Kecewa
Usia kehamilan Aisha sudah menginjak 7 bulan. Kini Aisha sedang mengejar skripsi nya ia sedang mengejar target sebelum masa kelahiran nya ia harus sudah selesai sidang skripsi. Hari-hari nya begitu cepat ia jalani.
"Sayang, aku berangkat ke kantor dulu ya" ucap Zayyan.
Zayyan langsung mencium kening Aisha dan tak lupa perut Aisha yang saat ini mengandung anak mereka berdua. Entah kenapa Hati Aisha sedih saat harus di tinggal Zayyan pergi ke kantor padahal itu sudah biasa terjadi. Aisha pun sempat meminta Zayyan agar mengambil cuti tapi, banyak pekerjaan di kantor yang harus Zayyan selesai kan. Karena sudah terlambat Zayyan langsung bergegas menuju kantor. Karena terburu-buru Zayyan melupakan kotak makan yang sudah Aisha siapkan.
Namun, saat itu Zayyan sudah berjalan jauh hingga tak bisa Aisha kejar. Di tambah Aisha tengah hamil besar. Jadi, tidak mungkin ia mengendarai motor untuk mengantarkan kotak makan Zayyan ke kantor.
Dan waktu berpihak kepada Aisha, papa mertua nya baru saja pulang dari luar kota. Aisha awalnya berniat meminjam mobil untuk menyusul Zayyan di kantor. Tapi, papa mertua nya melarang Aisha untuk menyetir sendiri. Akhirnya setelah papa mertua Aisha mandi dan sarapan Aisha di antar papa untuk ke kantor.
Lagipula kantor itu masih di bawah kendali papa mertua nya jadi, Aisha memiliki akses khusus untuk keluar masuk kantor.
"Papa, seharusnya papa istirahat saja dirumah" ucap Aisha.
"Tidak apa-apa. Lagipula jarak kantor dan rumah tidak terlalu jauh. Setelah memberikan kotak makan Zayyan papa bisa beristirahat di kantor" ucap papa.
Mereka pun menaiki lift untuk menuju ruangan Zayyan. Sembari mengisi kekosongan mereka berbicara dan bercanda tawa saling menghibur satu sama lain.
"Papa, mau langsung ke ruangan atau bagaimana?" Tanya Aisha.
"Hem, papa mau bertemu Zayyan dulu ada hal yang harus papa bahas sebentar" ucap papa.
Mereka pun menuju ke ruangan Zayyan dan sialnya Aisha langsung mendapat pemandangan yang benar-benar tak ingin ia lihat.
Zayyan tengah duduk manis dimeja kantor nya dan ada wanita yang duduk di atas meja sembari membenahi rambut Zayyan. Begitu hancur hati Aisha. Dan seketika itu juga "ALIFFA ZAYYAN!!" suara papa menggelegar menggetarkan ruangan Zayyan. Zayyan dan wanita yang duduk di depan Zayyan pun langsung terkejut.
Aisha berjalan mendekati mereka berdua dengan tenang walaupun air matanya sudah lolos dari bendungan.
"Ini kotak bekal mas tertinggal" ucap Aisha. Aisha menatap mata wanita itu dengan penuh amarah. Namun, ia harus menahan amarah itu.
"Sayang, mas bisa jelaskan hal ini" ucap Zayyan.
"Jangan jelaskan apapun di sini. Ini adalah kantor tempat dimana orang bekerja. Bukan nya bermain wanita" ucap Aisha.
"Sayang" ucap Zayyan yang langsung menahan Aisha.
"Selera ku begitu rendah. Seharusnya aku tau sejak awal" ucap Aisha.
"Papa kecewa sama kamu!" Ucap sang papa. Papa nya langsung meninggalkan ruangan Zayyan begitu saja menyisakan Aisha, Zayyan, dan wanita yang masih berdiri di samping kursi kerja Zayyan.
Perlahan Aisha berjalan meninggalkan ruangan Zayyan. Ia langsung memesan taksi online untuk pulang.
Sesampainya Aisha di rumah ia langsung mengunci diri didalam kamar. Ia menangis sejadi-jadinya.
Ia membuang banyak, guling, bahkan foto pernikahan mereka yang terletak di samping kasur.
Begitu pedih tangisan Aisha.
Di sisi lain Zayyan tengah menghadap papa nya sendiri selaku pemilik perusahaan.
"Kamu tau kesalahan apa yang sudah kamu lakukan?" Tanya sang papa dengan tatapan kosong.
"Pa, ini hanya salah paham" ucap Zayyan.
"Salah paham katamu?! Lalu apa yang papa lihat?! Apa kamu tidak sadar dengan apa yang kamu lakukan?! Kamu sudah punya istri, dan sebentar lagi kamu akan menjadi ayah! Apa kau lupa itu ALIFFA ZAYYAN?!!" Ucap papa nya dengan penuh amarah.
"Papa, dia itu sahabat Zayyan. Dia datang karena ingin melamar pekerjaan. Zayyan sedang mewawancarai nya tadi" ucap Zayyan.
"Mewawancarai katamu?! Tidak ada wawancara yang melibatkan sentuhan tubuh seperti itu!!" Ucap papa nya.
"Papa, tolong dengarkan Zayyan. Dia tadi hanya membantu Zayyan. Ada ulat kecil di kerah Zayyan dia hanya membantu Zayyan pa" ucap Zayyan.
"Omong kosong mu sungguh bagus! Papa kecewa!" Ucap sang papa.
"Kau sudah melakukan pelanggaran di perusahaan ini. Peraturan tetaplah peraturan. Jangan pernah menginjakkan kaki mu lagi di ruangan itu! Sekarang dirimu tak lebih hanyalah karyawan biasa! Pergi dan kemasi barang-barang dari ruangan mu!" Ucap papa nya.
Zayyan tak mampu membantah apapun yang sudah di katakan oleh papa nya itu. Zayyan langsung mengemasi barang-barang nya dan memindahkan semuanya ke ruangan karyawan biasa. Zayyan tidak kecewa atas itu tapi, ia belum bisa meyakinkan papanya atas kesalahpahaman yang Aisha dan papa nya lihat.
Tok tok tok
"Masuk!"
"Tuan" ucap nya.
"Untuk apa kau datang kemari?!" Tanya Jaya.
"Maaf tuan, sebelumnya perkenalkan, nama saya mega. saya ingin menjelaskan kesalahpahaman yang tuan lihat. Saya tadi sedang mengambil serangga yang berada pada kerah tuan Zayyan. Tidak ada yang lebih tuan" ucap Mega.
"Tuan, ini semua adalah kesalahan saya. Saya sudah lancang, saya harap tuan bisa memaafkan tuan Zayyan" ucap Mega kembali.
Jayakarna berfikir sejenak sembari mengucap istighfar. Dia sudah menuduh putra nya dengan tuduhan yang belum dipastikan kebenarannya. Ia langsung teringat menantu nya.
Dengan cepat ia langsung bergegas untuk pulang. Sebelumnya Jayakarna juga menghampiri Zayyan, ia meminta agar Zayyan ikut pulang bersama nya.
Sesampainya dirumah mereka dikejutkan dengan keadaan kamar yang sudah berantakan. Foto pernikahan Zayyan dan Aisha pecah berserakan di lantai. Mereka semakin panik saat melihat bercak darah di kaca foto yang sudah pecah.
"Aisha!" Panggil papa.
"Sayang, kamu dimana?" Panggil Zayyan. Mereka mencari Aisha di setiap sudut rumah tapi, mereka tak menemuka Aisha.
Mereka lantas mengecek cctv di ruman dan mereka melihat Aisha pergi dengan menaiki taksi online.
"Astaghfirullahadzim ya Allah" ucap Zayyan frustasi.
Zayyan langsung mencoba menelfon Aisha berkali-kali tapi, nomor Aisha tidak dapat di hubungi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments