Pernikahan Singkat

Pernikahan Singkat

Mendadak Nikah

Seorang gadis berusia delapan belas tahun duduk melamun di meja belajarnya.

Gadis itu harus menahan lapar saat jam istirahat, sudah dua hari ini Puri hanya makan singkong rebus, karena tak memiliki makanan dirumahnya.

Usaha ayah Puri mengalami kebangkrutan dengan hutang-hutang yang bertumpuk-tumpuk.

Terlebih lagi ayahnya yang sakit keras itu, membutuhkan biaya yang tak sedikit. Puri tak lagi memiliki ibu tempat mencurahkan kasih sayang.

'Ya Allah, bagaimana caranya agar aku bisa membayar hutang dan pengobatan ayah,' batin Puri sambil menghela nafas panjang.

"Puri!" suara lantang mengagetkannya.

"Ada apa Lisa?" tanya puri ketika melihat Lisa yang terburu-buru menghampirinya.

"Pur, ada paman loh datang nyariin loh. Katanya penting."

"Paman? tapi kenapa paman datang nyariin aku?"

Puri syok, sebelumnya pamannya tak pernah datang ke sekolah.

Jantung Puri berdebar dengan kencang perasaan khawatir menyelimutinya, apalagi sang ayah yang kini terbaring di rumah sakit.

Dengan langkah sedikit gemetar putri menghampiri pamannya.

"Ada apa Paman?" tanya Puri pada supir pribadi ayahnya yang kini masih setia bekerja untuk mereka.

"Pur, ikut paman pulang Nak."

"Ta-pi kenapa?"

"Ayahmu meminta kamu untuk menemuinya."

"Paman, tidak terjadi sesuatu pada ayah kan?" tanya Puri was-was.

"Tidak Nak, ayo Puri ikut paman."

Setelah meminta izin dengan pihak sekolah, putri dan Hendri sang sopir menghampiri rumah sakit.

Tiba di rumah sakit ternyata ada dua orang yang berusia paruh baya yang sedang menunggu berbincang dengan ayahnya.

Kedua orang itu sepertinya sepasang suami istri.Mereka tersenyum ramah ke arah Puri.

Sebagai anak yang memiliki attitude yang baik, Puri menghampiri kedua orang itu kemudian bersalaman serta mencium punggung tangannya.

"Oh jadi ini yang namanya Puri?" ucap salah seorang wanita berusia paruh baya namun masih terlihat cantik dan seksi.

"Iya, ini Puri, anak saya," ucap Pak Dodi.

Puri tersenyum ke arah kedua orang itu.

Kemudian ia menghampiri ayahnya.

"Ayah, Ayah kenapa memanggil Putri ?" tanya Puri. Pak Dodi menatap Putri dengan tatapan berembun.

"Puri, mungkin Ayah tak bisa menjaga kamu lagi Nak. Ada suatu rahasia yang belum sempat Ayah katakan pada kamu. Dan ayah rasa inilah saatnya."

"Rahasia apa Yah?"

"Ayah dan Pak Wilman sudah menjodohkan kamu sejak kamu masih kecil dengan putranya yang bernama Rasya."

Bukan main kagetnya Puri ketika mendengar hal itu.

"Dan hari ini, Ayah bermaksud menikahkan kamu dengan Rasya, Ayah ingin menjadi wali nikah kamu dan melihat kamu menikah."

Puri semakin kaget. Bahkan ia tidak mengenal siapa itu Rasya, mendengar namanya saja baru pertama kali.

"Menikah Yah? Tapi Puri belum siap."

Pak Dodi meraih tangan anaknya dengan tangan yang gemetar.

"Ayah tahu ini terlalu buru-buru. Tapi mungkin ini akan jadi yang pertama dan terakhir kalinya Ayah melihat dan menjadi wali dan pernikahan kamu. Ayah yakin pak Wirman dan ibu Mita bisa menjaga kamu Nak. Mereka adalah orang-orang baik yang ayah percayakan."

Seketika bulir bening menetes di pipi Puri. Tak pernah terbayangkan olehnya harus menikah di usia dini, padahal begitu banyak cita-cita yang masih dia ingin gapai dan raih.

Namun, Puri juga tak ingin mengecewakan sang ayah, apalagi semakin hari penyakit ayahnya semakin parah.

Puri tak bisa memberikan apa-apa untuk berbakti pada ayahnya, setidaknya dengan menuruti permintaan terakhir dari ayahnya Puri takkan merasa bersalah setelah kepergian ayahnya.

"Baiklah Yah," ucap Puri dengan suara parau karena menahan tangisnya.

Pak Dodi pun tersenyum sambil meraba wajah putrinya.

"Terima kasih Puri, sekarang ayah bisa pergi kapan saja dengan tenang."

"Iya yah, tapi jangan bicara seperti itu," tangis Puri.

Bu Mita menghampiri Puri.

"Ayah kamu meminta pernikahannya dilaksanakan hari ini. Karena itu Mommy sudah mempersiapkan segalanya Nak," ucap bu Mita.

Puri mengangguk sambil berusaha menahan tangisnya. Sementara bu Mita tersenyum karena akan mendapatkan seorang menantu yang cantik dan ayu seperti puri.

"Daddy, kamu panggil Rasya, sebentar lagi penghulu dan dua orang saksi dan akan hadir jangan sampai dia terlambat," ucap Bu Mita.

"Iya mommy, sebentar Daddy hubungi Rasya terlebih dahulu," ucapan Wirman sambil berjalan keluar dari ruangan tersebut.

Puri memintal jarinya dengan ujung kemeja putih yang dikenakannya. Hari ini ia seperti bermimpi akan menikah dengan seorang lelaki di usia belia, terlebih lagi pria itu tak pernah ia kenal sama sekali. Puri harus menahan air matanya agar tak mengecewakan sang ayah  meskipun ia begitu kecewa.

***

Sementara itu, di sebuah kampus ternama di kota Jakarta.

"Rasya!" kamu kok bengong sih?" tanya seorang gadis yang mendaratkan bokongnya di depan Rassya.

"Ah tidak."

"Sayang, beberapa hari ini aku lihat kamu sepertinya murung, Ada apa sih ?" tanya Sherly.

Rasya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak ada apa-apa kok Sayang aku lagi memikirkan pekerjaan. Makmum saja aku adalah pewaris dari kedua orang tuaku. mereka memiliki beberapa perusahaan dan mereka memintaku untuk menjadi pemimpin salah satu dari perusahaan Itu."

"Wah bagus dong Sayang. Dengan begitu secepatnya kita bisa menikah," ucap Sherly.

Rasya tersenyum getir.

Sebenarnya bukan itu yang ada dalam pikiran Rasya. Rasya tengah memikirkan perjodohan orang tuanya dengan seorang gadis yang tak ia kenal.

Padahal Rasya sudah memiliki kekasih yang sudah dua tahun ia pacari. Selama ini orang tua Rasya memang memintanya untuk tak menjalin hubungan dengan seorang gadis karena sejak kecil ia sudah dijodohkan.

Tret… getaran suara handphone terdengar hingga membuyarkan lamunan Rasya untuk kedua kalinya.

Sementara Sherly hanya menatap Rasya yang beberapa hari ini terlihat berbeda.

"Halo Rasya." Wirman di ujung telepon.

"Ada apa daddy?" tanya Rasya dengan ketus.

"Kamu datang kerumah sakit sekarang juga. Calon istri kamu sudah nunggu."

"Daddy, aku gak mau nikah! "

"Rasya kamu jangan membantah perintah daddy, atau Daddy tarik semua fasilitas kamu?!"

Rasya menghela nafas panjangnya yang terasa berat.

"Iya daddy, aku akan kesana sekarang!"

Rasya menutup teleponnya sambil mendengus.

"Sudah gila kali!"dengus Rasya sambil menghempaskan ponselnya.

Sherly menghampiri Rasya yang terlihat kesal.

"Sayang kamu kenapa seperti terlihat kesal begitu sih?"tanya Sherly.

"Tidak apa-apa. Sayang aku harus pergi ke rumah sakit ya, jenguk teman Daddyku." Rasya coba untuk menahan emosinya agar Sherly tak curiga.

"Aku ikut dong. "

"Tidak bisa Sayang. Kamu tahukan orang tua aku tidak senang jika aku bawa pacarku."

"Tapi sampai kapan kita akan merahasiakan hubungan kita ini?" tanya Sherly.

"Tenang saja, setelah aku diangkat jadi presiden direktur di salah satu perusahaan daddy ku, aku akan mengenalkan kamu sebagai calon istri ku," ucap Rasya.

Sherly tertunduk.

"Sudahlah, itu tak akan lama lagi, selesai wisuda aku pasti akan bawa kamu menemui keluarga ku dan meminang kamu jadi istri ku," ucap Rasya sambil mengecup kening Sherly.

Rasya langsung berlalu dari Sherly.

Sementara Sherly menatap kepergian Rasya dengan tatapan bengis.

"Aku harus dapat kan kamu, apa pun caranya."

***

Rasya tiba di rumah sakit, saat itu ia kaget karena sudah ada beberapa orang lainya di ruangan VIP itu.

"Nah ini dia calon pengantin prianya," ucap Bu Mita sambil menghampiri Rasya.

Puri menoleh ke arah Rasya, begitupun sebaliknya Rasya melihat ke arah Putri, seorang gadis yang masih berseragam putih abu-abu.

"Ayo Rasya, kamu hafalkan nama calon istri kamu dan ayahnya, setelah itu lakukan akad nikah, karena pak penghulu sudah terlalu lama menunggu," ucap pak Wirman.

Pak Wirman memberikan secarik kertas pada Rasya.

Rasya dipaksa menghafal ucap ijab kabul. Setelah siap mereka pun duduk bersama-sama di karpet yang sudah disediakan.

Sementara pak Dodi di tuntun untuk duduk, pria itu begitu ingin menjadi wali nikah putrinya.

"Baiklah karena keadaan mendesak, kita lakukan akad nikahnya saat ini juga," ucap penghulu.

"Pak Doni! Nak Rasya sudah siap kan?" tanya penghulu.

"Siap!" sahut Rasya yang didesak oleh pak Wirman.

"Baiklah, silahkan pak Dodi dan Nak Rasya berjabat tangan."

Pak Dodi dan Rasya berjabat tangan. Rasya merasakan tangan pak Dodi yang gemetar dan dingin sama, seperti dirinya yang juga bergetar karena grogi.

"Faaz Rasya Hakim , saya nikah dan kawinkan kan kamu dengan putri saya dengan Almaira Puri binti Dodi Karim dengan mas kawin sebentuk cincin emas dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Almaira Putri binti pak Dodi Karim dengan mas kawin sebentuk cincin di bayar tunai!" ucap Rasya.

"Sah?" tanya Penghulu.

Hay, selamat membaca karya author. Kali ini Author mau ngajak para reader refreshing sejenak  jadi dengan kisah remaja yang berbalut kisah romantis dan penuh perjuangan. Jika suka silahkan masuk kan ke dalam rak bukunya ya. 

Jika tidak suka jangan masukan kedalam hati 🙏🥰

Terpopuler

Comments

Nurhasanah

Nurhasanah

awal2 masi lumayan cerita y

2023-09-29

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Sah

2023-09-07

0

Rose Mahamud

Rose Mahamud

Dengan?

2023-08-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!