Bagian 13

Setelah memastikan Lena tidur, Ella mengambil amplop bertuliskan namanya. Dia mengeluarkan secarik kertas dari dalam lalu membacanya.

Rupanya surat tersebut berasal dari almarhum sang Ayah. Beliau berpesan untuk tetap menjaga rumah milik mereka dan jangan sampai menjualnya. Sangat banyak kenangan yang ada di sana apalagi rumah tersebut di desain sesuai keinginan sang Ibu.

Bukan hanya itu saja. Mendiang sang Ayah juga menyebutkan agar Ella berhati-hati dengan Prapto. Surat tersebut di tulis karena sang Ayah merasa curiga jika Prapto punya andil soal kematian Istrinya.

Kenyataan tersebut tentu membuat Ella berhenti bernafas sejenak. Kematian sang Ibu memang tidak wajar. Dia di temukan tergeletak di ruang televisi ketika Ella dan Ayahnya baru saja pulang. Sejak kejadian tersebut, sang Ibu jatuh sakit dan berakhir merenggang nyawa.

Apa itu berarti Pak Prapto yang membunuh Ibu juga Ayah?

Tebakan itu langsung bersarang di otak. Ella melipat secarik kertas tersebut lalu menyimpannya kembali. Rencananya untuk kabur langsung menghilang namun dirinya juga tidak mau menikah dengan Prapto.

Ella beranjak kemudian berbaring di ranjang sempit kamarnya. Gerakan sedikit saja sudah membuat ranjang mengeluarkan suara. Mungkin karena kayunya mulai rapuh? Bisa jadi.

Bagaimana kalau itu benar? Berarti Pak Prapto yang sudah merenggut kebahagiaan ku? Ya Tuhan. Tolong.. Mana bisa aku menghadapi semuanya sendirian..

Perasaan Ella rasanya menjerit. Ingin cepat bertindak tapi keadaan tidak mendukung. Tentu saja keingintahuan besar langsung bersarang di otak. Mana mungkin Ella membiarkan pembunuh kedua orang tuanya berkeliaran apalagi harus menghabiskan sisa hidup bersamanya.

Aku berjanji tidak akan pergi Yah. Ini rumah kita bukan milik wanita itu.

Perlahan mata Ella meredup. Cukup lelah menghadapi kejadian hari ini yang seakan datang bersamaan.

.

.

.

Hanya sebentar. Begitulah tanggapan Ella ketika dia terbangun dengan keadaan tubuh basah. Dengan tega Lena mengguyurnya mengunakan seember air sampai membuat tempat tidurnya basah.

"Bangun!! Dasar pemalas!!" Gertaknya lantang. Bola matanya hampir keluar menatap ke arah Ella yang nyawanya masih belum sepenuhnya kembali.

Tanpa ada belas kasihan, Lena menyeret tubuh Ella lalu menghempaskan ke mesin cuci.

"Cucian menumpuk! Tapi kau bertingkah seperti ratu!!!" Ella berdiri seraya membersihkan wajahnya yang basah.

"Aku memang puteri tunggal Pak Sudrajat." Plaaaaaakkkkkk!! Lena melayangkan tamparan keras. Entah kenapa Ella malah tersenyum simpul lalu membalas perbuatan tersebut dengan tamparan yang lebih keras. Plaaaaaakkkkkk!!

Tubuh tinggi Lena bergeser ke samping. Bagaimana tidak Ella kalah telak sebab Lena memiliki bentuk tubuh bak atlet. Pemberontak seperti sekarang kerapkali terjadi namun selalu saja Ella kalah melawan kebengisan watak Lena.

"Kau bertambah berani sekarang!!" Dengan gerakan cepat Lena menarik rambut panjang Ella sampai pemiliknya mendongak. Mimik wajahnya meringis kesakitan saat pusing dan nyeri hebat seakan mengelupaskan kulit kepala.

"Aku tidak bisa diam dengan perbuatan kasar. Aku hanya mencoba membela diri."

"Siapa yang mengajarimu!!!" Ella mengigit bibir bawah. Mencoba untuk tidak merintih dan membuat Lena merasa menang.

"Kau!!!" Tarikan semakin kencang. Ella memejamkan mata sambil terus menahan desisan apalagi teriakan.

"Terus saja berkata itu!! Akan ku buat kulit kepalamu mengelupas!!!"

Tangan Ella berusaha menyingkirkan tangan Lena agar rasa sakitnya meredah. Tapi sakit pada kepalanya membuat tenaga Ella terkikis.

"Paket..." Lena menoleh ke arah sumber suara lalu kembali menatap Ella.

"Kau pesan sesuatu?!"

"Ti tidak." Sakit sekali.

"Paket..." Terpaksa Lena melepaskan jambakan.

"Awas ya! Kalau sampai terbukti kau yang memesan. Akan ku kurung kau di gudang."

Lena berjalan ke depan untuk memeriksa. Sementara Ella cepat-cepat masuk ke dalam kamar untuk mengambil tas kuliahnya dan berganti baju. Dia berniat langsung pergi daripada Lena membuatnya tertahan hanya karena perkerjaan.

Ella tidak memikirkan bagaimana caranya datang ke kampus. Dia tidak memiliki uang untuk memesan taksi. Yang ada di otaknya hanya ingin cepat keluar dari rumah agar dia bisa kuliah.

Tas di lemparkan lebih dulu sebelum akhirnya Ella memanjat pagar setinggi dua meter. Namun ketika dia akan meloncat, Pak Kirman memergoki perbuatannya.

"Tolong jangan..." Pak Kirman malah memberikan beberapa lembar uang pada Ella." Terimakasih Pak." Ucapnya sebelum meloncat. Pak Kirman hanya mengangguk lalu cepat-cepat masuk ke toilet belakang dan berpura-pura buang air kecil.

Sementara Lena masih berdebat dengan kurir yang ternyata salah satu anak buah Alan. Sengaja menyamar seperti itu agar Ella terhindar dari penyiksaan.

"Saya minta maaf Bu. Ternyata salah alamat." Jawabnya beralasan.

"Lain kali jangan sembarangan ya Mas. Menganggu orang saja!!!" Gerutu Lena menutup pintu pagar lalu berjalan ke belakang melalui samping.

Terlihat pintu kamar Ella terbuka lebar. Lena mempercepat langkahnya untuk memeriksa.

"Ella!!! Cepat selesaikan pekerjaan atau kau tidak boleh kuliah!!"

Sementara orang yang di cari sudah berjalan menuju jalan utama. Tidak ada bedanya Ella sudah mandi atau belum sebab kulit bersinarnya sangat menyita perhatian dan menyilaukan mata.

Ella berniat tidak akan memakai pewarna kulit lagi setelah membaca surat yang di tulis sang Ayah. Dia ingin melakukan pemberontakan lebih keras lagi agar rumah kenangan peninggalan sang Ayah bisa di pertahankan.

Tentu saja Ella menjadi perhatian warga kampung. Mereka tidak mengenali Ella sebab selama ini Ella hadir dengan kulit gelap.

Beberapa warga yang kebetulan berpapasan menerka-nerka tentang siapa sosok yang tengah berjalan sendirian tersebut. Namun karena sibuk, mereka memilih melewati Ella begitu saja.

Setelah berjalan melewati jalur dalam, akhirnya Ella tiba di jalan utama. Sedikit cemas, tentu saja. Ella takut Lena menyusul sehingga dia memutuskan untuk bersembunyi di balik pohon besar sambil menunggu angkutan umum atau taksi.

Bodoh! Memang. Sebab rupanya jalan utama di perkampungan tersebut tidak pernah ada angkutan umum melintas. Ella harus berjalan lebih jauh lagi untuk bisa menemui kendaraan semacam itu.

Jantung Ella seakan berhenti berdetak ketika sebuah motor terparkir tepat di hadapannya. Dia mulai membayangkan jika lelaki itu merupakan orang suruhan Lena. Namun ketika helm di buka, sedikit bernafas lega sebab itu Darrel.

"Butuh tumpangan?" Ujar Darrel menawarkan. Tadinya Ano berniat menjemput tapi dia memutuskan untuk melakukannya sendiri.

"Tidak." Darrel tersenyum simpul. Sedikit gugup rasanya karena Ella hadir tanpa penyamaran. Darrel semakin terkagum-kagum bagaimana bisa insan secantik Ella bisa tercipta.

"Kamu ingin kuliah kan?" Ella mengangguk pelan seraya memperhatikan jalanan yang tampak tidak terlalu ramai.

"Ya sudah Ayo."

"Tidak Kak terimakasih. Saya menunggu taksi saja." Darrel tertawa kecil. Dia tahu sepanjang jalan hanya di lewati kendaraan pribadi.

"Ya sudah ku tunggu sampai taksi pesanan mu sampai." Ella mengerutkan keningnya.

"Saya tidak memesan."

"Terus untuk apa menunggu di sini?" Ella menghela nafas panjang. Dirinya juga tidak tahu menahu soal hal tersebut." Sampai gelap pun taksi tidak mungkin melintas di sini kecuali kamu memesan lewat aplikasi di ponsel." Selama ini memang Lena tidak memperbolehkan Ella memiliki ponsel. Sudah bisa di pastikan jika dirinya tidak tahu menahu soal pelayanan online.

Bagaimana ini.

Sontak Ella duduk berjongkok ketika dia melihat mobil Pak Kirman melintas tanpa peduli pada Darrel yang sejak tadi tengah memperhatikannya.

Pokoknya harus sampai kampus dulu. Daripada nantinya aku membolos. Tidak masalah jika nanti wanita itu marah gara-gara aku belum menyelesaikan perkerjaan rumah dan juga..

Ella menatap kulit lengannya yang tanpa pewarna kulit. Sangat cantik, bersinar juga selembut bayi. Namun bukan itu alasan kenapa maniknya menatap berlama-lama.

Mungkin saja aku bisa mendapat bantuan setelah ini.

"Hei." Ella mendongak dan baru sadar akan keberadaan Darrel." Kenapa?" Tanyanya basa basi padahal dia tahu.

"Ibu tiri ku." Ella memastikan keadaan aman lalu berdiri.

"Maka dari itu ayo ikut."

"Kalau nanti berpapasan?"

"Jangan dulu membayangkan hal buruk. Cepat, kelas di mulai 30 menit lagi."

Dengan segala keterpaksaan Ella menaiki motor sport milik Darrel. Dia masih merasakan keanehan pada kehidupannya semenjak kemarin.

Ini kali pertama bagi Ella tampil tanpa kepalsuan. Awalnya dia tidak memikirkan rumah atau harta benda peninggalan sang Ayah. Tapi setelah surat untuknya di temukan. Ella baru sadar jika rumah berserta isinya wajib di pertahankan. Sangat banyak kenangan indah yang ada di sana meskipun untuk beberapa waktu, Lena merubah keadaan rumah bak di neraka.

🌹🌹🌹

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!