eve memasuki kembali rumah mewah yang sekarang ini menjadi tempat tinggalnya. tepat pukul 09.00 malam, orang suruhan Kavian menemukan eve yang duduk di Taman kota.
setelah berbagai ancaman, akhirnya mau tidak mau, eve harus menuruti jake tangan kanannya kavian untuk kembali ke rumah besar.
eve memasuki rumah itu dengan langkah gontai, rini yang sedari tadi menunggu eve di ruang utama, langsung beranjak dari duduknya menghampiri menantunya.
" ya ampun sayang,,, kamu darimana sih? " tanya rini dengan raut wajah khawatir
eve memutar bola mata jengah, bibirnya terkatup rapat.
" mihhh "
Rini menoleh, mendapati putra bungsunya berjalan ke arahnya.
" ve,,, kenalin ini anak bungsu tante,, namanya sahkti "
" udah tau " sahut eve cuek.
shakti mendelik, maju satu langkah. namun rini mencubit perut putranya menyuruh nya untuk diam.
" eumh, kamu pasti capek kan? kamu naik ke atas gih,, nanti biar bik siti nganter makan malem ke kamar kamu " ujar rini dengan senyum manis.
" nggak usah di kasih makan mih, cewek songong gitu. " ucap shakti jengkel.
" lo yang sopan dong, gini - gini gue kaka ipar lo tau ! " berang eve. menatap sengit adik iparnya.
shakti memutar bola mata jengah. sedangkan rini mengulum senyum.
"udah dong jangan berantem,, mulai sekarang kalian harus terbiasa. karna sekarang ini kita keluarga "
rini merangkul shakti dan eve, dengan gesit eve menangkis tangan rini di pundaknya dan berjalan menaiki tangga menuju kamar nya.
" menantu lucknut lo, kualat lo " seru shakti berteriak.
" husst nggak boleh kayak gitu ah " tegur rini
" dihhh, bisa - bisanya mamih mungut si biang onar itu sih ? " protes shakti mendudukkan pantat disofa
rini menghembuskan nafas berat " kenapa sih kesel gitu?,,, eve anaknya baik Kok "
" baik dari alam kubur kali,, di sekolah ajah kerjaannya gelud "
"iyah kayak kamu " sahut rini enteng
" ishhh,,, " shakti menghentakkan kakinya kesal lalu meninggalkan ibunya menuju ke kamar.
rini tertawa kecil, lalu menggelengkan kepala.
ceklek...
eve menoleh saat mendengar bunyi pintu terbuka. kedua remaja itu melotot. eve menarik diri dari berbaring nya.
" ngapain lo kesini? " galak eve
" lo yang ngapain disini? ini kamar gue " sahut shakti tak kalah galak
eve menelisik setiap sudut kamar itu, kamar bernuansa abu - abu dengan beberapa poster pemain bola di dinding.
shakti mendekat lalu berdiri tepat di depan eve, cowok itu membungkuk, mencondongkan wajahnya hingga hidungnya nyaris menyentuh hidung eve.
" berhubung mas kavi lagi dinner sama mbak laura, gimana kalau malam pertama lo sama gue aja?," goda shakti menyeringai menekankan kata dinner
bulu kuduk eve merinding, saat Sapuan hangat nafas shakti menerpa wajahnya. eve mematung dengan bibir yang terkatup rapat.
" kalau diliat - liat lo cantik juga "
godanya lagi menaikkan alis sok cool.
eve membuang muka menyembunyikan pipinya yang merona " l-lo baru tau ? " ucapnya sedikit terbata.
Shakti terkekeh membuat eve mengerutkan kening " iya,, cantik kalau diliat dari negara spanyol,, behahahaha "
bughhh
eve melempar bantal dengan kesal. namun dengan sigap shakti Menangkapnya. shakti terus saja tertawa puas hingga punggung gadis itu menghilang di balik pintu.
brakkk
eve membanting pintu dengan kasar, tubuhnya merosot kebawah. eve memegangi dadanya karna jantungnya berdegup kencang. berada sedekat itu dengan Shanti nyaris membuatnya sesak nafas.
" sialan !, " umpatnya tangannya memukul daun pintu
" awwww " pekiknya mengibaskan tangannya. yang terasa panas.
eve mengedarkan pandangannya, tatapannya berhenti di sudut kamar dimana kopernya berada di samping lemari berukuran besar.
eve beranjak berdiri menghampiri kopernya, lalu menendang koper itu dengan kesal.
" bisa - bisanya baju gue masih di koper "
ceklekkkk...
eve menoleh, mendapati seorang wanita paruh baya yang berdiri dengan nampan di tangannya.
" maaf non, ini makan malamnya saya taruh di meja yah " ucap wanita itu.
eve hanya melirik judes tak menyahut membiarkan saja wanita itu meletakkan makanannya.
" saya permisi ya non, kalau butuh bantuan bisa panggil saya " imbuhnya lagi
eve masih tetap bergeming, tangannya bersedekap. karena nggak mendapat respon, akhirnya wanita yang di ketahui eve adalah seorang ART itu keluar dari kamarnya.
" eh lo yang namanya siti? " seru eve dengan tangan bersedekap.
wanita paruh baya itu menoleh dengan wajah syok bagaimana bisa ada seorang gadis yang sangat tidak sopan. walaupun dia ini seorang pembantu tetapi kedua tuan mudanya nggak pernah memanggilnya dengan nama. mereka selalu memanggilnya dengan sebutan bibi.
walaupun begitu sebisa mungkin bik siti memberikan senyum manis semanis madu.
" iya non, kenapa?" tanya bibik dengan senyum yang alih - alih terlihat manis malah itu terlihat seperti ngampet kentut.
" nih, masukin baju saya ke lemari "
bik siti sedikit menggeram,
" maaf non, itu bukan pekerjaan saya "
" terus kerjaan lo disini ngapain ? arisan? " ketus eve.
bik siti memejamkan mata dengan sentaan nafas pelan
" saya disini cuma masak non, kalau yang beres - beres sama bersih - bersih ada sendiri " jelas bik siti masih dengan senyum ngampet kentut.
eve mencebik " ya udah sono,,, panggilin yang lain "
" maaf sejuta maaf non, itu juga bukan ranah saya " tolak bu siti
eve mendelik dengan gigi mengerat
" mending lo pulang kampung sana !!! nggak becus jadi pembantu " bentak eve geram
bik siti sedikit tersentak, baru kali ini mendapat bentakan dari majikannya. bahkan kavian yang dinginnya bak freezer kulkas saja nggak pernah berkata keras.
" bisa beresin sendiri kan? manja benerrr " tiba - tiba Shakti melongok di balik pintu.
eve menghentakan kaki kesal " gue ini nyonya disini,, masak gue harus kerjain ini sendiri sih "
" bakar ruko aja bisa lo,, masa naruh baju di lemari nggak bisa,, nggak usah males,, disini lo itu menantu, harusnya lo rajin dong "
mata bik siti membola, lalu menatap ngeri ke arah eve.
" ngapa lo? kena sawan? " galak eve menatap judes bik siti.
bik siti merubah raut wajahnya menjadi tenang , takut kena semprot nyonya mudanya yang bermulut seblak itu.
eve berdecak lalu menjatuhkan tubuh ke atas kasur. Shakti mendekat meraih koper eve, menumpahkan semua baju milik eve ke lantai.
" ehh tai kambing, lo apain baju -baju gue ?" berang eve memukul - mukul tangan Shakti.
" kalau nggak kaya gini lo nggak bakal mau beresin. "
" ya nggak usah di tumplekin juga dong. !" ketus eve beranjak berdiri.
" emang gue pikirin wleeee "
" lo perlu di slepet emang " berang eve meraih kerah kaos Shakti.
Shakti menghempaskan tangan eve " awas lo, kalo nggak di beresin gue aduin lo sama mas kavi"
" dih lo pikir gue takut " sinis eve
" emang lo mau jadi gembel??,, asal lo tau ya,, kata mamih, sekarang hidup lo itu udah di tanggung sama mas kavi,. kalau lo nggak di kasih duit sama dia,,mampus lo ! "
" lo pikir gue nggak punya duit? lo pikir gue semiskin itu ?, gue nggak butuh duit keluarga lo " jawab eve tak kalah nyolot
Shakti menggelengkan kepala " emang belagu lo, songong juga,, pantes di buang."
" apa lo bilang?? " berang eve
" SO-NGONG " ucap shakti tepat di wajah eve. lalu secepat kilat berlari keluar dan menyeret bik siti yang tertawa cekikikan.
" WOYY SHAKTI,, KESINI LO !! " teriak eve menggedor gedor pintu dari dalam.
sedangkan Shakti dan bik siti tertawa cekikikan sambil memegangi handle pintu.
eve menendang daun pintu dengan kesal, ingin sekali dia merobohkan rumah ini. namun keadaannya sekarang sudah berbeda.
tiba - tiba eve terpikir untuk kabur saja dari rumah itu. eve menepuk keningnya karena melupakan ponselnya. ia mencari cari ponselnya yang berada di tas lalu mengobrak - abrik suruh isi di dalamnya.
eve mendesah, tak menemukan ponselnya. nggak ada sesuatu yang berharga di dalam tasnya. hanya ada perlengkapan make up miliknya. bahkan dompetnya pun nggak ada. bahu eve melemah, perasaan tadi pagi dia meletakkan ponsel dan dompetnya di tas. lalu kemana benda itu?
eve berjalan mondar mandir dengan gelisah.
memutar otak dan mengingat kembali dimana ia meletakkan ponselnya. tetapi nihil dia nggak ingat sama sekali karena memang terakhir kali dia menyimpannya di tas.
tok tok tok
eve tersentak saat mendengar suara ketukan pintu. gadis itu berjalan meraih handel pintu dan membukanya.
di ambang pintu rini berdiri dengan senyum mengembang.
" kamu belum tidur? kok belum mandi sih? " rini menelisik penampilan eve yang masih mengenakan kebaya.
bibir eve masih terkatup rapat dengan wajah datarnya.
rini melongok kedalam kamar dan membeliak mendapati baju baju eve berceceran. namun rini berpura - pura saja tak melihat.
" loh, makanannya juga belum dimakan? "
eve menengadahkan tangan membuat kening rini mengkerut bingung.
" apa? " tanya rini bingung.
" hp " jawab eve singkat, masih dengan wajah datar
rini menautkan dua jari telunjuknya, merangkai kata yang pas untuk menjelaskan.
" tadi mamih sama mama kamu sudah berdiskusi,,, dan,, mulai sekarang semua kebutuhan kamu akan di tanggung oleh suami kamu,,, untuk ponsel,,rekening,, dan uang keperluan sekolah,, kavi yang akan mengurus." jelas rini
mata eve melotot terkejut, rupanya ucapan Shakti tak main- main. eve memijit pelipisnya lalu menatap sengit ke arah rini.
tanpa sepatah katapun eve menutup pintu dengan membantingnya cukup keras.
brakkkk
rini beringsut mundur mengusap - usap dadanya.
" ya ampun,, harus stok sabar satu ton ini "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments