satu minggu telah berlalu, eve sudah terbiasa menjalani hari - harinya di rumah suaminya itu. walau terkadang merasa jengkel akan tingkah menyebalkan keluarga barunya, tetapi sedikit demi sedikit ia mulai menerima keadaan.
pak arief selaku guru seni musik mengakhiri pelajarannya.
" anak - anak, berhubung sebentar lagi akan di adakan ujian kenaikan kelas, maka pihak sekolah akan memberikan surat undangan untuk wali murid untuk membahas kegiatan ujian lebih lanjut " jelas pak arief
" ya elah pak,, ngapain pakek ngasih surat undangan kalau udah di kasih tau " seru samsul ketua kelas. mengundang gelak tawa.
pak arif terkekeh " kan biar afdol "
" halah, ngomong aja mau narik sumbangan kan ? " samsul mencibir.
pak arif membeliak " sok tempe kamu,, sudah jangan protes,, cepat kamu bagikan ke teman - teman "
samsul maju ke depan dengan bibir mengerucut Ujung - ujungnya dia juga yang disuruh -suruh. samsul menerima segepok yang alih - alih itu adalah uang melainkan sebuah tumpukan kertas putih yang di lipat dan di streples.
Setelah memberikan itu, pak arif keluar dari ruangan kelas. samsul mulai membagikan surat undangan itu ke seluruh temannya.
" bos, sejak masalah kemarin sama si monyet lo gamon mulu deh " celetuk cloe memandang sendu eve yang sedang merebahkan kepalanya di atas meja.
sejak tadi jam pelajaran, memang eve sama sekali belum beranjak dari rebahannya.
" njirrrr,,, nggak lah " kilah eve masih tetap bergeming.
" boss, lo beli mobil baru ya? " tanya cloe mengalihkan pembicaraan takut mood bossnya memburuk. selama satu minggu ini bossnya tidak berulah dan itu membuat jantungnya sangat sehat dan tenang.
eve mengernyitkan dahi " mobil baru ? nggak kok. "
" loh,, tadi pagi lo berangkat pake rubicon "
" ohh, itu punya lakik gue " sahut eve enteng
cloe mendelik " maksud lo gimana ? kayaknya otak gue rada miring nih,, kagak paham gue "
eve menoyor kening cloe " makanya punya otak tuh di pake bukannya buat pajangan doang "
cloe mencebik lalu beringsut menghadap kedepan. seperti biasa, eve nggak pernah menceritakan segala problematiknya walau sebesar gunung Jayawijaya. baginya, curhat itu terlalu lebay dan membuang - buang waktu saja.
setelah pelajaran pak arief adalah pelajaran kimia. yang mana, pelajaran itu adalah musuh bebuyutan eve. dan malaikat Jibril tengah berpihak padanya, pelajaran itu hari ini kosong karena pak zaenal selaku guru yang mengajar sedang berhalangan.
semua siswa bersorak gembira karna jam pelajaran saat ini kosong. beberapa murid mulai bergantian keluar kelas walau samsul sudah mencak - mencak melarang mereka untuk diam di tempat. dan entah mereka mau kemana yang jelas eve tidak akan perduli. dia juga akan menjadi salah satu dari mereka yang keluar dari kelas.
Eve mulai berkemas buku dan segera memasukkannya ke dalam tas.
" lah,, mau balik bos? " tanya livy mendekat ke arah dua temannya
" enggak,,, mau tahlilan " selorohnya
cloe terkekeh " makanya nggak usah kepo lo "
livy memutar bola mata jengah " eh boss, kok lo nggak pernah bales chat gue sih?"
" hp gue di boikot sama mama " sahut eve
" serius? kok bisa? " kepo livy
" ceriwis lo,,, najiss " eve mendorong kening livy lalu melenggang pergi begitu saja.
÷÷
eve berjalan gontai menyusuri sepanjang trotoar dengan pandangan lurus kedepan. niatnya mau pulang tetapi berhubung masih di jam sekolah, eve memilih untuk berjalan - jalan saja.
Eve mendengus merasa dirinya begitu menyedihkan. di khianati pacar, nikah muda bahkan semua fasilitasnya di boikot oleh mamanya. sungguh ingin sekali ia terjun ke laut antartika Ia sangat kasihan pada dirinya sendiri. betapa melaratnya dia sekarang ini, bahkan ponsel saja nggak punya. Tangan mungilnya lantas merogoh ke saku kemejanya mengeluarkan uang 50 ribu pemberian suaminya tadi pagi.
eve mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang kiranya bisa disantap. Tampak beberapa pedagang kaki lima yang berada di sepanjang trotoar. eve memilih menghampiri gerobak cendol yang tampak sepi pembeli. Setelah membayar dua plastik es cendol, eve melanjutkan langkah kakinya sambil menyeruput es cendol itu.
ngomong - ngomong, soal uang 50 ribu eve jadi teringat dengan suaminya. terlintas di otak eve untuk mendatangi kantor suaminya yang jaraknya memang nggak terlalu jauh dari sekolahnya mungkin berjalan kaki hanya memakan waktu 30 menit.
eve berdiri di depan pelataran gedung yang menjulang. di depan gedung itu ada seorang satpam gendut yang biasa berjaga di sana.
eve melangkahkan kakinya melewati si satpam mendorong pintu full kaca berukuran besar berwarna bening.
seseorang menepuk pundaknya dari belakang, membuatnya menghentikan langkah.
" maaf nona,, anda siapa? Dan ada perlu apa? " eve menoleh ke belakang dimana pak satpam yang ia ketahui namanya adalah sudar terlihat dari name tag yang tertera di atas saku kemeja di sisi kanan.
" aku mau ketemu suamiku " jawabnya dengan percaya diri.
pak satpam mengerutkan kening " atas nama siapa ya?
" kavi " jawab eve singkat ekor matanya melirik ke setiap penjuru gedung mewah nan menjulang itu.
pak satpam menggaruk kening yang mendadak jadi gatal.
" maaf nona , setau saya istri pak kavi itu mbak Laura. dan kebetulan tadi ada di dalam "
"oh " jawab eve singkat
eve menerobos masuk tanpa memperdulikan pak satpam yang telah melarangnya.
eve berjalan cepat menghindari kejaran pak satpam menuju lift. setelah masuk, eve menekan tombol di lantai teratas . nggak tau ruangan suaminya dimana yang ada di benaknya, pasti ruangan CEO ada di lantai paling atas.
" aduh kok di biarin masuk sih fel? " tegur pak satpam pada staff wanita yang bertugas di bagian recepcionis.
" jalannya cepet banget pak, saya belum ngomong saja anaknya udah masuk lift " elaknya.
pak satpam menepuk kening. ia berdoa berbagai macam bacaan dari doa mau makan sampe mau tidur entah salah apa enggak dia berharap nggak kena pecat karena kelalaiannya.
suara denting pintu lift terbuka, maya yang merupakan seorang sekertaris yang bertugas di luar ruangan CEO itu mendongak. wanita dewasa berpakaian minim dengan rambut sebahu itu mengerutkan kening. lalu menelisik bocah remaja itu dari atas kebawah
" maaf, mau mencari siapa? dan ada keperluan apa ya?" tanya nya ramah, walau tak mengenal dia harus bersikap sopan. untuk menjaga imagenya sebagai sekertaris CEO.
" Kavi ada? " jawab eve santai
maya membulatkan mata, terkejut gadis di depannya berkata sangat tidak sopan dengan menyebutkan nama bosnya tanpa embel - embel pak.
" maaf yang di maksud nona apakah pak kavian elfano? " tanya maya memastikan
eve bertumpu di atas meja dengan kedua telapak tangannya. sorot matanya berubah menjadi dingin, apakah semua staf disini membosankan. mereka banyak berbasa basi. oh lord, semua orang bahkan belum tahu perihal pernikahannya dengan sang CEO. jadi tolong, jangan salahin mereka ya.
" memangnya yang nama nya pak kavi ada sepuluh? "
maya gelagapan entah mengapa tatapan remaja itu membuatnya terintimidasi.
" eun?h enggak,,, eh.. ehh nona tunggu dulu apakah sudah membuat janji? "
eve hanya melirik sekilas, nggak suka yang namanya basa basi ataupun menunggu. Jadi bocah itu nyelonong masuk ke dalam.
Begitu masuk kedalam ruangan, pandangan pertama yang eve lihat adalah laura yang sedang menyuapi kavian. tubuh eve mematung, sebelah tangannya meremas roknya sedangkan sebelahnya lagi memegang seplastik es cendol.
Laura dan kavi menoleh bersamaan. mata laura melotot terkejut, lalu dengan spontan wanita berbalut dres maroon itu berdiri.
" ngapain kamu kesini? " tanya laura galak
eve mengendurkan remasannya, merubah raut wajahnya menjadi tenang. oke, drama istri tua dan istri muda Segera di mulai.
eve melangkahkan kakinya menuju sofa dimana ada dua manusia yang sekarang ini pamer kemesraan. mungkin kalau eve mempunyai perasaan dengan kavi, sudah di pastikan ia akan ngereog atau bahkan akan adu jambak seperti yang dilakukannya bersama cindy.
" mau berkunjung suami, memangnya nggak boleh? "
eve mendudukan pantatnya di seberang kavi lalu meletakkan es cendol itu di depan lelaki tampan itu.
kening kavi mengernyit. " ada perlu apa? mamih menyuruhmu kesini?
eve menaikkan sebelah kakinya ke atas sofa, lalu duduk menyamping supaya dalaman roknya tak terekspos kedepan.
" enggak, pengin aja kesini "
kavi melirik arloji di pergelangan kirinya.
" ini masih jam 10, kamu membolos? "
" aku nggak bolos kok, tadi pelajaran kosong." akunya jujur.
kavi menghela nafas " kamu seharusnya menggunakan jam kosongmu untuk belajar atau apapun yang bermanfaat bukannya berkeliaran di luar "
eve menurunkan kakinya lalu beringsut menghadap ke depan, eve memandang wajah serius kavi dengan intens. ada perasaan hangat mendengar ada orang yang mau menasehatinya.
laura menautkan alis saat eve membuka tasnya.
eve menyodorkan kertas putih yang diberikan pak arif tad., biasanya, kalau dia menerima surat seperti itu pasti akan berakhir di tong sampah. namun sekarang berbeda, dia merasakan ada benih kepedulian di dalam diri kavi. toh, ini juga bisa di jadikan alasan dia datang ke kantor.
kavi mengambil surat itu dan membukanya, pria itu membaca beberapa point yang ada di dalamnya.
" jadi, kamu menyuruhku untuk datang ke sekolahmu"
" ya, bisa di bilang begitu. karna kan sekarang kamu walinya aku " eve melirik laura yang memasang wajah jutek ke arahnya.
baiklah, kini dia akan berbuat iseng kepada
kakak madunya. ckkk menggelikan.
" aku tidak bisa " jawab kavi datar.
laura mengulas senyum dan menakutkan tangannya ke telapak besar suaminya.
eve mengerucutkan bibir, dia pikir ada sedikit kepedulian lelaki itu ternyata pemikirannya yang terlalu tinggi.
" ya udah nanti aku bilang ke mamih, kalau kamu nggak mau jadi wali aku " ancam nya.
laura membeliak " hey, pelakor kecil. ingat posisimu "
eve memutar bola matanya malas tak menggubris semprotan laura.
" katakan maumu tapi tidak dengan aku datang ke sekolahmu. pernikahan ini belum bisa di publis sebelum kamu lulus " tawar kavi
Laura melayangkan tatapan protesnya. perkataan kavi mengartikan pernikahan itu akan tetap berlanjut.
eve berpikir sejenak, membetulkan ucapan suaminya. apa kata temannya nanti jika kavi datang menjadi wali nya.
" ya udah kasih aku hp sama fasilitas lainnya sperti kendaraan, rekening dll "
" itu tergantung padamu, setiap sesuatu ada harga yang setimpal. jangan naif, nggak ada yang gratis di dunia ini " ucap kavi dengan seringainya.
eve terdiam, mencerna ucapan kavi. apakah maksudnya ada timbal balik?
" emang, gue kudu nglakuin apa? "
" itu bisa di pikirkan nanti, mungkin sekarang ini saya hanya bisa memberimu ponsel " jawab lagi
" oke, tapi aku maunya sekarang "
" nanti jake yang akan mengantar mu sepulang sekolah, dan disekarang kkembalilah ke sekolahmu " usir lagi
eve mengangguk tak mau berlama lama, memilih menuruti perkataan suaminya untuk pergi dari ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments