Di kelas aku sedang membaca buku saat Rin tampak malu-malu duduk di sebelahku menyeret kursinya, aromanya sangat enak.
Tentu maksudku adalah bekal yang dibawanya, aku bukanlah orang mesum jika pun ada yang harus mendapatkan julukan itu adalah pria di depanku ini yang ikut makan bersama kami.
"Aku membeli majalah dewasa kau mau melihatnya juga nanti, harganya cukup mahal sih."
"Apa yang dia katakan?"
"Maaf Rin, tapi sesungguhnya dia orang seperti itu, meski demikian dia orang baik aku menjaminnya."
Kami di sini tidak perlu menutupi bagaimana kepribadian kami, orang-orang di sana mungkin suka berbohong untuk bisa berteman tapi aku lebih suka seperti ini.
"Aku membuat bekal yang banyak, kalian bisa mencicipinya juga."
"Kalau begitu aku ambil ini."
"Aku juga."
Aku meletakan light novel di tanganku untuk mencobanya.
Ini enak, bento biasanya hal yang dibuat di Jepang, jadi ini suatu kesempatan langka untuk merasakannya juga. Ada omelet, onigiri dan juga berbagai variasi lainnya. Potongan sosis juga dibuat menyerupai gurita.
Mengunyah dan rasanya sangat enak.
"Terima kasih."
Rin melirik ke arah sampul buku.
"Date a live, aku memiliki semua serinya jika kamu mau pinjam aku tidak keberatan walaupun semuanya menggunakan bahasa Jepang."
"Itu tidak perlu, setiap beberapa bulan penerbit akan mencetaknya dalam bahasa Indonesia, aku hanya akan menunggunya sampai keluar."
"Begitu."
"Adiknya sangat menyukainya, jika itu Tora dia lebih suka majalah dewasa dengan tipe Onee-san di sampulnya."
"Jangan samakan aku denganmu!" teriakku pada Albert.
"Tunggu kenapa kau menatapku begitu Rin?"
"Jelas sekali kau mengatakan sesuatu yang tidak boleh didengar gadis," kataku memperingati.
Harus dipahami ada hal yang bisa dibicarakan dengan lawan jenis adapun tidak, karena itulah orang ini pria brengsek, walau demikian aku menjamin dia tidak pernah menyentuh gadis mana pun.
Kami menghabiskan waktu istirahat dengan obrolan ringan, mengikuti pelajaran terakhir sebelum akhirnya berjalan-jalan di sekitar kota. Tempat pertama yang kami tuju adalah sebuah gang yang dipenuhi banyak siswa-siswi lain yang telah tumbang di bawah, hanya satu orang yang masih berdiri di sana yaitu seorang gadis dengan rambut merah panjang, mata ruby serta pakaian seragam yang sama dengan kami.
Dia adalah Alexia.
Ia menepuk-nepuk roknya untuk menyingkirkan debu sebelum mengambil tas miliknya sendiri, menyadari kami yang mendekat padanya dia menunjukan kewaspadaan.
"Apa yang kalian inginkan?"
"Kami ingin mengajakmu untuk bergabung ke perusahaan game kami yang sedang kami bentuk."
"Game? Aku bukan seorang yang bisa membuat game."
"Tapi kamu ahli dalam menggambar bukan."
Diserang perkataanku ia menarik dirinya ke belakang karena terkejut.
"A-apa yang kau katakan, aku tidak mengerti.. aku pergi."
Kami mengikutinya sampai ia berhenti dan berbalik pada kami. Lebih tepatnya dia mencengkeram kerahku.
"Tora bukannya dadanya sangat besar untuk cewek kasar."
"Lu mau bonyok, kau mengenakan pakaian laki-laki tapi wajahmu cantik."
"Dia laki-laki tulen, abaikan saja dia memang seperti itu," balasku lelah.
"Tolong menjauhlah dariku, apapun yang kau tawarkan aku tidak tertarik."
Aku menunjukan ponselku supaya dia bisa melihat karyanya sendiri.
"Gambarmu sangat indah, aku yakin kamu lah yang kami butuhkan untuk mengisi bagian Ilustrator... bukannya kamu tidak terikat dengan perusahaan mana pun."
"Itu hanya hobi kecilku, aku tidak berfikir untuk menjadi seperti itu."
Dia melepaskan kerah bajuku.
"Tora, kamu baik-baik saja."
"Aku tak apa," jawabku pada Rin.
"Sepertinya kalian tidak akan menyerah, kalau begitu bertarunglah denganku maka jika bisa mengalahkanku aku akan mendengarkan permintaan kalian," katanya sedikit mengancam.
Dia benar-benar gadis bermasalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments