Di Malam Itu

Di sebuah mall ternama di ibukota.

"Rasya, menurut kamu baju ini bagus tidak ya?"

Rasya  memperhatikan pakaian yang dipilih oleh Sherly.

"Apa itu tidak terlalu terbuka?"

Selain pakaian yang di hanger itu terbuka, bagian atasnya bagian bawah pun terlihat begitu minim hingga Rasya sedikit keberatan jika sang kekasih mengenakan pakaian itu

"Sayang, kamu bagaimana sih?  nih pakaian zaman sekarang namanya mini dress. Aku mau terlihat cantik dan seksi biar kamu bangga punya pacar seperti aku."

"Ya sudahlah terserah kamu."

"Gitu dong."

"Setelah ini kita ke toko tas, aku mau beli tas dan sepatu baru setelah itu kita makan."

Sherly membawa beberapa helai pakaian kemeja kasir.

Sekitar ada 10 lembar pakaian.

"Berapa totalnya?" tanya Rasya ke petugas kasir.

"15 juta."

'15 juta,' gumam Rasya di dalam batinnya.

Sherly tersenyum manja ke arah Rasya sambil menggandeng tangannya dan meletakkan kepalanya di dada bidang pria itu.

'Gila sekali belanja 15.000.000 belum tas dan sepatu. Apa mommym akan curiga dengan pengeluaran yang sebesar ini.'

Mesti merasa gelisah, Rasya berusaha menutupi rasa cemasnya. Pasalnya Bu Mita akan meminta pertanggungjawabannya tentang barang apa saja yang dibeli oleh Rasya.

'Bagaimana cara menjelaskan kepada mommy,tentang pengeluaran ku hari ini,' batin Rasya.

"Rasya, sepertinya tas di toko itu bagus-bagus. "

Rasya melirik ke atas untuk melihat toko brand apa yang mereka masuki.

Astaga! Ke toko ini? Rasya menelan salivanya.

Tret…tiba-tiba saja ponselnya bergetar.

Rasya merogoh saku celananya, meraih handphone.

"Halo Mommy."

"Rasya kamu pulang Nak, ayah mertua kamu meninggal."

Rasya kaget mendengar berita itu.

"Tapi mommy, aku lagi ada per…"

"Rasya! Pulang sekarang," itu mertua kamu. Kasihan istri kamu!

"Tapi mommy…" Rasya masih berusaha untuk mencari alasan.

"Pulang sekarang, Rasya!" Teriak Bu Mita.

"I-iya mommy!"

"Sayang kenapa? Jangan bilang kamu disuruh pulang dan gak jadi temani aku belanja."

"Iya Sayang maaf ya, aku di suruh pulang oleh mommy, karena ayahnya Puri meninggal dunia dan jenazahnya dibawa ke rumah aku. Aku gak enak, Sayang."

"Ya sudah kalau begitu aku ikut Ya."

"Jangan,aku gak mau mommy tahu tentang hubungan kita."

"Yah, tapi kita sudah dewasa Rasya, sudah cukup untuk menikah. Atau jangan-jangan kamu takut memperkenalkan aku ke mommy kamu, karena kamu sudah di jodohkan oleh orang tua kamu?"

"Gak bukan begitu sayang.Aku janji setelah aku wisuda, aku akan melamar kamu."

Sherly mencebikan bibirnya.

"Ayo, aku antar pulang, aku harus secepatnya pulang."

Mau tak mau Sherly harus pulang bersama Rasya, meskipun dia begitu kesal karena tak jadi membeli tas import.

***

Tiba di rumah, rumah kediaman keluarga Rasya sudah dipenuhi dengan para pelayat.

Rasya masuk ke dalam rumah dan duduk di antara para tamu yang hadir.

Beberapa saat kemudian terdengar suara sirine ambulans. Beberapa pelayat menghampiri ambulans ada pula orang yang membantu menurunkan jenazah Pak Dodi.

Berapa detik berikutnya mobil hitam milik ibu Mita tiba di rumah mereka. Rasya menghampiri Bu Mita yang ternyata datang  bersama Puri.

Masih mengenakan seragam abu-abunya, tubuh Puri terlihat lemah tak berdaya.

"Ayo Nak kita masuk " ajak Bu Mita.

Wajah Putri pucat dengan mata yang sembab. Bu Mita menarik tangan Puri agar bisa keluar dari mobil.

"Rasya kamu bantu istri kamu, sepertinya ia masih syok dengan berita meninggalnya pak Dodi."

Karena iba melihat Puri, Rasya merentangkan tangan putri ke pundaknya kemudian ia berjalan menopang tubuh Puri yang terasa layu tak bertenaga.

Tatapan Puri kosong hanya tetes demi tetes air mata yang menetes melalui kelopak matanya yang sembab.

Setelah tiba di ruang tamu keluarga mereka, Rasya mendudukkan Puri di salah satu sudut ruangan

Puri masih tergeletak dengan tatapan kosong.

"Pur! Puri kamu tidak apa-apa kan?" tanya Rasya.

Puri tak menjawab hanya bulir bening yang menetes di pipinya.

Karena tak ingin disalahkan, Rasya duduk menunggu di samping Putri.

Beberapa orang membantu mengangkat jasad Pak Dodi. Setelah itu mereka meletakkan jasad pak Dodi di atas tilam yang berada di salah satu sudut rumah mereka.

"Ayah," lirih Puri kembali ketika melihat wajah pucat Pak Dodi yang kemudian ditutup kembali dengan kain kafan.

"Ayah Hiks hiks,"tangis Puri begitu lirih menyayat hati hingga membuat Rasya merasa semakin iba.

Rasya yang memeluk Puri, kemudian menempelkan kepalanya pada dada bidang miliknya.

"Tenanglah Pur sabar, ayah  kamu sudah pergi dengan tenang." Tak tahu Dengan kata-kata apa Rasya mencoba untuk membujuk Puri.

Entah kenapa hari ini, dia begitu iba melihat gadis Malang itu. Setelah kepergian sang ayah, Puri secara resmi menjadi gadis yatim piatu.

Rasya  bisa membayangkan Bagaimana menjadi seorang Puri. Tentunya tidak mudah menerima kenyataan seseorang yang kita cintai pergi  begitu saja dan takkan pernah kembali.

***

Sore itu juga pemakaman Pak Dodi dilakukan. Puri tidak bisa mengikuti pemakaman karena kondisinya yang tiba-tiba drop.

Sore itu tubuh Putri terasa panas. Bahkan ia sempat kembali pingsan, karena itulah Rasya di minta oleh Bu Mita untuk menjaga puri.

Malam harinya,rumah itu kembali ramai karena akan diadakan tahlilan  di rumah itu.

Karena keadaan puri yang semakin memprihatinkan, Bu Mita sampai memanggil dokter keluarga mereka untuk memeriksa keadaan Puri.

"Sepertinya dia masih syok, mungkin keadaan akan membaik setelah satu atau dua hari. Saya harap keadaan puri terus dipantau. Jika panasnya tak turun setelah minum obat, bisa dibantu dengan kompres."

"Baiklah dokter kalau begitu terima kasih ya."

Bu Mita mengantar dokter keluar dari ruangan. Setelah itu dia kembali menemui Rasya.

"Rasya, kamu jaga saja Puri ya. Ganti kompresnya, sekarang mommy mau mengurus acara tahlilan."

"Iya mommy."

***

Waktu menunjukkan pukul sepuluh malam dan Rasya  baru saja berbalas pesan bersama Sherly.

Rasya meletakkan handphone setelah menulis ucap selamat malam dan selamat tidur pada Sherly.

Rasya berbaring menarik selimut tebal yang juga menutupi tubuh Puri. Baru saja menutup matanya, Rasya mendengar suara Puri yang menggigil hingga suara  giginya terdengar bergetar.

Rasya bangkit dan menoleh ke arah Puri.

Dirabanya kening Putri." Panas sudah turun, tapi kenapa tiba-tiba dia menggigil ya?"

Rasya bangkit dari tempat tidurnya, kemudian mengambil selimut tebal untuk menutupi tubuh Puri.

Namun, selimut itu justru membuat tubuh Puri semakin panas dan tetap saja ia menggigil.

"Duh bagaimana caranya agar puri tak menggigil lagi ya?"

Rasya memikirkan berbagai cara. Tiba-tiba ide muncul di pikiran Rasya.

"Eh tapi kalau gue peluk-peluk dia lagi nanti junior gue tegang lagi. Tapi kalau gak di peluk, kasihan Puri. Ah sudahlah ini kan hanya untuk menghangatkan tubuh Puri saja."

Rasya melepas kaosnya kemudian ia berbaring di samping Puri dan memeluknya.

Benar saja, baru saja kulitnya bersentuh langsung dengan putri. Burung perkutut Rasya sudah tegak berdiri.

Tubuh Puri yang terasa hangat itu seperti pemanas alami yang ikut menghangatkan tubuh Rasya.

Rasya menikmati helaan dan hembusan nafas Puri yang menyapu bagian dadanya.

Rasanya hangat dan menenangkan dengan jantung yang berdetak tak beraturan.

Tiba-tiba saja matanya tak sengaja melihat bibir Puri yang terlihat merah merekah dan ranum, seperti menantangnya untuk menyentuh bibir seksi itu.

Dengan kesadaran yang sisa setengah, Rasya yang terbawa suasananya itu kemudian mendarat kecupan di bibir Puri, kemudian ia memangut dan menyesap bibir itu.

'Bibirnya manis sekali, aku seperti tak ingin berhenti untuk mengulumnya,' batin Rasya.

Rasanya kemudian menelentangkan tubuh Puri dan kembali memangut bibirnya, hembusan nafas Puri yang terasa hangat itu membuat gejolak hasratnya meningkat.

Rasya tak lagi mampu mengendalikan pikirannya. Tangannya mulai meraba lekuk tubuh Putri yang tertutupi oleh kaos oblong oversize sehingga mudah untuk di singkap.

Rasya semakin berani ketika melihat dua bukit kembar yang baru tumbuh itu kemudian menyesapnya dengan lembut.

Puri menggeliat ketika merasakan bagian puncak bukitnya seperti digigit dengan lembut.

Karena suhu tubuhnya terlalu tinggi hingga tingkat kesadarannya menurun, saat itu putri hanya mengerang ketika Rasya berhasil menerobos kesuciannya.

Beberapa kali Rasya melenguh menikmati bercinta dengan lawan jenis yang memang baru pertama kali di lakukannya.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

bisa bisa ya... Rasya...
istri sakit malah diterobos....
maksudnya ngasih suntikan antibiotik gitu ya... Sya...

2023-09-07

1

Wina Yuliani

Wina Yuliani

c adeuh, dasar makhluk tak kasat mata, berani pas yg punya lagi gk sadar 😈😈😈

2023-06-03

0

Putri Minwa

Putri Minwa

kasihan nasib Puri ya

2023-04-12

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!