Semenjak kejadian aku mengetahui bahwa aku bukanlah anak Kandung Mama dan Papa, aku pun lebih sering termenung. Aku harus mencari tahu kebenaran dan siapa orang tua kandungku sebenarnya. Setelah semalaman berpikir untuk bagaimana caranya menggali informasi, akhirnya pagi itu aku putuskan untuk bertanya kepada Mama yang sedang menyiapkan sarapan pagi ini.
" Mah, aku boleh bertanya sesuatu tapi janji Mama tidak boleh marah. " Tanya ku hingga membuat mama menghentikan kegiatan nya. Wajahnya menyiratkan kebingungan.
" Iya bolehlah. emang ada apa kamu terlihat pucat hari ini ? Apa kamu sakit ?" cemas Mama memegang keningku.
" Aku baik - baik saja mah. Cuma ada hal yang ingin aku tanyakan . "
" Silahkan apa yang kamu ingin tanyakan sama mama. " Beliau langsung menyuruhku untuk duduk disebelahnya. Rasanya berat tapi aku ingin menanyakan nya biar bagaimanapun aku berhak untuk mengetahui kebenarannya.
" Mah, apa benar aku bukan anak kandung Mama ? " Tanyaku sambil menundukkan wajah tidak berani menatap wajah Mama.
" Aapa katamu ? Siapa yang sudah memberitahu fitnah seperti itu, tunjukkan kepada mama siapa orangnya . Yang melahirkan mama itu kamu bukan orang lain, jangan percaya dengan omong kosong orang. " Ucap Mama berurai air mata.
Sebenarnya aku tidak tega melihat keadaan mama sampai seperti itu tapi aku ingin bertanya kepada siapa lagi selain Mama.
" Mah, sudahlah jawab jujur saja, aku tetap menyayangi mama bagaimana pun keadaannya." Tegas ku sambil bersimpuh di kaki Mama.
" Nak, aku ini Mamamu yang merawatmu sejak kecil, masa kamu percaya dengan omongan orang lain. " Elak mama masih tidak mau jujur.
" Tolonglah Mah, aku mohon aku janji akan melakukan apa saja untuk mama. " Rayu ku pada Mama sambil tetap bersimbuh.
" Sudahlah Rin, bangun. Mama ini adalah tetap orang tua kandungmu. Sekarang kamu siap - siap kerja jangan hiraukan fitnah keji ini. " Ucap Mama meyakinkanku dan membantuku berdiri. Tetapi entah mengapa hati ini merasa Mama berbohong.
" Aku nanti makan di kantor saja Mah. " Ucapku lesu karena kecewa Mama masih menyembunyikan faktanya.
" Beneran kamu tidak mau makan dulu wajahmu pucat sekali. " Paksa mama dengan raut wajah masih sedih. Aku hanya menggelengkan wajah, karena hari ini aku tidak berselera untuk makan apapun.
" Rina berangkat dulu Mah, Assalamualaikum. "
" Walaikumsalam. "
Kulangkahkan kaki menuju keluar rumah, harus ku pungkiri memang Mama dan Papa sangat menyayangiku biarpun entah mengapa mereka lebih memanjakan Diana dan Tono. Sesampainya di halte angkutan umum aku pun masih melamun. Aku harus bagaimana lagi untuk mengungkapkan ini semua.
** Di Kantor
Aku sama sekali tidak semangat untuk kerja, sampai membuat Mega keheranan melihat aku tidak seperti biasanya. Semoga saja dia tidak bertanya aneh - aneh.
" Rin, kamu kok tumben diam saja dari tadi ? kamu sakit ? " tanya Mega dihadapanku ketika aku sedang menuju ke toilet kantor.
" Aku baik - baik saja, cuma lagi BeTe aja biasa tamu bulanan. " Jawabku berbohong. Aku tidak mau orang lain sampai tahu permasalahanku biarkan aku cari jalan keluar sendiri.
" Beneran kamu gapapa Rin. Wajahmu pucat sekali hari ini. " Cecar Mega memperhatikanku dengan seksama.
" Beneran Meg, gapapa. Kamu sudah sarapan belum ? " Ucapku mengalihkan pembicaraan nya.
" Aku kebetulan belum, emang kenapa ? "
" Ayo aku traktir aku juga belum sarapan. " Ajak Ku pada Mega dengan menarik tangan nya menuju kantin.
" Oke kalau begitu, yang sering - sering aja deh. " Tukas Mega dengan riang gembira. Aku hanya menjawab dengan tersenyum.
Akhirnya Pekerjaan kantor hari ini pun aku lalui dengan tak bersemangat tetapi aku harus tetap profesional. Setelah aku membereskan meja bersiap - siap untuk pulang aku dikejutkan dengan suara seorang pria.
" Hai Rin, kamu pulang sama siapa ? " Tanya Revan sambil menepuk pundakku.
" Eh kamu Van, bikin kaget aja. "
" Kok kamu kayak gak fokus banget hari ini, kayak orang melamun. "
" Aku gapapa cuma lelah aja, oh ya aku pulangnya sendiri aja karena hari ini aku mau ke supermaket dulu. " Ucapku menghindarinya takut disangka yang tidak - tidak dengan semua karyawan kantor.
" Aku juga lagi pengen hang out sebentar. Ayo bareng aku aja sekalian irit ongkos. " Ajak Revan dengan tersenyum. Aku masih ragu bagaimana alasan untuk menolak ajakan nya untuk pulang kali ini.
" Tapi... " Ucap ku mencari - cari alasan.
" Sudah ayo cepat jangan banyak alasan. " Ucap Revan sambil menarik tangan ku menuju ruang basement. Lalu kami berdua melangkah menuju mobil Revan dan masuk. Sebenarnya aku malu dengan beberapa pasang mata yang melihat kami menuju mobil Revan.
Di Mobil pun cuma diam tidak tahu harus berkata apa sebenarnya niatku hanya ingin menghindarinya, malah jadi pergi berdua.
" Rin, boleh gak aku main kerumah mu ? " Tanya Revan kemudian membuatku gugup.
" Kapan ? Memangnya ada perlu apa ? " Tanyaku langsung karena aku tidak ingin Revan sampai mengharapkan hubungan lebih dari teman.
" Aku ingin kita lebih dari sekedar teman Rin...." Ucap Revan dengan wajah yang merona.
" Maksud kamu apa ? " Tanyaku gugup.
" Aku menyukaimu Rin, sungguh sejak pertama aku kenal kamu. Kamu wanita yang sangat berbeda dibandingkan yang lainnya. " Ucap Revan dengan menggigit bibirnya ternyata diapun gugup mengatakan nya.
" Maaf Van, aku belum siap untuk hubungan yang lebih dari teman. Karena tujuan aku kerja untuk memenuhi kebutuhan orang tuaku. " Tukasku getir dalam hatiku bimbang apakah setelah tahu fakta sebenarnya aku bingung untuk menentukan sikapku kedepan nya seperti apa.
" Aku paham Rin. Aku tidak memaksamu untuk saat ini, cuma aku ingin mengungkapnya agar kamu tahu perasaanku. Aku sangat bangga kepadamu gadis seumuranmu masih peduli dengan keluarga itu membuatku tambah menyukaimu Rin. " Panjang lebar Revan mengungkapnya.
Jujur aku pun merasa senang cuma untuk saat ini biarlah aku tidak ingin menjalin hubungan dengan siapapun karena aku ingin mengungkapkan fakta yang sebenarnya dulu.
" Terima kasih sudah menyukaiku, tapi maaf untuk saat ini lebih baik kita berteman saja. " Tolakku halus karena aku tidak ingin memberi harapan lebih padanya.
" Aku tidak maksa kamu Rin. Aku tunggu kamu sampai kamu siap untuk nerima aku. " Ucap Revan dengan tersenyum tulus aku hanya mampu diam karena bingung aku harus bagaimana. Akhirnya mobil Revan telah sampai di Pusat Perbelanjaan dan kamipun segera turun untuk belanja kebutuhan orang tuaku. Hingga pada saatnya aku ingin membayar total belanjaanku Revan buru - buru memberikan kartu kreditnya kepada kasir.
" Sudah biar aku saja yang bayar, kan bulan ini kamu belum gajian. " Ucap Revan tulus sambil tersenyum
" Gak usah biar aku saja. " Tolakku tidak enak pada Revan.
" Sudah nanti aku marah kalau kamu tolak ini. " Ucap Revan sambil menarik tanganku menuju mobilnya untuk Pulang.
Akhirnya aku pulang diantar Revan dan dia pun pulang tanpa mampir kedalam rumah karena aku memberikan pengertian padanya bahwa kedua orang tuaku marah kalau aku diantar oleh laki - laki.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments