Entah Mengapa pagi ini terasa berbeda aku tak henti - hentinya tersenyum. Mungkin karena akan berangkat kerja dengan Revan. Tapi aku juga tidak bisa sembarangan menerka - nerka barangkali memang Revan ingin berangkat kerja bareng aku yang tidak mempunyai kendaraan dan arah rumah kita searah.
" Mah, aku berangkat agak pagi ya mah. Karena Rina bareng temen kantor takut dia menunggu kelamaan." ucapku pada mama saat dia sedang membereskan tempat makan yang digunakan untuk sarapan kami.
" Ya, sudah kamu hati - hati berangkat kerjanya. Memangnya bareng dengan siapa ?" Tanya mama penasaran. Ahh.. aku bingung menjawabnya karena pasti mama akan curiga kepadaku.
" Dengan teman kantor mah, cuma kemarin dia menawarkan tumpangan berangkat kerja bareng karena rumah kita searah dan tempat kerja kita juga sama yang dituju." Jelasku takut mama berpikir macam - macam.
" Emmm...ya sudah kamu ingat pesan mama untuk tetap hati - hati dengan namanya laki - laki karena kamu baru mulai kerja dan jangan lupa untuk membahagiakan orang tua dan adik - adikmu !" tegas mama dengan mata yang menyorot tajam kearahku.
" Siap mah, jangan kuatir kalau soal itu aku berangkat dulu ya." ku salim tangan mama ku dengan tergesa - gesa takut Revan sudah menunggu di halaman. Entah mengapa perlakuan mama kepadaku berbeda dengan perlakuan mama kepada kedua adikku. Kalau padaku mama akan menyuruhku dengan tegas sedangkan dengan mereka mama pasti menyuruhnya dengan kata kata yang halus dan hati - hati. Tapi ya sudah mungkin ini hanya perasaanku saja.
Dihalaman rumah kulihat mobil Revan sedang terpakir, lalu jendela nya terbuka kulihat seseorang sedang melambaikan tangannya.
" Hai Rin, ayo cepat masuk !" Ucapnya sambil tersenyum.
"Iya makasi banget ya kamu sudah repot - repot jemput aku. Sebenernya gak perlu sampe kaya gini nanti kamu terlambat gimana." Jelasku sambil beranjak masuk kedalam mobil Revan.
" Gapapa Rin, setiap hari juga aku ikhlas kok, kan kita searah biar aku ada teman ngobrolnya. hehehe..." Godanya sambil tersenyum.
" Gak usah Van, aku takut ngerepotin kamu dan juga gak enak sama mama ku karena takut dia berpikir macam - macam."
" Gapapa beneran kok Rin."
Ku menghembuskan nafas kasar untuk menyudahi perdebatanku dengan Revan. Akhirnya mobil yang dikendarai oleh Revan pun melaju meninggalkan rumahku dan menuju kantor. Diperjalanan untuk menghilangkan rasa gugup aku hanya bisa memandangi laju kendaraan dan sesekali menatap layar ponsel.
" Emmm, Rin. Aku boleh tanya sesuatu gak ? " Tanya Revan memecah keheningan di dalam mobil.
" Boleh apa tuh." Kulirik laki - laki disampingku dengan hati yang tak menentu.
" Kamu sudah punya pacar belum? " Tanya Revan dengan wajah yang sulit diartikan.
" Aku masih belum pengen pacaran, aku ingin fokus untuk membahagiakan orang tua dan adik - adikku. " Jawabku sambil menunduk. Entah mengapa aku mengatakan itu hatiku terasa sakit.
" Ohhh..." Hanya itu yang keluar dari mulut Revan sambil mengangguk berulang kali, entah apa yang dia pikirkan aku tidak tahu.
Hingga tanpa terasa mobil Revan telah sampai di parkiran kantor. Hatiku mengucapkan syukur karena aku terbebas dari rasa gugup selama perjalanan dari rumah ke kantor.
" Terima kasih Van, maaf aku duluan karena aku mau ke toilet dulu. Sekali lagi aku ucapin terima kasih ya." Ucapku terburu - buru membuka pintu mobil, takut ada yang tahu kalau aku berangkat bareng Revan.
" Iya sama - sama Rin. Nanti kita ngobrol di kantin ya ?" Kata seraya memandangku. Aku hanya mengangukan kepala.
**
" Rin, kamu tadi berangkat bareng siapa ?" Tanya Mega mengagetkanku yang sedang fokus di layar komputer.
" Ya Allah Meg. Kalau aku jantungan gimana ni, lagian pagi - pagi udah kepo. " Mega yang aku tegur hanya senyum - senyum.
" He...he...sori Rina yang cantik. Tapi beneran aku pengen tahu kamu sama siapa tadi berangkat, soalnya gak biasanya soulmate aku gak kabarin aku kalau sudah sampai kantor " Mega memberondongku dengan pertanyaan, aku yakin dia tidak akan mudah menyerah sampai dia mendapatkan jawaban yang pasti.
" Bareng Revan. Dan kamu sudah jangan menggodaku lagi karena aku dan Revan tidak ada hubungan apa - apa. " Ancamku karena takut Mega menggosipkan aku dengan Revan karena dia terkenal dengan biang gosip terbukti di kantor dia cepat akrab dengan yang lainnya.
" Cieee.. ada yang marah lagian kalau ada apa - apa aku ikut seneng lho, karena kan kamu selama ini terkenal dengan predikat 'jomblo' daridulu setiap cowok yang deketin kamu, kamu cuekin. Jangan - jangan.....ahhhh atuttt." Kutoyor kepalanya agar tidak berbicara asal.
" Gila kamu ya Meg, aku ini masih normal suka sama yang namanya laki - laki cuma prioritasku sekarang adalah membahagiakan kedua orang tua dan adik adikku dulu ! " Jelasku kepada Mega. Tiba - tiba wajahnya berubah jadi sendu yang awalnya cengengesan.
" Aku salut sama kamu Rin. Semoga Allah mengabulkan cita - citamu untuk membahagiakan keluargamu. " Mega tahu kondisi keluargaku yang sangat ketat dan selalu menuntutku untuk selalu membantu keluarga.
" Aaaaammiiin..." ucapku serempak dengan Mega.
" Ya sudah sana kerja nanti tahu bos kita ngobrol aja bisa terancam kita." Ucapku pada Mega, dan dia pun segera menuju meja kerjanya.
Aku ingin sekali menghindari Revan karena aku ingin fokus untuk mencari uang untuk kebutuhan keluarga sehari - hari sebagai permintaan mama kepadaku. Tapi aku juga tidak ingin munafik wajah Revan yang tampan dan pembawaan nya yang menyenangkan membuatku sedikit tertarik. Mungkin untuk saat ini aku akan menghindarinya ini tekadku.
**
Jam makan siang pun tiba, mudah - mudahan aku bisa menghindari Revan karena aku tidak ingin terlalu dekat dan menimbulkan fitnah di kalangan kantor. Setibanya di kantin aku dan Mega sedang mencari - cari menu apa yang akan kami pilih untuk dijadikan makan siang. Namun tiba - tiba.
" Hei, ternyata kalian disini, aku mencari - cari di ruangan gak ada. Silahkan dipilih mana yang kalian suka nanti aku yang traktir. " Revan nongol sambil menepuk bahuku.
" Gak terima kasih Van, tenang aja uang kita masih cukup kok kalau buat makan siang sebulan selama kami belum gajian. " Ucapku sambil melirik Mega, semoga saja dia tidak tertarik dengan tawaran Revan.
" Iya makasi tawaran nya. " Mega sambil mengembangkan senyumnya.
" Tenang saja jangan kuatir aku hanya ingin mentraktir hari ini, besok kalian bisa bayar makan siang kalian sendiri. " Jelas Revan dengan wajah yang penuh harap.
" Tidak terima kasih, maaf ya aku buru - buru. " Ucapku seraya menarik tangan Mega, aku takut gadis ini berubah pikiran. Akhirnya kutinggalkan Revan dengan tatapan mata yang bingung, aku tidak ingin dekat dengan siapapun saat ini karena aku ingin menepati janjiku kepada mama. Lalu aku dan Mega menyantap menu makan siang dengan suasana diam aku pikir dia sudah paham dengan maksudku untuk tidak ingin terlalu dekat dengan Revan lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments