Walau melelahkan kami bisa mengamankan waktu kami untuk pendaftaran, semua orang berteriak senang sebelum akhirnya Bu Nanase mentraktir kami makan di sebuah restoran keluarga yang menyajikan olahan daging sapi.
"Untuk kerja kerasnya kita bersulang."
"Bersulang."
Aku tersenyum setelah memakan beberapa daging kemudian berjalan ke beranda untuk memperhatikan pemandangan di bawah kota, bagaimana pun restoran ini menyajikan ruangan lantai dua.
Rin muncul dengan kaleng yang dia sodorkan padaku.
"Kamu memerlukan lebih banyak soda."
"Apa aku terlihat seperti itu?"
"Sangat."
Aku menerimanya dan meminumnya bersama Rin yang membuka mulutnya.
"Terasa menyegarkan terlebih bersama semua orang, hal seperti ini terasa seperti mimpi. Jika pun ini memang mimpi aku tidak ingin bangun dan terus melanjutkannya."
"Apa aku harus mencubit pipimu untuk memastikannya?"
"Itu hanya perumpamaan."
"Begitu."
"Terima kasih Tora."
"Untuk apa?"
"Semuanya."
Aku memiringkan kepala ke arahnya yang masih menatap pemandangan kota. Dari samping Rin tetaplah terlihat cantik menyaingi cahaya rembulan.
"Sejak dulu aku selalu berfikir tidak bisa melihat dunia yang seperti ini, tapi sekarang aku melihatnya dan bahkan merasakannya, aku sangat senang."
Penulis selalu menggambarkan perasannya seperti itu. Dari yang kuingat Rin dulu memang sangat tertutup.
"Sama-sama, aku berniat membuat perusahaan game setelah aku lulus SMA tapi kurasa keputusanku membuatnya lebih awal memang tepat, aku bisa bertemu dengan kalian adalah hal berharga yang tidak mungkin bisa ditemukan untuk kedua kalinya, walau banyak game dan novel yang menceritakan seseorang bisa kembali ke masa lalu namun hal itu tidak akan pernah terjadi di dunia nyata, apa yang kamu lakukan tidak pernah terulang kembali karena itulah hargailah waktu yang kita dapatkan sekarang termasuk menjaga hubunganmu dengan teman-temanmu saat ini."
Rin tertawa kecil.
"Aku tidak menyangka kamu akan mengatakan sesuatu yang puitis."
"Aku tidak berfikir seperti itu."
"Ngomong-ngomong aku sedikit penasaran, apa Bu Nanase sebelumnya mengenalmu, aku melihat dia banyak menaruh perhatian padamu?"
"Kenapa kamu menanyakannya?"
"Kamu terlihat seperti seorang yang suka ikut campur urusan orang lain, mungkin saja di masa lalu kamu pernah menyelamatkannya seperti apa yang kamu lakukan padaku."
Aku menggelengkan kepalaku.
"Aku tidak mengingat apapun tentangnya. Mungkin ia hanya merasa tertarik karena aku adalah pria yang mudah digoda."
"Nah jika aku menggodamu kamu akan tertarik padaku?"
Pandangan kami untuk sesat saling bertemu dalam keheningan, sampai akhirnya Albert memanggil kami berdua.
"Apa yang kalian lakukan di sana? Cepatlah kemari.. Bu Nanase memesan daging yang lebih banyak untuk kita."
"Sebaiknya kita juga harus ikut bergabung."
Rin mengembungkan pipinya.
"Ada apa?"
"Bukan apa-apa."
Aku mengikutinya yang telah lebih dulu berjalan di depan.
Ada sekitar 20 perusahaan game yang lulus seleksi pertama, di seleksi kedua kami dipanggil ke tempat khusus untuk memperkenalkan segala seluk beluk tentang game yang kami buat dihadapan juri.
Semua orang memandang ke arahku dengan rasa khawatir.
"Tolong lakukan dengan baik."
"Tora kamu mungkin tegang aku akan memijatmu sebagai teman masa kecil."
"Minumlah air ini."
"Ibu mendukungmu."
"Kalian terlalu berlebihan, aku tidak merasakan apapun yang kalian khawatirkan. Game ini kita buat dengan susah payah dan penuh kerja keras aku tidak akan mungkin membiarkannya gagal karena ulahku sendiri, kalau begitu aku pergi."
Alexia menatapku dengan pandangan berbinar.
"Mari menangkan ini dan buat game seksualnya juga."
"Kamu masih menginginkan hal seperti itu."
Aku mengangguk kecil lalu naik ke atas panggung, seperti yang aku bilang aku akan melakukannya dengan baik.
"Waktunya 10 menit, silahkan dimulai."
Di depan semua orang berjas aku mulai menjelaskannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments