Setibanya di kelas, Ella menjadi topik gosip terpanas. Bukan dengan cara berbisik-bisik namun membicarakan secara terang-terangan. Wajar saja bagi Ella sebab Agatha begitu cantik dan pasti populer juga memiliki banyak pengemar.
Ella mencoba bersikap tenang, berjalan melewati para penghuni kelas yang menatapnya tajam. Ingin rasanya tidak perduli tapi tuduhan jelas terdengar.
"Hei anak baru, seharusnya kau menghormati senior mu." Ujar salah satunya. Hanya golongan senior yang mampu berbicara sementara para junior malah membenarkan. Mana ada seseorang yang berdiam diri ketika mendapatkan perlakuan kasar.
"Ya. Baru juga satu hari kuliah sudah mencari masalah." Imbuh yang lain menimpali.
"Tidak mungkin sekali Agatha kita berbuat kasar."
"Hei kau dengar tidak!" Braaaakkkkk!!! Teriaknya seraya mengebrak meja. Dia adalah salah satu mahasiswa yang sangat menyukai Agatha.
Ella berdiri lalu melayangkan sebuah tamparan ke mahasiswa tersebut. Plaaaaaakkkkkk!!! Mahasiswa bertubuh besar tersebut membalas tamparan sampai membuat tubuh Ella bergeser.
"Kenapa kamu membalas?" Ella malah melontarkan pertanyaan tersebut. Bukan dengan senyuman melainkan wajah datar.
"Apa maksudmu?! Kau menamparku!! Kau fikir aku tidak bisa membalas!" Karena di butakan dengan ketertarikan membuat si mahasiswa tidak mampu mengontrol emosi juga berfikir jernih. Dia ingin di akui Agatha setelah pembelaannya.
"Itu juga yang sedang saya lakukan. Jika ada seseorang yang menyakiti kita, apa kita harus berdiam dan menerima sampai kita terbunuh? Lalu kenapa Kamu membalas perbuatan saya? Seharusnya kamu diam atau tertawa seperti yang kamu harapkan pada saya."
Mimik wajah mahasiswa itu berubah gugup. Dia membenarkan tapi tidak mau mengakui kesalahan.
"Memang seharusnya kau di perlakukan buruk selayaknya wajahmu." Jawabnya terkekeh nyaring di ikuti oleh lainnya.
Ella kembali duduk meski pipinya cukup terasa nyeri. Ruangan yang tadinya riuh langsung berubah hening ketika Darrel dan Ano memasuki kelas.
Nyali si mahasiswa seketika menciut, dia bahkan tersenyum aneh lalu duduk di tempatnya.
Ada baiknya juga aku berubah buruk. Aku jadi tahu sangat banyak orang-orang yang menilai seseorang dengan sebelah mata.
"Hei Ella, laptop mu sudah ku perbaiki. Mungkin besok baru selesai." Ucap Ano dari tempatnya duduk. Ella hanya mengangguk seraya membaca buku yang ada di tangannya. Jangankan membalas ucapan, melirik saja dia tidak melakukannya.
Para mahasiswa merasa aneh, ketika Ano melontarkan sapaan ramah pada Ella. Mereka jelas bertanya-tanya sebab Ella tidak kelihatan menarik dari sisi manapun apalagi mengingat julukannya sebagai junior.
"Rel, kamu tahu berita terbaru soal Agatha?" Teriak salah satu mahasiswa.
"Ya kenapa?"
"Gadis yang duduk di samping mu yang sudah membuatnya terluka." Darrel melirik ke arah Ella yang masih memasang wajah datar seakan-akan dia tidak merasa tersinggung dengan pembicaraan tersebut.
"Dia terlalu manja. Pasti hanya luka kecil tapi di besar-besarkan." Jawab Darrel asal.
"Agatha sampai di jemput. Katanya punggungnya sakit."
"Diam lebih baik daripada kalian tidak tahu permasalahan!" Darrel mengeluarkan laptopnya lalu memutar video perundungan yang terjadi pada Ella." Apa kau akan diam kalau ada seseorang yang melakukan itu padamu." Imbuhnya geram." Kalian membela hanya karena dia cantik dan populer? Katakan, apa dia bersalah?!" Menunjuk ke Ella.
"Tapi tidak seharusnya dia..." Darrel berdiri lalu menyeret mahasiswa yang hendak berkomentar. Dia mendorong tubuhnya sampai terjungkal lalu menekan punggung dan kepalanya dengan kaki." Agh sakit tolong!!" Teriaknya meronta-ronta.
"Bangun!" Darrel menarik kasar kerah belakang si mahasiswa dan memaksanya berdiri." Sakit!!!" Tanyanya lantang.
"Ya sakit."
"Lalu kau masih menyalahkan dia." Kembali menunjuk Ella yang terlihat acuh meski hatinya merasa senang akan pembelaan Darrel untuknya." Aku tidak memihak siapapun di sini. Aku berusaha meluruskan permasalahan. Ya bersalah tidak boleh menyalahkan yang tidak bersalah. Maka jaga mulutmu sebelum berkomentar." Tak! Darrel menyentil telinga si mahasiswa kemudian duduk.
Alasan kenapa Darrel begitu banyak yang menyukai dan mengagumi. Dia tidak membela seseorang yang tampak indah juga menyalahkan seseorang yang tampak buruk. Darrel berusaha adil dalam memberantas pembullyan, mana yang bersalah maka itu yang di hukum.
Setelah melontarkan kalimat tersebut, tidak ada lagi celotehan juga bisik-bisik. Bibir mereka bungkam setelah melihat kenyataan yang di lihat dari video.
Namun tidak biasanya, Darrel mengharapkan ucapan terimakasih dari seseorang. Apa karena Ella terlihat acuh akan pembelaannya tadi? Entahlah. Yang pasti sampai pelajaran berakhir, tidak ada lirikan, obrolan, sekedar tersenyum apalagi ucapan terimakasih.
Terlihat Ella membereskan buku serta alat tulisnya. Setelah selesai, dia berdiri lalu pergi keluar kelas. Darrel kembali menatapnya lekat. Sikap acuh yang cukup membuatnya tergelitik.
"Sudah kamu lakukan perintah ku?" Tanya Darrel pelan.
"Hm beres."
"Aku pulang. Kabari kalau sudah mendapatkan informasi."
Darrel berjalan keluar menuju parkiran. Dia masih melirik ke arah Ella yang hanya terlihat punggungnya. Dessahan kembali lolos, Darrel menaiki motornya dan melaju meninggalkan area kampus dari jalan samping.
Nay sudah menunggu, itulah alasannya kenapa di wajibkan pulang tepat waktu. Darrel tidak ingin membuat wanita yang di anggap cinta pertamanya marah.
"Ma." Sapanya tersenyum simpul. Menunduk lalu mencium pipi kanan dan kiri Nay.
"Bagus. Ano melaporkan bahwa kamu sudah memutuskan gadis-gadis itu." Nay merasa senang permintaannya di turuti.
"Sesuai permintaan Ma." Kai hanya terdiam. Sedikit kesal dengan kelakuan sang anak yang cenderung melawan.
"Mama sudah membuat makanan kesukaan mu."
"Sebentar Ma. Aku ada cerita unik hari ini." Nay mengurungkan niatnya untuk berdiri.
"Hm apa?"
"Ada anak baru." Kai menghela nafas panjang. Menurutnya cerita itu basi. Dia menebak jika Darrel akan jatuh cinta lagi lalu mengulang kelakuan buruknya.
"Cantik dan kau jatuh cinta?!" Sahut Kai cepat.
"Hei Papa menyela. Itu tidak sopan." Jawab Darrel memperlihatkan senyum. Sungguh dia memahami sikap Kai selayaknya kanebo kering. Itu kenapa Darrel tidak ingin mengikuti jejak dan bersenang-senang dengan memacari banyak gadis walaupun watak bengis masih bertengger.
"Terus bagaimana? Itu hanya cerita lama."
"Ada yang unik. Dia menyamar menjadi buruk rupa. Aku sempat curiga dan menuduh gadis itu sedang memata-matai ku." Kai sontak menoleh begitupun Nay yang langsung menyimak dengan raut wajah serius.
"Lanjutkan sayang." Pinta Nay lembut.
"Itu perintah dari Ibu tirinya sebab dia sudah di jodohkan." Kai menghela nafas panjang begitupun Nay." Aku menyesal sudah berbuat kasar padanya tadi. Dia mencurigakan sekali Ma." Imbuhnya menjelaskan.
"Lain kali hati-hati sayang. Awas ya, jangan melukai seseorang yang tidak bersalah atau kamu akan mendapatkan hukuman dari Mama."
"Bisa saja dia memang penyusup. Jangan lengah pada seseorang yang mencurigakan seperti itu. Bagaimana penampakannya setelah penyamarannya terbongkar?"
Tentu saja fikiran negatif langsung menyelimuti hati Kai. Walaupun dia cenderung bersikap kasar, namun dia tidak ingin terjadi sesuatu dengan Darrel.
"Cantik seperti Mama." Nafas Kai terbuang kasar. Tuduhan kembali bertambah. Darrel terpesona dengan kecantikan Ella dan hatinya melunak.
"Di mana dia tinggal." Segera saja pertanyaan itu meluncur. Kai ingin tahu bagaimana kebenarannya.
"Ano sedang menyelidikinya. Aku ingin ikut tapi takut Mama marah dan menuduhku berpacaran."
Kai meraih ponselnya lalu menghubungi kontak Alan. Dia memerintahkan untuk melacak nomer Ano agar tahu lokasi rumah Ella. Darrel tidak mempermasalahkan itu, sebab dia yakin Ella mengatakan kejujuran. Entah darimana keyakinan itu berasal sebab keduanya baru di pertemukan beberapa jam lalu.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
ERNY TRY SANTY
darell gerecep bnget 🤭
2023-07-17
0
Yunita Indriani
next kak
2023-04-11
0