Selepas sekolah aku mengunjungi sebuah kediaman tak jauh dari sekolah. Itu sebuah kawasan perumahan yang banyak dihuni oleh orang-orang kaya pada umumnya.
Selagi memperhatikan ponsel di tanganku, aku sekali lagi memeriksa alamat yang diberikan oleh Bu Nanase sebelumnya.
Untuk Albert aku memintanya untuk pulang lebih dulu, aku tidak ingin melibatkannya juga.
"Di sini kah."
Aku memencet bel hingga seseorang muncul, ia terlihat mirip seperti Rin dengan postur dewasa.
"Selamat sore tante. Apa Rin ada? Aku Tora."
"Seorang laki-laki, Rin punya pacar," katanya demikian.
Dari dalam rumah pria berotot menerobos keluar selagi berteriak.
"Apa? Aku tidak akan menyerahkan putriku begitu saja."
"Kalian salah paham aku hanya teman sekelasnya, aku hanya datang untuk memberikan ini."
Kedua orang tuanya segera mencengkeram bahuku.
"Tidak sopan jika berkunjung tidak mampir, tolong masuk dulu."
"Baik."
Karena tekanannya terlalu kuat aku tidak bisa melarikan diri.
"Namaku Ayaka Miya, dan ini suamiku Nicolas."
"Hum hum."
"Kami penasaran dengan putri kami yang bersekolah apa yang sering dia lakukan di sana?"
"Hanya bersekolah."
"Tolong lebih spesifik lagi?"
"Ia kebanyakan menulis sesuatu di buku dan jarang bicara."
"Gadis itu, padahal aku sudah bilang bahwa di sekolah tidak perlu bekerja."
"Bekerja?"
Aku memiringkan kepalaku dengan bingung.
"Rin sebenarnya seorang penulis cerita, ia sebenarnya tidak ingin sekolah dan kami berdualah yang memaksanya."
"Yang dikatakan istriku benar, kami sedikit khawatir kehidupannya di sekolah," kata si ayah sebelum melanjutkan.
"Dia tiba-tiba tidak ingin sekolah lagi kemungkinan ia tidak akan melanjutkannya kembali."
"Bukannya itu terlalu.."
"Di zaman sekarang pendidikan sangat penting karena itulah aku sedikit khawatir dengannya, bahkan ayahnya mengambil cuti beberapa hari untuk mencoba bicara dengannya... kami akan senang jika kamu mau menemuinya dan menyerahkannya seorang diri."
Aku tidak menyangka akan terlibat hal seperti ini. Mereka ingin aku yang berbicara.
Aku menaiki tangga untuk sampai ke lantai dua, kamarnya sendiri berada di ujung koridor dengan gantungan kucing hitam di pintunya.
Ketika aku mengetuk pintu dan mengatakan mamaku, Rin terdengar menjerit.
"Apa yang kamu lakukan di rumahku?"
"Boleh aku masuk."
"Tidak, tidak, aku belum merapikan kamarku."
Karena tidak dikunci aku mengintip sedikit dan melihat bagaimana Rin tampak berjongkok selagi membereskan tumpukan kertas, aku pikir dia gadis yang membiarkan makanan dan baju kotor begitu saja namun yang terlihat sekarang hanyalah tumpukan kertas dan buku.
"Memalukan sekali," katanya menutupi wajahnya walaupun jelas tanpa melakukan itu pun aku tidak benar-benar melihatnya.
Aku mengambil sebuah buku novel yang tergeletak di dekat kakiku, itu buku tentang kehidupan fantasy.
Jika melihatnya sekilas ini sebuah genre yang mirip dengan Harry Potter dan juga the Lord of the Ring.
"Ah, buku itu tolong kembalikan."
"Rin apa kamu yang menulis ini?"
Rin tampak malu-malu.
"Aku yang menulisnya, apa tulisanku jelek."
Dia menggunakan nama Mermaid sebagai nama pena.
"Ini sangat bagus.. kamu benar-benar pandai melakukannya."
"Penjualannya tidak terlalu laku keras, jadi hanya satu buku yang bisa aku tulis."
Aku mengerti apa yang coba ia katakan, di dalam kamarnya lebih banyak genre anak muda, horor serta rumah tangga.
"Genre fantasi memang kurang baik diterima di Indonesia, namun jika itu sebuah game aku yakin banyak orang yang menyukainya."
"Kamu memintaku untuk pindah?"
"Tidak, aku tidak ingin melakukan itu... hanya saja karya seperti ini sangat luar biasa, sesungguhnya aku sangat menyukai genre-genre seperti ini."
"Kamu mengatakan bahwa kamu menyukai game waktu itu."
"Benar, tapi sebenarnya ada satu hal yang ingin kulakukan."
Aku mengambil jeda beberapa saat untuk kembali membuka mulutku.
"Aku ingin bisa membuat perusahaan game sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
SDull
smangat trus thor
2023-04-07
0