Keheningan telah menyerang kami semua, semua orang tampak terduduk muram.
"Ada apa dengan kalian, juara tujuh bukannya itu sudah bagus?"
Albert yang menimpali perkataanku.
"Mana ada juara tujuh? Paling ada juara satu, dua, tiga."
"Walau kita tidak dapat uang paling tidak game yang kita buat masih bisa dimainkan di PS 5, bukannya itu sesuatu yang membanggakan. Ayolah... mereka menang karena mereka sudah lebih awal mempersiapkannya dari kita."
Alexia memukul pahanya.
"Sialan, bagaimana bisa mereka membuat game sekelas Residen Evil dan juga Nier Automata."
"Kita juga bisa melakukannya, game oven world memang sulit bukan berarti tidak bisa dibuat, benar kan Aden?"
"Benar, tapi aku merasa kesal, ini pertama kalinya aku tidak menang dalam sebuah kompetisi."
Dia benar-benar benci kalah, meski demikian aku senang bahwa Aden juga menikmati waktu yang kami habiskan bersama.
Di sisi lain Bu Nanase tidak seperti biasanya terlihat murung juga dan untuk adikku dia menangis.
Mereka semua ada apa sebenarnya? Kurasa hanya Rin yang bisa menahan kekecewaannya.
"Mungkin naskahku kurang baik."
Aku tarik perkataanku, dia sangat depresi.
Aku kembali melirik Bu Nanase untuk membawa semua orang kembali ke mood terbaik mereka dan ia juga malah menangis.
Nih orang tidak bisa diandalkan di saat-saat sepenting ini.
Aku menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
"Even ini diadakan satu tahun sekali, jika kalian semua kesal, maka mari buat lagi game dan mari menangkan tahun depan."
Semua orang kembali menaikan kepala mereka.
Rin lebih dulu mengangkat suaranya.
"Benar, kita selalu punya kesempatan. Saat itu kita pasti memenangkannya."
"Kita harus membuat game seksual juga."
Alexia kembali ke keadaan mereka dan semuanya juga perlahan membaik.
"Akan aku asah lagi teknik suaraku."
"Aku juga."
"Sesuai yang diharapkan dari murid-muridku, keberadaanku memang sangat membantu."
Permisi.
Aku tidak ingat apa yang telah Anda perbuat barusan selain duduk dengan ekpresi kosong.
"Lalu kakak apa kita akan mulai membuat game lagi?"
"Tidak, untuk game selanjutnya kita tidak akan terburu-buru meski demikian kita juga tidak boleh melupakan deadline."
Kami seorang pelajar dan kami juga tidak boleh melupakan pelajaran untuk tes yang lain ke depannya.
Mendengar istilah deadline, Rin memegangi kepalanya.
Dia cukup trauma dengan itu, mari tanyakan editornya lain kali.
"Lalu kita akan melakukan apa?" tanya Alexia.
"Kita akan berlibur."
Bu Nanase berdiri dengan semangat.
"Berlibur, jika demikian serahkan pada ibu, ibu akan menemukan tempat yang cocok untuk semua orang."
Ditambah tanggal merah dan libur mingguan kami punya waktu tiga hari untuk melakukannya, aku sempat bertanya-tanya tempat seperti apa yang disarankan oleh Bu Nanase dan itu ternyata sebuah pondok cukup luas di dalam hutan, di dekat sini ada sebuah danau yang bisa kami pakai berenang dan memancing.
Dengan pemandangan pegunungan serta pepohonan. Ini lebih luar biasa dibandingkan tempat lainnya.
Semua orang tertegun sama sepertiku.
"Teman ibu menyewakan tempatnya pada ibu, kita bisa memakai semua fasilitas ini secara bebas."
Sementara Bu Nanase duduk di sofa beranda semua orang memijatnya, Tiara juga menyerahkan minuman jus padanya.
"Mereka terlalu berlebihan menunjukkan rasa terima kasihnya."
Alexia di sebelahku tertawa dengan caranya.
"Benar-benar menyenangkan sekali, aku biasanya menjalani hidup dengan pertumpahan darah tapi ini sesuatu yang baru kulakukan."
"Aku tidak ingin tahu kehidupanmu sebelumnya."
"Ayolah Tora, aku tidak keberatan memberitahukanmu tentang bagaimana aku mengalah pengganggu. Cepat tanya aku?"
"Ogah lebih baik buru-buru memilih kamar yang cocok untukku."
"Kau seperti gadis saja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments