buat yang udah mau baca ceritaku, maaf ya akhir - akhir ini telat update soalnya mendekati hari raya sudah mulai sibuk. tolong berikan ulasan di kolom komentar supaya othor semangat nulisnya. by the way ini karya pertamaku butuh kritik dan saran dari kalian. selamat membaca ! maaf kalau banyak typo.
plakk !
dengan sekuat tenaga yang tersisa Evelyn melayangkan tamparan ke pipi mulus kavian hingga menimbulkan kemerahan berupa lima jari di bekas tamparan itu .
kavian membeku, menatap nyalang gadis di bawah kungkungannya dengan sorot mata yang tajam. Evelyn mendorong tubuh kavian sampe lelaki itu terjungkal kebelakang dan tubuhnya menyium dinginnya lantai kamar.
" brengsek ! " umpatnya Evelyn menatap balik kavian penuh Amarah bahkan wajahnya sampai memerah.
kavian tercengang melihat gadis remaja di depannya yang sudah berkaca - kaca. kavian mengalihkan pandangan, ada penyesalan yang menyusup ke dada telah berbuat demikian dengan istri mudanya. walaupun sebenarnya itu halal saja mengingat status mereka yang sah dimata agama.
" keluar kamu, brengsek ! " usir Evelyn menunjuk ke arah pintu.
tanpa sepatah katapun, kavian bangkit dan memungut kemejanya, memakainya asal lalu keluar dari kamar itu.
brakkk
pintu ditutup dengan keras hingga menimbulkan debuman nyaring. tubuh Evelyn merosot ke kasur dengan tangis yang pecah. betapa terhinanya dia saat ini mendapat perlakukan kasar suaminya. bukan, bukan soal ciuman itu melainkan sebutan ****** yang dilontarkan oleh suaminya. perkataan itu menyimpulkan bahwa Evelyn gadis murahan menurut pemikiran suaminya. kalaupun nggak ada rasa sedikitpun, harusnya paling tidak menghargai sebagai seorang wanita.
di luar sana, kavian terduduk masih didepan pintu Evelyn. dadanya terasa sakit melihat gadis itu mengeluarkan air mata. ia mengutuk dirinya yang berbuat bodoh karena berbuat tak senonoh dengan gadis itu.
kavian mengerang, menjambak rambutnya frustasi. kemudian ja teringat lagi dengan istri tuanya yang mungkin saja akan marah berkepanjangan terhadapnya. kekesalannya terhadap jake dan evelyn telah membutakan matanya sehingga tanpa sadar dia telah menyakiti dua orang wanita di dalam hidupnya. entah ia sendiri bingung kesal karena hal apa.
kavian memutuskan untuk bangkit memasuki kamar yang menjadi saksi percintaan ya selama 6 tahun dengan istri tuanya. kavian meneguk ludah sedikit kesusahan mendapati laura yang kini meringkuk di atas kasur dengan sesenggukan.
kavi melangkah pelan menuju ranjang dimana istrinya meringkuk membelakanginya. tangan besarnya mengelus rambut terawat istrinya dengan sayang. merasa ada yang menyentuh, laura hendak berbalik. namun merasa familier dengan aroma parfum itu, laura mengurungkan niatnya.
kavian menghela nafas. penyesalannya makin bertambah saat mengetahui istrinya tengah menangis. seumur - umur menikah dengannya, laura jarang menangis nyaris tak pernah karena selama ini istrinya selalu diperlakukan bak Ratu olehnya.
tak ada pergerakan dari laura, hanya isak tangis yang terdengar. kalian merebahkan tubuhnya miring memeluk istrinya dari belakang. tangannya terulur merengkuh perut rata istrinya dan mendekapnya posesif.
laura berusaha melepaskan tangan kavian
" pergi ! "
kavian mengeratkan pelukannya tak menggubris perintah laura. dan makin mencerukkan kepala ke leher mulus wanita yang amat di cintainya.
" aku bilang pergi kavian !" bentak laura masih berusaha melepaskan tangan kekar suaminya.
" maaf " hanya satu kata yang bisa terlontar dari mulut kavian.
" pergi brengsek, aku tidak butuh pengkhianat sepertimu " laura kesal lalu hendak bangkit dari berbaring nya. tubuhnya yang kecil jelas saja tidak bisa lepas dari dekapan tubuh kekar suaminya.
" aku janji ini yang terakhir sayang, aku khilaf aku... aku hanya marah saja dengannya karna dia terus membantah perkataanku " sesal kavi, air matanya mulai mengalir.
tangis laura kembali pecah, tubuhnya bergetar hebat. rasanya sakit sekali melihat suaminya akan menjamah wanita lain, walaupun itu juga istrinya. faktanya, memang tidak ada seorang wanita yang bisa berbagi dengan wanita lain meskipun terikat dengan hubungan yang sah.
kavian membalik tubuh laura hingga menghadapnya. laura masih menunduk dengan air mata yang masih membanjir.
dikecupnya lama kening laura untuk menumpahkan segala penyesalan yang menyelimut di dada. kavian menangkup wajah sembab laura agar menatapnya.
" maaf, tolong jangan menangis sayang. aku sangat terluka melihatmu sedih. aku akan melakukan apapun untuk menebus kesalahan ku " janjinya bersungguh sungguh, menatap lekat manik mata wanita di depannya yang terus mangaliri air.
laura mendongak membalas tatapan lekat mata coklat suaminya mencari kesungguhan yang terpancar dari mata itu. ia sendiri bisa melihat tatapan tulus dan juga tatapan penuh sesal disana.
laura menghembuskan nafas melalui mulut dan menyeka pipi basahnya.
" janji ? " tanya laura dengan wajah yang menggemaskan seperti anak kecil yang tengah di bujuk oleh ibunya.
kavian tersenyum manis dan mengangguk lalu di dekap erat - erat tubuh istrinya yang selalu menjadi candu baginya. laura lantas membalas pelukan kavi dengan nyaman. sampai akhirnya mereka sama - sama terlelap menuju kealam mimpi. tak perdulikan ada wanita lain yang kini tengah menangis tersedu - sedu di sebelah kamarnya dengan sakit hati yang memupuk di dada.
Shakti berguling ke kanan dan ke kiri dengan mata terpejam, namun sulit untuk sampai ke alam mimpi. perlakuan kakaknya terhadap Evelyn sedari tadi terus saja mengganggu pikirannya. akhirnya dengan terpaksa Shakti harus membuka mata dan bangkit dari kasur nya. Shakti duduk termenung dengan pikiran yang berkecamuk.
" aaarggghhh,, gue kenapa sih? " Shakti mengacak rambutnya frustasi merasa aneh dengan dirinya yang terus memikirkan Evelyn.
Shakti memilih bangkit dan menuju ke balkon, mungkin pikirannya bisa tenang kalau menghirup udara malam yang menyejukkan. Shakti memandang sekeliling penjuru di bawah balkonnya. dimana hanya terdapat sebuah taman dan kebon. beda sama letak kamar kakaknya yang langsung menghadap ke jalan raya. Shakti sendiri memilih kamar ini karena nggak mau mendengar suara bising yang berasal dari jalanan. itu sangat mengganggu menurutnya.
Shakti menyelipkan batang rokok ke mulutnya dan menyalakan korek mendekatkan ke rokok. detik berikutnya asap mengepul ke udara. shakti mengeluarkan asap itu dari mulut dan hidung. kalau bagi cowok merokok itu bisa menghilangkan setres dan relaxasi, begitupun dengan pemikiran Shakti yang sependapat.
mungkin selama satu jam lebih Shakti hanya berdiri di pembatas balkon memandangi taman di bawah yang nggak ada menarik - menariknya. udah habis dua batang, itu udah cukup buat menghilangkan penat di pikiran, entah mikirin apa yang jelas Shakti pun masih bingung.
cowok imut itu berjalan mondar - mandir dan mengacak - acak rambutnya frustasi. kesel banget dari tadi bayangan Evelyn selalu muncul di otaknya. pengin nyamperin tapi takut ganggu dan pastinya nggak mau malu kalau sampai nanti mereka benar - benar lagi enak - enak.
saking gabutnya shakti memutuskan untuk push up dan olah raga lainnya yang mungkin bisa berkeringat dan membuatnya lelah jadi bisa cepet tidur.
setelah melakukan bermacam aktivitas olahraga, akhirnya dia merasa lelah. Shakti memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
ceklek
Shakti terjungkal kebelakang saat mendapati seorang wanita duduk dengan rambut tergerai bebas.
" astaghfirullah ve, ngagetin aja ! "
Evelyn mendongak dengan masih sesenggukan. Shakti bangkit dan berjalan mendekati Evelyn dengan masih memakai handuk yang melilit area bawahnya
" kok lo belum tidur? " Shakti menatap lekat lekat wajah sembab dan mata gadis itu yang memerah. tiba - tiba hatinya seperti teriris melihat gadis yang selama ini terlihat tegar menjadi mellow dan sedih
" lo kenapa? kok nangis? " tanya Shakti masih menatap Evelyn.
" gue mau tidur disini aja " Evelyn mengabaikan pertanyaan Shakti.
Shakti menggaruk tengkuknya " bukannya lo tadi tidur sama,, sama mas kavi"
tangis Evelyn kembali pecah mendengar nama pria brengsek itu di sebut.
Shajti gelagapan matanya celingukan takut ada yang mendengar tangis Evelyn bisa gawat nanti dikiranya dia sedang berbuat hal tak senonoh apalagi sekarang dia hanya memakai sehelai handuk.
" ssttt,, cup cup cup kok malah nangis sih. jangan keras - keras nanti kalau ada yang dengar gimana ? " shakti mendudukkan pantat dikasur lalu mengusap lengan Evelyn berharap gadis itu berhenti nyengeng.
bukannya berhenti, Evelyn makin menjadi tangisnya. karena panik Shakti merengkuh bahu Evelyn menyusrukan kepala gadis itu ke dada bidangnya supaya tangisnya meredam. Shakti menepuk lembut bahu Evelyn menenangkan gadis itu. mungkin sekitar 30 menit tangis evelyn mereda.
Evelyn melepaskan diri lalu mengusap sisa ingus nya dengan tangan. bibir Shakti mencebik merasa jijik juga kesal melihat ingus itu.
Shakti berjalan ke arah meja belajar mengambil tissue dan menyodorkan ke evelyn
" gue mau pakek baju dulu " pamitnya ke arah lemari besar dan membawanya kedalam kamar mandi dan tak lupa menutupnya.
Sekitar 5 menit Shakti keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama lengan pendek bermotif kotak - kotak. Shakti menghela nafas lalu berkacak pinggang karena Evelyn sudah berbaring di atas kasur membelakanginya tanpa di beri izin terlebih dahulu.
" ve, kalau lo tidur di situ. gue tidur dimana? "
Evelyn menunjuk single sofa yang terletak di dekat ranjang.
" ckkk, nggak tau diri bangat. udah numpang tidur, nyuruh gue tidur di sofa pula " omelnya tetapi tetap menurut
Evelyn tersenyum kecil merasa terhibur dengan kekesalan Shakti.
" cuma semalem doang, kalau lo mau ikut tidur di ranjang nggak papa "
Shakti melotot matanya " nggak usah Ngadi - adi deh, gue bukan tipe cowok yang ngambil kesempatan dalam kesempitan " omelnya lagi bersedekap memanyunkan bibir.
Evelyn berbalik terlentang " gue serius, lagian kan kita sekarang saudara ipar nggak mungkin mau ngapa - ngapain "
" ogah,, yaudah tidur sono ! gue juga udah ngantuk " Shakti membaringkan tubuhnya miring membelakangi Evelyn dengan perasaan dongkol.
" shak "
" hem "
" beneran nggak mau tidur bareng ? "
" stres " sungut Shakti masih tetap membelakangi
Evelyn cekikikan " gue boleh pindah sini ? "
dengan cepat Shakti menoleh, keningnya mengkerut
" kenapa ? "
" di kamar gue berisik" alibinya padahal bukan itu.
" ya kan kamar lo ngadep jalan raya " jelas Shakti
" bukan "
" terus? "
" tiap malem denger kucing kawin "
Shakti tergelak. otaknya mulai loading nggak mudeng pokoknya.
" disini nggak ada kucing ve, "
" ada,, dua besar - besar "
" nggak usah ngarang " kesal Shakti dan berbalik memunggungi lagi.
Evelyn berdecak " ish, tuh di kamar sebelah gue "
Shakti kembali mengerutkan kening otaknya loading lagi, detik berikutnya matanya membelalak udah paham yang di maksud Evelyn kalau kucing yang dimaksud itu kakaknya sama istri tua kakaknya.
Shakti menoleh lalu melempar bantal ke arah Evelyn.
bughhh
Evelyn tertawa puas saat melihat wajah Shakti yang memerah seperti udang goreng.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments