Aku membaringkan diriku di ranjang selagi menatap langit-langit kamar, ada beberapa pesan yang masuk ke dalam ponselku, pertama dari Bu Nanase, Albert dan juga Rin.
Yang aku bingung bahwa mereka bertiga mengirimiku masing-masing foto selfie mereka.
"Ayolah, apa kalian ingin aku memuji kalian?"
"Tentu saja yeeah, ibu haus akan pujian mesra dari anak muda, bukan berarti ibu sudah tua yah."
"Aku juga ingin dipuji sesekali."
"Apa untungnya kau meminta itu pada pria."
"Kalau tidak keberatan bagaimana denganku Tora."
Aku hanya bisa melakukannya, setelah anggota kami terbentuk, kami membuat grup di ponsel agar memudahkan kami saling berkomunikasi.
Rin terlihat manis apa dia tidak keberatan jika aku menyimpan fotonya. Ketika memikirkan itu adikku Tiara mengetuk pintu.
"Kakak makan malam sudah siap, apa aku harus menerobos ke kamarmu dan menciummu?"
"Hentikan itu, kau membuatku takut."
"Hubungan adik kakak seperti itu."
"Jangan terlalu banyak nonton anime, kehidupan nyata tidak seperti itu."
Aku buru-buru bangkit untuk membuka pintu. Semenjak orang tua kami menghilang hanya ia keluarga yang aku miliki sekarang.
Adapun saudara lainnya, mereka lebih suka meninggalkan kami karena kami jatuh miskin.
Tiara memiliki rambut perak dengan warna serupa, ia mengepang rambutnya bergaya twintail dan lebih suka menggunakan gaun gothic.
Anime dan Light novel kesukaannya adalah Date A Live karena itulah dia mengenakan pakaian yang sedikit mirip dengan Kurumi.
Karena sering dibully ia sudah tidak pergi ke sekolah dan hanya menyelesaikan sekolahnya di SMP kelas tiga. Untuk sehari-hari ia hanya menghabiskan waktu di rumah dengan menonton anime, membaca buku dan bermain game, meski demikian aku sama sekali tidak keberatan. Bahkan jika aku harus menopang hidupnya selamanya aku tidak peduli.
Ia adalah seorang yang berharga dari siapapun.
"Ada apa kakak?"
"Bukan apa-apa, hanya saja makan malam hari ini apa?"
"Aku sudah menebaknya kakak akan mengatakan itu, hari ini aku memesan olahan daging yang sedang diobral."
"Kelihatannya enak."
Kami duduk bersama di meja makan, Tiara selalu menunggu berbagai ceritaku di sekolah, aku tidak keberatan untuk mengatakan semuanya dan ia terlihat sangat menikmatinya.
Sebelumnya rumah kami sangatlah besar, aku menjual semuanya dan pindah ke rumah yang lebih kecil berkat itu kami masih bisa hidup sepuluh tahun ke depan tanpa perlu mencari uang, walau demikian kami tetap harus hidup berhemat.
"Jadi adikku yang manis, apa kamu mau ikut bergabung juga?"
Aku menceritakan soal rencanaku membuat perusahaan game dan adikku mengangguk mengiyakan.
"Aku ingin bergabung tapi.."
Adikku sedikit trauma dengan orang lain, meski demikian teman-temanku adalah orang baik.
"Jangan khawatir, mereka semua sangat baik.. lain kali aku akan memperkenalkannya."
"Um."
Paling tidak aku ingin adikku mengenal seseorang selain aku dan mengobrol dengan mereka.
Keesokan paginya aku berpamitan pada Tiara yang memeluk bonekanya, sama seperti yang kulihat dia hanya tersenyum selagi melambaikan tangannya.
Aku sudah mengatakan bahwa dia tidak harus membukakan pintu untuk siapapun dan jika itu paket mereka disuruh untuk meletakannya di depan pintu saja, aku selalu yakin bahwa suatu hari ia mau keluar dan kembali menjalani hidupnya sedia kala.
Jika ayah tidak mengakhiri hidupnya dan ibu tidak pergi meninggalkan kami, Tiara tidak akan seperti ini.
Memikirkannya hanya akan membuat kesal, membuang hal itu aku telah menemukan Albert dan Rin telah menunggu di depan rumahku.
"Kalian berdua?"
"Aku tadinya ingin pergi berduaan dengan Tora tapi entah kenapa gadis ini juga malah ikut-ikutan."
"Aku juga ingin pergi bareng sama Tora."
"Tenanglah kalian berdua, mari pergi bersama," kataku lemas.
Aku pikir aku diberkahi teman-teman baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments