Bagian 18

"Kenapa tidak menelfon ku." Tanya Darrel seraya menatap wajah Ella dari spion motor. Dia menyaksikan sendiri bagaimana detail kejadian yang menimpa Ella.

Darrel juga menyayangkan saat Ella meminta bantuan pada pegawai butik. Dia sempat melalui salon tersebut dan sudah melihat garis polisi mengelilingi tempat tersebut. Darrel menebak jika pegawai butik sudah merenggang nyawa.

"Saya lupa." Ella benar-benar lupa jika sekarang dia punya ponsel yang tersimpan di saku bajunya.

Darrel meminggirkan motornya ke bahu jalan. Dia menyuruh Ella turun lalu mengiringnya masuk ke sebuah depot kecil.

"Kita langsung pulang saja Kak, atau pesankan taksi untuk saya." Darrel menekan lembut pundak Ella lalu berjalan ke arah pelayan untuk memesan makanan.

"Makan dulu." Jawab Darrel duduk di hadapan Ella." Kenapa kamu bisa sampai sana?" Darrel ingin Ella bisa berkata jujur padanya atau melontarkan permintaan tolong.

"Saya itu.."

"Berbicara yang santai. Kita satu kampus. Memanggil Kak saja sudah lebih dari cukup." Ella mengangguk lalu melihat ke arah Darrel sejenak.

"Em itu, aku tadi.. Kabur dari.. Pak Prapto. Dia akan..." Kata-kata Ella tertahan. Ingin rasanya dia menangis jika memang ada tempat bersandar untuk mengungkapkan keluh kesah. Ella merasa sendirian di sini, sementara hal yang di hadapi terlihat tidak manusiawi.

"Akan apa?" Ayo minta bantuan padaku. Jangan terlalu angkuh.

"Me menikah. Tiga hari lagi pernikahan..."

"Tidak akan terjadi kalau kamu memang tidak mau." Ella menegakkan kepalanya menatap sendu ke arah Darrel yang juga menatapnya.

"Aku tidak tahu."

"Akan ku bantu."

"Tidak Kak, jangan. Lelaki itu sangat berkuasa." Darrel tersenyum simpul.

"Terus?"

"Kamu akan dapat masalah besar."

"Badan lelaki itu saja yang besar. Ku carikan apartemen, jangan dulu pulang." .

"Tidak. Aku mau pulang. Wanita itu akan mengambil rumahku." Jawab Ella panik.

"Kamu ahli warisnya. Tidak mungkin bisa di ganggu gugat."

"Wanita itu seperti siluman."

"Ya. Aku terbiasa menghadapi hal semacam ini."

"Tapi aku benar-benar ingin pulang."

"Pulanglah kalau memang kamu mau lelaki itu menemukan mu." Ella menghela nafas panjang. Sejak tadi Darrel menatapnya lekat. Ekspresi wajah Ella membuatnya frustasi. Tekanan batin yang teramat dalam terpatri bahkan bertengger di sana.

"Ayah menyuruhku menjaga rumah kami."

"Fikirkan soal keselamatan mu." Bersamaan dengan itu, seorang pelayan datang dan meletakkan beberapa sajian makanan yang di pesan." Terimakasih." Ucap Darrel ramah. Sangat berbeda dengan sikap kaku Kai.

"Sama-sama. Silahkan menikmati." Darrel tersenyum kemudian menggeser satu porsi nasi ke arah Ella.

"Makan dulu." Pintanya pelan.

"Ya Kak. Terimakasih."

"Hm." Darrel mengambil ponselnya yang bergetar. Tertulis nama Mommy tertera di layar. Ah masalah besar. Darrel mengisyaratkan Ella untuk diam.

📞📞📞

"Ya.

"Kamu di mana sayang?

Sengaja sekali Nay menelfon. Dia ingin tahu bagaimana tanggapan yang akan di berikan Darrel.

"Di luar.

"Yang jelas.

"Cafe. Kenapa?

Darrel tidak ingin menyebut kata Mama sebab takut kebohongannya terbongkar. Dia belum ingin mengakui jati dirinya pada Ella.

"Kaku sekali cara bicara mu.

"Mungkin aku pulang agak sore. Ada hal penting yang harus ku urus. Kalau sampai Mama tahu aku bersama Ella. Dia pasti akan menghukum ku.

"Apa itu sayang.

"Nanti ku ceritakan.

"Awas ya. Jangan berpacaran.

"Iya aku ingat.

"Hm. Hati-hati di jalan.

📞📞📞

Darrel tersenyum simpul sambil mengatongi ponselnya lagi. Sementara Nay sendiri malah tertawa kecil mendengar kekakuan jawaban Darrel.

"Aku berharap dia pulang malam." Kai melirik sebentar lalu kembali fokus pada jalan. Keduanya berniat menemui Arya dan Erik.

"Kenapa begitu?"

"Itu tandanya dia lebih mementingkan Ella daripada aku." Kening Kai berkerut. Sungguh dia sedikit bingung dengan jalan fikiran Nay. Seharusnya dia merasa tersaingi tapi Nay malah menunjukkan sikap suka cita.

"Berarti dia lebih menyanyangi gadis itu daripada kamu."

"Ya memang seharusnya begitu. Ada masanya kita harus melepaskan anak kita ketika seseorang sudah berhasil menghuni hatinya." Pemikiran yang jarang di miliki sebagai ibu yang cenderung tidak ingin di kalahkan oleh sosok menantu.

"Kamu akan di lupakan."

"Mana bisa sayang. Ibu tetaplah Ibu. Sebentar lagi aku akan punya dua anak. Aku tidak sabar menunggu Ella menjadi menantu ku."

Kai tersenyum. Asal dia bahagia. Begitulah yang ada di benaknya. Kebahagiaan Nay merupakan hal utama yang wajib di lakukan.

Mobil Kai terparkir tepat di depan pintu utama Xu grup. Kedatangan mereka sudah di tunggu Erik.

"Kemana dia?" Tanya Kai mencari keberadaan Arya.

"Di dalam Tuan. Dia takut ada yang memergokinya."

"Hm."

Singkat waktu setibanya di ruang pertemuan. Manik Arya berkaca-kaca ketika menyambut kedatangan Kai. Sudah bertahun-tahun lamanya dia menunggu momen ini sampai si peminta meninggal dunia. Orang tersebut adalah Ayah Ella sendiri.

Puluhan bahkan mungkin ratusan, beliau datang ke Xu grup hanya untuk meminta sebuah keamanan untuk anaknya. Sebanyak itu juga Ayah Ella merasakan kekecewaan karena sulitnya membuat janji.

"Saya berterimakasih untuk kedatangannya Tuan." Nay tersenyum simpul sambil melihat kesungguhan dari mimik wajah Arya.

"Silahkan duduk." Setelah bersalaman, Arya pun duduk." Ada keperluan apa? Aku tidak punya waktu banyak." Imbuh Kai tidak ingin bertele-tele.

"Ini permintaan terakhir almarhum clien saya. Beliau berpesan untuk meminta perlindungan untuk putrinya. Jujur saja Tuan, hidup saya tidak bisa tenang karena terlanjur berjanji." Arya menyodorkan sebuah surat wasiat yang di tuliskan almarhum Ayah Ella satu hari sebelum kecelakaan naas.

"Sudrajat." Gumam Kai sambil membaca surat wasiat." Berlindung dari siapa?" Tanya Kai lagi.

"Pak Prapto." Sontak manik Nay melebar. Arya meletakkan sebuah foto milik Ella." Dia adalah anak tunggal Pak Sudrajat. Saya tidak tahu menahu bagaimana awalnya. Tapi almarhum sepertinya sudah mengedus niat Pak Prapto untuk menikahi Nona Ella." Dengan gerakan cepat Nay mengambil secarik foto.

"Penyebab kematiannya?" Tanya Nay merasa antusias. Tentu saja sebab Ella sudah di targetkan menjadi menantu nya.

"Kecelakaan Bu Naysila."

"Bisa kamu sebutkan tahun dan tanggalnya?"

"Satu hari setelah surat wasiat di tulis. Kecelakaan terjadi di ruas jalan Pattimura. Menurut kepolisian rem mobil yang di kendarai Pak Sudrajat mengalami rem blong." Arya menghela nafas panjang." Saya sendiri kurang percaya. Em mayat Pak Sudrajat tidak bisa di kenali sementara Istri mudanya menolak otopsi." Kai meletakkannya surat wasiat sambil memikirkan tebakan yang sudah bersarang.

Kebetulan yang pas. Batin Kai memuji kepekaan Nay.

"Saya hanya ingin Nona Ella tidak sampai menikah dengan Pak Prapto sesuai keinginan almarhum. Pak Sudrajat sudah menyiapkan dana untuk itu."

"Akan kami bantu." Jawab Nay bersemangat.

"Terimakasih banyak Bu, Tuan. Em berapa nomer rekening nya."

"Simpan saja uangmu. Anggap ini sebuah bantuan." Tentu saja begitu. Nay mengharapkan hal lebih setelah mengetahui kenyataan soal Ayah Ella yang sejak dulu berniat meminta bantuan. Dia menganggap jika pertemuan dengan Ella sudah jauh terencana.

🌹🌹🌹

Lena mendengus sambil duduk lemah di ruang tamu. Seharian ini dia mencari surat rumah dan surat kepemilikan mini market. Lena berniat mengambil surat tersebut sebelum Ella mengusirnya.

"Di mana dia meletakkannya." Eluhnya kesal. Entah bodoh atau apa? Seharusnya Lena sudah menebak jika surat-surat penting masih berada di tangan Arya selaku notaris.

Sontak Lena menoleh ketika mendengar suara klakson mobil. Dia mengira jika itu Ella dan Prapto. Perencanaan fitting baju pengantin memang sudah di rencanakan sejak tadi pagi. Tapi ketika pintu di buka, Lena di sambut dengan wajah garang Prapto.

"Di mana anak itu?!" Tentu saja Lena merasa bingung atas pertanyaan Prapto. Dia fikir Ella sedang bersamanya.

"Bukankah dia bersama anda."

"Dia kabur!" Lena menghela nafas panjang. Ketakutan yang selama ini hanya bayangan, kini menjadi kenyataan. Bukan hanya terancam kehilangan harta, nyawa Lena juga jadi taruhannya kalau sampai keinginan Prapto tidak terpenuhi.

"Dia tidak ada di sini. Saya fikir dia bersama anda."

"Jangan main-main kamu Lena!!! Kalau sampai Ella tidak di temukan, kau tanggung akibatnya."

Rasanya Lena terjebak oleh perangkapnya sendiri. Perusahaan belum sepenuhnya di terima namun ancaman Prapto semakin menambahkan kecemasan.

Kemana anak itu?

Segera Lena berjalan masuk, meraih ponsel yang tergeletak di atas meja. Dia menghubungi nomer Pak Kirman, untuk meminta bantuan agar Ella segera di temukan.

🌹🌹🌹

Selamat hari raya idul Fitri bagi yang merayakan 🙏Minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin 🤲🌹❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!