" Orang tua kamu sebenarnya... " Ucap Mama dengan pelan
" Siapa mah, katakan siapa mereka . " Ucapku dengan tak sabar
" Ceritanya sangat panjang Rin, apakah kamu sudah siap mendengarkan nya. " Ucap Papa akhirnya setelah sekian lama berdiam diri.
" Aku sangat siap pah. " Ucapku mantap.
" Ceritanya dulu ketika Papa sedang bertugas di terminal untuk memantau arus mudik, Papa tidak sengaja bertemu dengan Ibu yang membawa bayi dengan satu anak kecil. Ibu itu maaf kurang penglihatan nya jadi Papa bantu untuk menolong nya berjalan, Ketika Papa melihat bayi itu hati Papa terasa terenyuh. Bayi itu sangat kecil dan kondisi yang sangat memprihatinkan. Akhirnya Papa menawarkan untuk meolong bayi tersebut untuk dibawa ke rumah sakit, awalnya ibu itu menolak karena dia mengatakan tidak punya uang untuk biaya rumah sakit. Cuma Papa memaksa karena merasa kasihan dengan bayi tersebut, dan Papa mengatakan akan menanggung semua biaya perawatan bayi ini. " Papa menjelaskan cerita sambil menerawang jauh, Lalu di berhenti sejenak untuk meminum air yang ada di depan nya.
" Lalu Papa membawa bayi itu kerumah sakit, dan ternyata benar bayi itu kondisinya sangat lemah. Dokter menyarankan untuk di inkubator selama sebulan, dan Papa baru tahu bahwa bayi tersebut adalah bayi prematur dan baru dilahirkan sekitar 3 harian. Akhirnya Papa memberitahukan keadaan bayi itu kepada ibunya, Ibunya sangat sedih mendengarkan nya. Dia mengatakan bahwa dia ke kota ini untuk mencari Suami nya alias ayah bayi ini untuk meminta uang beli susu. Ibu tersebut menangis karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, Akhirnya Papa meminta sesuatu yang amat berharga kepada ibu itu...kalau bayi itu Papa adopsi. " Cerita yang Papa ceritakan membuatku langsung luruh seketika.
" Apakah bayi itu adalah aku Pah ? " Tanya ku terbata.
" Iya benar bayi itu adalah kamu. " Jawab Papa mengusap air matanya.
" Lalu dimanakah Ibu ku sekarang Pah ? " Tanya ku kemudian penasaran.
" Kalau ibumu sekarang dimana terus terang Papa tidak tahu, tapi Papa punya berkas berkas adopsi barangkali bisa sebagai petunjuk. " Ucap Papa sambil melangkah kakinya menuju kamar, mungkin mengambil berkas yang Papa maksud.
" Rin, kamu janji tidak akan meninggalkan mama apapun yang terjadi kan ? Kamu tetap akan menganggap kami orang tua mu kan ? " Ucap Papa sambil memelukku tiba - tiba.
" Pasti mah, aku akan tetap menyayangi mama dan papa serta adik - adikku. Kalian sudah merawatku sejak bayi mana mungkin aku akan melupakan jasa - jasa kalian. " Jelasku sambil mengelus punggung mama memberikan kepercayaan apapun yang terjadi aku akan tetap menyayanginya.
Kemudian tidak lama Papa datang, dia membawa sebuah map. Ya, itu adalah map yang pernah aku temukan dahulu.
" Ini adalah berkasnya Rin. Coba kamu buka disitu ada tertera tanda tangan orang tuamu menyerahkan ke walian kepada kami. Disitu barangkali ada alamat kamu berasal. " Papa seraya menyerahkan berkas tersebut ke tanganku.
" Terima kasih Pah. Kalian sudah jujur aku sekali lagi janji tidak akan membeda - bedakan kasih sayang ku kepada orang tua kandung dan kalian. Buatku, kalian ada yang utama aku akan berbakti karena telah menyelamatkan nyawaku. " Aku menggegam tangan Papa, lalu mencium tangan nya. Papa hanya mengelus rambutku seraya mengangguk.
Lalu kubuka map tersebut, disitu benar ada surat pergantian wali, lalu lembar berikutnya adalah alamat dari kedua orang tua kandungku. Desa Gemuh Kota Kendal disitu tertulis alamat mereka.
" Pah disini tertulis Desa Gemuh Kota Kendal, berarti orang tua kandung ku berasal dari sini. Aku ingin pergi ke sana Pah. Apakah aku boleh Pah. " Tanyaku bergantian kepada mereka.
" Sebenarnya boleh saja kamu ingin mencari keberadaan orang tua kandungmu, tapi apa sudah siap bertemu mereka. " Ucap Papa sambil menatap manik mataku.
" Insya Allah Rina siap Pah. " Ucap ku mantap.
" Ya sudah nanti Papa dan mama akan bicarakan dulu kapan waktu yang tepat untuk pergi ke sana karena posisinya di luar kota. Papa akan ijin dulu kepada atasan. " Tegas Papa menjelaskan padaku.
" Terserah kalian saja kapan waktunya, aku siap kapan saja. " Ucapku sambil mengenggam tangan mama.
Mama hanya mengangguk sambil terus menintikkan air mata, aku paham mungkin dia adalah seorang ibu apalagi dia sudah merawatku sejak bayi ada ketakutan tersendiri di benaknya.
Akhirnya setelah perbincangan yang cukup menguras emosi, Aku memutuskan untuk tidak masuk ke kantor. Akan mencurigakan teman - teman kantor kalau sampai melihat wajahku sembab karena banyak mengeluarkan air mata.
Aku pun memutuskan untuk mengirimkan surat ijin kepada kepala Divisiku karena takut kena sanksi jika aku membolos kerja tanpa keterangan.
***
Setelah aku pamit kepada mama dan papa aku pun membaringkan tubuhku ke kamar, masalah yang tiba - tiba dalam hidupku sangat bertubi- tubi. Cuma ini yang menurutkan sangat berat membuatku minder dengan diriku sendiri.
Aku pun memutuskan untuk shalat Dhuha untuk menenangkan pikiran dan menyalurkan kesedihan kepada sang maha kuasa.
Setelah selesai aku mengadu kepada sang khalik aku pun langsung tertidur.
Tok...Tok..Tok
" Rin, bangun ada temen mu datang. " Ucap mama sambil mengetuk pintu kamar ku.
Aku pun segera tersadar dari mimpiku, siapa si yang datang menganggu saja.
" Iya mah, siapa mah ? " Tanyaku masih dalam posisi telungkup, kalau itu Mega akan aku suruh langsung masuk saja ke kamarku.
" Nama nya Revan, dia bilang ingin menjenguk kamu. " Ucap Mama sambil membuka pintu kamar.
" Aduh ngapain Revan datang kerumah ku. " Ucap ku dalam hati.
" Iya mah, nanti Rina ganti baju dulu sama cuci muka. Bilang suruh tunggu sebentar " Jawab ku pada Mama.
Mama pun beranjak dari kamarku, aku segera mengganti baju tidurku dan cuci muka, serta mengambil jilbab instanku.
Aku pun beranjak dari kamar menuju dapur, menghampiri mama yang sedang menyiapkan air minum dan hidangan untuk Revan.
" Sudah mah, Rina aja yang bawa. " Tanganku meraih nampan yang akan Mama ke ruang tamu.
Di ruang tamu kulihat Revan sedang duduk gelisah, aku pun segera menyapanya.
" Hai Van, maaf ya lama kamu nunggunya. Ini diminum dulu. " Ucapku sambil menghidangkan minuman ke hadapan Revan.
" Gak lama Rin, aku baru sampai kok. Kenapa kamu tidak masuk kerja hari ini ? Apa kamu sakit ? " Tanya Revan padaku dengan tatapan khawatir.
" Aku gak papa kok, cuma pusing aja hari ini. " Ucapku dengan melihat ke arah lain.
" Maaf aku gak bawa apa - apa, tadi aku coba hubungi kamu minta dibawakan apa tadi handphone mu tidak aktip. " Ucap Revan sambil menyodorkan sekotak donat dari merk terkenal.
" Ya Allah kamu repot - repot banget deh. Tapi terima kasih ya. " Ucapku sambil menerima donat dari Revan.
" Kalau kamu ada masalah kamu cerita ke aku Rin, barangkali aku bisa bantu. " Selidik Revan sambil memperhatikan ku tanpa berkedip.
" Iya terima kasih atas perhatian nya. Aku baik - baik saja. " Tolakku halus
" Tetapi wajah dan matamu tidak menjelaskan kamu baik - baik saja. " Jawab Revan dengan tegas.
Aku hanya tersenyum untuk membuat Revan tidak penasaran lagi dengan masalah yang sudah menimpa ku sekarang.
Setelah berbincang agak lama Revan pun pamit.
" Aku ke kantor dulu Rin, tadi ijin cuma sebentar. Kamu hubungi aku kalau perlu apa - apa. " Pamit Revan padaku.
" Iya Van, sekali lagi terima kasih atas semuanya. Kamu gak perlu repot - repot kaya gini. " Ucapku merasa tidak enak.
" Gak papa aku seneng di repotin kamu. Mama kamu mana aku mau pamit. " Ucap Revan sambil mukanya celingukan mencari keberadaan Mama.
Akupun memanggil Mama di dapur karena Revan ingin ke kantor lagi. Setelah berpamitan Revan pun beranjak dengan mobilnya menuju kantor.
" Siapa itu Rin ? " tanya Mama kemudian.
" Temen mah. " Ucapku buru - buru menuju kamar, aku takut Mama mengeluarkan jurus keponya untuk menanyakan hubunganku dengan Revan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments