dengan ketus.

Putri semakin menundukkan wajahnya, dengan langkah yang gontai ia menghampiri mobil Rasya kemudian membuka pintu bagian belakang mobil karena tak ingin duduk berdekatan dengan Rasya yang sepertinya tak menyukainya.

"Kamu pikir aku sopir pribadi kamu gitu? duduk di depan!" perintah Rasya.

Tanpa banyak berkomentar, Putri membuka pintu bagian depan mobil dan duduk manis di samping Rasya.

Rasya membawa mobilnya secara perlahan keluar dari halaman parkir rumah sakit itu.

Beberapa saat keadaan hening karena tak seorangpun dari mereka yang memulai pembicaraan.

"Aku tahu kamu juga tak menginginkan pernikahan ini," ucap Rasya yang seketika memecahkan kesunyian di antara mereka.

Puri menundukkan kepala tanpa menoleh ke arah lawan bicaranya.

"Aku minta kamu rahasiakan pernikahan kita kepada siapapun. Aku sudah memiliki pacar dan aku sudah berjanji untuk menikah tahun depan, setelah aku wisuda."

Puri tetap bergeming sambil menyimak penuturan dari Rasya.

"Itu berarti, setelah 1 tahun kita akan bercerai, dan selama satu tahun pula kita harus bersandiwara menjadi suami istri di depan Mommy dan Daddy. Kau tenang saja aku takkan pernah menyentuhmu."

Puri tetap bergeming tanpa menyahut sedikitpun.

"Kau tak usah mengurusi urusanku, Aku pun tak akan mengurusi urusanmu. Kau bisa lakukan seperti apapun yang ingin kau lakukan. Silakan kau memiliki pacar dan kau jangan pernah melarangku atau mengurusi urusanku dengan pacarku."

Sambil menyetir Rasya memperhatikan Puri yang hanya tertunduk.

"Kau dengar tidak?!"bentak Rasya karena ucapannya tak satupun direspon oleh Putri.

"I-iya dengar," jawab Puri lirih.

"Bagus, awas saja kau beri tahu rahasiaku padamu Mommy dan Daddy. Sekali saja kau mengadu, akan ku buat kau menyesal seumur hidup!" ancam Rasya kembali.

Lagi-lagi Puri hanya menunduk dan bergeming.

"Mengerti tidak ?!" bentak Rasya.

"Iya Kak mengerti," sahut Putri dengan kaget.

"Mengerti apa?!"

"Saya tidak akan mengadu."

"Bagus."

Setelah pembicaraan itu tak ada lagi percakapannya di antara mereka berdua.

Rasya mempercepat laju mobilnya hingga mereka tiba terlebih dahulu sebelum kedatangan bu Mita dan Pak Wilmar.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!