Hal Tak Terduga
Hari ini tepat tujuh hari Bu Dharma meninggal. Banyak orang yang datang untuk ikut mengaji dan mendoakan almarhum Bu Dharma. Semua nya tampak khusyu dan khidmat dalam mengikuti doa. Setelah doa selesai orang-orang pun bergantian untuk berpamitan. Hingga menyisakan beberapa sanak saudara saja. Pertemuan yang awalnya hanya sekedar pertemanan antara pak Jaya dan ayah Aisha kini menjadi hubungan persaudaraan yang terikat dalam suatu ikatan yang suci. "Pak, lalu bagaimana dengan pertunangan Aisha dan Zayyan?" Tanya pak Jaya.
"Apa sebaiknya kita bicarakan ini besok saat waktu sudah tepat pak?" Tanya ayah Aisha.
"Gini pak, sekarang mama Zayyan sudah tiada. Dan satu-satunya permintaan yang belum terpenuhi itu hanyalah melihat salah satu putra nya menikah." Jelas pak Jaya.
"Tapi pak, apa tidak sebaiknya kita membiarkan Aisha kuliah terlebih dahulu? Atau mungkin setidaknya Aisha biar lulus sekolah dulu baru kita laksanakan pertunangan mereka." Ucap ayah Aisha.
Aisha yang mendengarkan percakapan para tetua dari samping hanya bisa menahan air mata. Takdirnya kini sedang berada di puncak komedi.
"Untuk hal itu anda tidak perlu khawatir pak. Kami akan pastikan Aisha tetap mendapatkan pendidikan yang layak." Ucap pak Jaya.
"Atau bagaimana kalau kita menikahkan Aisha dan Zayyan sekarang saja?" Ucap salah seorang ustadz yang dimana itu adalah teman ayah Aisha.
"T-tapi, Aisha masih sekolah" jawab ayah Aisha.
"Nikah siri saja mas. Kebetulan juga toh ada saudara mu dan saudaranya pak Jaya di sini. Jadi, kita bisa langsungkan pernikahan." Ucap ustadz tersebut.
"Bagaimana nak Zayyan?" Tanya ustadz itu.
"Saya sih ikut orang tua saja pak. Kalau kedua belah pihak setuju saya ya setuju saja" jawab Zayyan.
"Gini loh mas, ini kan mumpung baru tujuh hari. Siapa tau arwah almarhum masih di sini. Setidaknya kita turuti permintaan terakhir almarhum" jelas Ustadz itu.
"Nah, gitu juga Ndak apa-apa" ucap pak Jaya.
"Baiklah kalau begitu. Mas Zayyan ada uang tunai berapa untuk dijadikan mahar?" Tanya ayah Aisha.
"Ini sih pak, kemarin sudah sempat dibahas sama almarhum mama mau kasih mahar ke Aisha sesuai tanggal lahir Aisha saja." Ucap Zayan.
Lalu, mereka pun melangsungkan pernikahan tanpa persetujuan Aisha. Karena memang dari awal keputusan Aisha itu bergantung pada keputusan ayahnya.
"Bismillahirrahmanirrahim, Saudara Husein Alifazayyan bin bapak Jayakarna saya nikahkan dan kawin kan engkau dengan putri ku Aisha Afreena Freissy binti Afredharnu kartanto dengan mahar uang tunai tiga juta dua ratus lima puluh ribu rupiah dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!" Ijab
"Saya terima nikah dan kawin nya Aisha Afreena Freissy binti bapak Afredharnu kartanto, untuk diri saya sendiri dengan mahar tersebut dibayar tunai!" Qabul.
"Bagaimana saksi?" Tanya pak ustadz kepada para saksi.
"SAHHH!!" Ucap para saksi.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udhu bika min syarri hana wa syarri maa jabaltaha 'alaih. (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya.)"
"Alhamdulillah akhirnya Zayyan dan Aisha sudah Sah menjadi suami istri secara agama. Setelah Aisha Lulus sekolah segara urus surat pernikahan mu di kantor agama ya nak" ucap pak ustadz.
Zayyan pun lantas menyalami tangan ayah Aisha yang sekarang berstatus sebagai ayah mertua. Aisha yang mendengarkan ijab Qabul nya dari samping masih termenung. Lamunan nya kosong air matanya mengalir tanpa henti, ia merasa lemas hingga terduduk begitu saja di lantai. Saat Aisha masih menikmati lamunan nya tiba-tiba ia dibawa oleh sang ibu ke ruang tamu. Tentunya untuk menemui Zayyan yang kini sudah Sah menjadi suami nya.
Zayyan pun lantas memegang ubun-ubun Aisha sembari membaca doa : "Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
Setelah nya Zayyan langsung mencium kening Aisha. Aisha yang masih setia dalam lamunan nya langsung jatuh pingsan begitu saja. Ia benar-benar lemas tak berdaya. Bagaimana tidak, ia harus melepaskan masa remaja nya begitu saja. Begitu banyak mimpi yang Kini harus ia kubur dalam-dalam karena keputusan orang-orang yang tak memikirkan sama sekali perasaan Aisha.
Zayyan pun lantas dengan sigap menahan tubuh Aisha. Semua orang tampak terkejut karena Aisha pingsan. "Yan, bawa Aisha ke kamar mu dia mungkin kecapekan" ucapan pak Jaya.
Zayyan pun membawa Aisha ke dalam kamarnya untuk beristirahat. "Bu Aisha kenapa?" Tanya Bu Harun.
"Kayak nya sih dia kaget gara-gara ijab kabul dadakan deh Bu" jawab bu Lita.
"Bu, Aisha hanya kecapekan dia tadi habis pulang les belum makan asam lambung nya naik jadi dia pingsan. Mohon jangan gibah yang tidak-tidak tentang Aisha" ucap David selaku saudara kandung Zayyan.
"Mas Zayyan, ini di kasih minyak angin mas" ucap Bu Hikmah.
"Iya terimakasih Bulek" ucap Zayyan yang langsung menerima minyak angin pemberian Bulek nya itu.
"Mbak maafkan saya" bisik Zayyan dalam telinga Aisha.
Setelah para tamu berpamitan yang menyisakan keluarga Zayyan dan keluarga Aisha mereka pun pergi ke kamar Zayyan untuk melihat kondisi Aisha. Namun, ya semua nya terjawab saat mereka masih melihat Aisha dalam kondisi pingsan.
"Ini gimana pak Bu? Apa kita bawa Aisha ke rumah sakit saja?" Tanya pak Jaya yang semakin khawatir dengan kondisi Aisha.
"Seperti nya tidak perlu pak insyaallah sebentar lagi Aisha akan siuman." Ucap ayah Aisha.
"Mama ayoo pulang" pinta Maulana.
"Ya sudah pak kami pamit pulang dulu kasihan Lana sudah mengantuk." Ucap ayah Aisha.
"Apa kalian tidak menginap di sini saja?" Tanya David.
"Iya to pak mbok ya nginap saja" ucap pak Jaya.
"Wah takut merepotkan kami pak. Sekalian besok kalau kami ke sini membawakan baju Aisha" ucap ayah Aisha.
Mereka pun akhirnya pulang. Dan waktu sudah menunjukkan pukul satu malam. Zayyan masih setia menunggu Aisha siuman. Sedangkan yang lain nya sudah tidur di kamar masing-masing.
"Eunghhh.. hiks" lirih Aisha yang menangis dalam tidurnya.
Zayan pun langsung menghapus air mata Aisha. Aisha merasakan ada sesuatu yang menyentuh pipinya Aisha langsung membuka mata dan alangkah terkejutnya ia melihat Zayyan dengan begitu jelas. Aisha langsung membelalakkan matanya dan memundurkan tubuhnya. "Mbak tidak perlu takut" ucap Zayyan. Namun, Aisha tidak menjawab apa-apa. Matanya masih menunjukkan ketakutan terhadap Zayyan.
"Mbak, maafkan saya yang sudah lancang menikahi mbak tanpa seizin mbak. Saya mencintai mbak setulus hati. Saya juga ingin melaksanakan permintaan terakhir mama saya jadi, saya harus melakukan ini semua" jelas Zayyan.
"Mbak, saya tidak akan melarang mbak kalau mbak mau marah. Karena saya tau itu salah saya. Tapi, sekarang mbak silahkan tidur dan istirahat. Saya akan tidur di ruang tamu agar mbak tidak terganggu" ucap Zayyan.
Zayyan hendak melangkahkan kakinya keluar kamar namun Aisha dengan cepat memanggil nya.
"Mas Zayyan!" Panggil Aisha pelan.
"Iya mbak?" Tanya Zayyan.
"Mas, sholat dua rakaat dulu" ucap Aisha. Zayyan yang mendengarkan hal tersebut tak mampu menahan senyuman nya. Zayyan pun langsung membantu Aisha untuk ke kamar mandi guna berwudhu.
Setelah nya mereka melaksanakan sholat dua rakaat sebagaimana yang seharusnya dilakukan oleh sepasang pengantin baru.
Setelah berdoa Zayyan langsung mundur guna mensejajarkan duduk nya dengan Aisha. Bahkan tanpa diminta Aisha langsung mengulurkan tangan nya untuk menerima tangan Zayyan. Zayyan pun dengan senang hati mengulurkan tangan nya dan Aisha mencium tangan suami nya dengan penuh rasa kasih. Zayyan juga tidak lupa untuk mencium kening Aisha sebagai tanda syukur.
"Mbak saya benar-benar minta maaf" ucap Zayyan.
"Tidak sepatutnya mas mengucapkan maaf kepada saya. Tidak ada yang bersalah dalam hal ini. Pernikahan adalah suatu ibadah suci yang kita laksanakan seumur hidup. Insyaallah saya menerima mas sebagai suami saya karena Allah." Ucap Aisha.
"Alhamdulillah ya Rabb. Masyallaah tabarakallah terimakasih banyak mbak" ucap Zayyan.
"Mas maaf saya sudah merepotkan mas dan keluarga" ucap Aisha.
"Tidak mbak, mbak tidak boleh berbicara seperti itu. Saya dan keluarga senang dengan kehadiran mbak disini" ucap Zayyan.
"Mas, sudah malam. Mas tidak mau tidur?" Tanya Aisha.
"Mbak tidur saja di kamar ini. Saya akan tidur di luar" ucap Zayyan.
"Tidak mas, ini kamar mas. Mas juga harus tidur di sini" ucap Aisha.
"Tapi mbak?" Ucap Zayyan yang belum terselesaikan.
"Mas, sekarang mas adalah suami saya, dan saya istri mas. Dan tidak baik mas jika suami istri tidurnya pisah ranjang" ucap Aisha yang berusaha meyakinkan Zayyan.
"Tapi mas saya hendak mengatakan sesuatu " ucap Aisha.
"Silahkan mbak" ucap Zayyan mempersilahkan Aisha.
"Mas, bisakah kita menunda kewajiban saya? Saya masih mau sekolah dulu." Ucap Aisha.
"Mbak, saya akan menunggu kapan pun mbak siap. Jangan berikan kesucian mbak keada saya jika mbak belum Ridha. Insyaallah, saya akan bersabar mbak untuk hal itu. Tapi, tolong jangan pernah sungkan untuk memeluk saya saat mbak membutuhkan pelukan ataupun sandaran. Saya siap untuk itu" ucap Zayyan. Aisha kembali meneteskan air matanya dan tanpa ia sadari Aisha memeluk Zayyan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments