Evelyn memasuki kamar dengan jantung berdebar. gadis bertubuh jangkung itu menenggelamkan wajah dalam - dalam ke atas bantal. Evelyn memukul - mukul kasur nya dengan kesal, mengingat tindakan konyolnya tadi di ruang makan.
" bisa bisanya gue nyium Shakti,, "
Evelyn menarik diri lalu duduk bersila di atas kasur empuknya. jari lentiknya bergerak menyentuh bibir bagian bawahnya, dia masih bisa merasakan bekas bibir Shakti yang lembut dan basah itu. Evelyn memejamkan mata merasakan gelenyar aneh yang menghimpit dadanya, ia kemudian merutuki kebodohannya yang tanpa sadar berbuat hal gila di depan mereka. apa kata mereka nanti? ah, malu sekali rasanya untuk menunjukan batang hidung di depan mereka. mungkin lebih baik dia akan mengurung diri dikamar.
Evelyn lantas merebahkan diri dan memejamkan mata untuk menjemput kantuknya. tapi sialnya, kantuknya urung datang sehingga ia harus membuka mata dan mengingat kembali kejadian memalukan itu.
Evelyn beranjak dan berjalan menuju arah balkon. Mungkin, udara malam diluar bisa membuatnya rilex. telapak tangan evelyn menyentuh pembatas balkon dengan kepala mendongak menatap bintang yang kerlap kerlip di langit gelap. Evelyn menyimpulkan senyum, mengagumi betapa indahnya ciptaan tuhan itu.
Evelyn termenung dengan pikiran yang berkecamuk. ia menerka - nerka masa depan macam apa yang akan ia jalani mengingat nasibnya yang begitu ironis. ia masih bertanya - tanya apa yang ada di kepala orang tuanya sehingga ia dinikahkan dengan pria beristri yang pastinya akan menimbulkan banyak problem di kehidupannya. masih mending kalau suaminya itu sama - sama single, mungkin ia akan mempertimbangkan untuk belajar mencintai suaminya.
Evelyn menghela nafas, matanya berkaca - kaca. ketegaran yang selama ini ia pertontonkan hanyalah sebuah selimut yang menutupi sisi rapuhnya.
pandangan Evelyn turun kebawah dimana dua orang dewasa sedang berbincang dengan sesekali tetawa renyah.
Evelyn lantas berinisiatif untuk turun kebawah karena dirasa ia juga butuh teman mengobrol.
Evelyn keluar dari kamar dengan mengenakan celana jeans sepaha dipadu dengan kaos polos kebesaran berwarna putih. rambutnya kemudian ia ikat ekor kuda sehingga menampilkan leher jenjangnya yang putih dan mulus.
Evelyn menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. di ruang tamu sana ada rini dan efras yang duduk dengan segelas kopi di atas meja.
"mau kemana ve? " rini menoleh dengan tangan memegang gelas cangkir berisi kopi yang asapnya masih mengepul.
" mau kedepan bentar " jawab eve dengan kaki yang tetap melangkah.
mengerti yang di maksud eve, rini lantas mengangguk dan tersenyum manis.
eve melambatkan Langkah saat sudah berada di pelataran rumah. mungkin jarak 5 meter darinya, dua orang yang tak lain jake dan Amrul seorang yang bertugas sebagai satpam sedang berbincang hangat di atas kursi kayu yang terletak di taman.
" ekhemm " eve berdekhem menghentikan celotehan Amrul yang entah hal apa yang ia bicarakan.
" wah, nona selir mau gabung? sini ? " Amrul berseru sambil menggeser duduknya.
evelyn melotot, sedikit tertohok dengan panggilan 'selir' yang Amrul tuturkan. " ya, kali selir kerajaan mau duduk sama rakyat jelata " sarkas Evelyn
jake terkekeh mendengar lontaran berupa penghinaan terhadap Amrul.
" rul, kayaknya ada tikus yang lagi makan kerbau. coba lihat sana ! "
Amrul membeliak " mana ada begitu mas jeki,, yang ada kerbau makan tikus " protes Amrul tak terima ada tikus makan kerbau. padahal itu adalah isyarat supaya Amrul hengkang dari tempat itu, namun pria berkumis tebal itu nggak peka.
jake menahan tawanya " memangnya, ada kerbau yang doyan tikus?? "
" yo jelas ada mas " sahut Amrul yakin seratus persen.
" kerbau macam apa yang kamu maksud rul? " protes jake tak percaya. padahal dia duluan yang membuat kelakar konyol.
" kerbau jadi - jadian lah. mana ada kerbau yang makan tikus " sungut Amrul.
" bikinin gue kopi sana ! " eve mendorong samsul dan mengambil alih duduk di sebelah jake.
" siap grak " Amrul bertingkah seperti seorang tni yang hormat menjalankan tugas.
Amrul berjalan menuju garasi tepatnya menuju kearah dapur yang terletak tak jauh dari garasi rumah yang hanya di skat pintu.
" nona belum tidur ? " tanya jake membuyarkan keheningan.
" belum ngantuk, tadi siang tidur sih soalnya " Evelyn mengusap tengkuknya yang terasa dingin. karena cuaca yang tak menentu, membuat udara malam semakin dingin walaupun kota jakarta tergolong panas. di tambah pakaian yang ia kenakan sedikit terbuka.
" apa nona sudah kerasan tinggal disini? " tanya jake basa - basi sedikit kaku.
" yah lumayan, walaupun masih nggak nyaman " Evelyn menyusuri setiap penjuru rumah itu yang terkesan elegan dan klasik. ia sendiri mengagumi detail desain rumah yang ia tinggali.
jake manggut - manggut sedikit faham apa yang nona mudanya rasakan. bahkan, jake sendiri salut dengan gadis itu yang terlihat tegar tanpa embel - embel merengek seperti gadis manja lainnya. walaupun begitu, jake masih bisa melihat raut sendu gadis itu yang tak kentara jika tidak di perhatikan lamat - lamat.
" anda hebat nona ! " puji jake dengan senyuman manisnya.
Evelyn menggeleng dengan kepala menunduk
" gue nggak sehebat itu " tiba - tiba saja ia jadi ingin curhat, walaupun dalam benaknya berkata bahwa curhat itu menggelikan, tetapi yang namanya hati sedang sesak dan penuh pasti butuh yang namanya penampungan.
" nona bisa sedikit berbagi dengan saya, mungkin itu bisa mengurangi sesak di dada nona " tawar jake dengan senyum yang tak pernah pudar.
Evelyn mendongak dengan mata mengembun
" ah, mellow banget gue. geli " Evelyn terkekeh lalu menyeka pipinya yang basah.
jake tersenyum dia tahu gadis di depannya mencoba untuk tak terlihat sedih. dan menurutnya itu lebih menyakitkan daripada apapun. berpura - pura kuat di tengah kesesakan dada yang meluap - luap itu sangatlah sulit.
" lo pernah di kucilin dari keluarga sendiri? " tanya Evelyn setelah sedikit lebih tenang.
" saya berasal dari keluarga sederhana nona, dan kedua orang tua saya mengajarkan untuk saling merangkul satu sama lain dan saling menyayangi. karena mereka berpikir harta yang paling berharga itu adalah sebuah keluarga yang harmonis " jelas jake, tatapannya menerawang ke depan membayangkan sosok orang tuanya yang hebat.
Evelyn menyimak dengan wajah serius " lo, punya sodara? orang tua lo kerja apa? "
" saya anak sulung, saya memiliki dua orang adik perempuan seumuran dengan kamu... emmh kerjaan orang tua saya hanya seorang petani biasa." jelas jake lagi.
Evelyn ber 'oh' ria saja. hening lagi karna nggak ada topik yang pas untuk di bahas. jake yang tentu masih xanggung duduk dengan gelisah dan salah tingkah. sedangkan Evelyn yang selalu terbiasa dengan orang baru terlihat biasa saja. Evelyn mengarahkan pandangannya ke jalan raya yang tampak beberapa kendaraan berlintas.
" Apa nona ingin keluar? mencari udara segar atau cemilan misalnya " tawar jake mencoba mencari topik pembicaraan lagi.
Evelyn menoleh lalu berfikir sejenak. " oh ya, lo mau anter gue ke suatu tempat?"
" tentu " jawab jake dengan senyum madu. senyum yang membuat Evelyn terpaku sejenak. entah mengapa Evelyn merasa sangat nyaman berada di dekat pria kekar itu. mungkin pembawaan pria itu yang lembut dan ramah. selalu menawarkan sesuatu yang Evelyn kehendaki. bahkan Evelyn sempat berfikir kalau pria itu tau segalanya tentang keinginannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Ig @Ismi_Khadriyah
visual Evelyn ada di instagram. follow ig @ismi_khadriyah.
2023-05-07
0