Ano menyatroni rumah Ella secara sembunyi-sembunyi. Di sebuah bangunan dengan pagar menjulang, mobil yang menjemput Ella masuk.
Terang saja penyiksaan tidak terdengar dari luar, sebab rupanya ada pagar tinggi menutupi seluruh bangunan. Bukan hanya itu, tanah lapang yang mengelilingi juga menjadi alasan kenapa selama ini Lena di kenal sebagai Ibu yang baik oleh para warga sekitar.
Hanya sesekali para warga melintas saat mereka akan pergi ke jalan utama sehingga terkadang membuat Lena merasa was-was dan menyuruh Ella tetap berada di dalam saat siang hari. Lena tidak ingin mereka tahu penampakan Ella yang sebenarnya.
Salah satu anak buah Ano memanjat pagar untuk melihat keadaan di dalam. Mereka sempat terkejut ketika sebuah mobil datang.
"Bodoh." Sapa Alan keluar dari mobil. Dia membuka bagasi belakang untuk mengambil camera pengintai." Sudah ku katakan selalu membawa ini untuk mengatasi hal genting." Imbuhnya setelah menyuruh anak buahnya memasang camera di setiap sudut pagar.
"Maaf Kak."
"Teruslah bersikap lemah agar kau tidak naik jabatan!" Alan menempeleng kepala Ano. Bukan hanya Kai yang ingin mencari penerus sebab dirinya juga tengah melatih Ano agar bisa menggantikan nya. Paling tidak membantu kalau terjadi hal genting." Siapa namanya." Ano mengambil berkas lalu menyerahkannya pada Alan.
Seketika kening Alan berkerut, foto Ella terlihat sangat buruk. Walaupun aneh, tapi tugas ini adalah perintah dari Kai.
Apa yang menarik dari wanita ini? Dia seperti gadis belia yang belum tersentuh makeup.
"Dia cantik sekali. Tidak ada yang mencurigakan."
"Cantik apa?" Alan menoleh seraya menunjuk-nunjuk foto.
"Itu hanya samaran."
"Untuk apa menyamar?"
"Dia akan di jodohkan. Tuan Darrel menyuruhku mencari tahu siapa lelaki yang di jodohkan dengan nya." Alan menghela nafas panjang. Menurutnya itu tidak penting.
"Bisa saja gadis ini utusan musuh Tuan Kai. Kau harus lebih jeli daripada Tuan Darrel. Kalau dia terlalu jauh berbelok, jangan segan-segan mengingatkan. Ingat tugasmu hei Ano!"
"Memang tidak ada yang mencurigakan. Alasannya sangat masuk akal." Tiba-tiba ponsel Alan berdering. Bergegas saja dia memerintahkan semuanya untuk masuk sebab ada mobil datang.
Tidak lama kemudian, sebuah mobil mewah masuk ke area pekarangan. Alan memantau dari ponsel yang terhubung dengan camera.
Prapto? Untuk apa dia datang ke sini?
Terlihat Lena dengan ramah menyambut kedatangan Prapto. Setelah pintu pagar tertutup, seorang gadis yang tidak lain adalah Ella keluar dari rumah dengan gaun sederhana.
Alan melongok, dia memperbesar video untuk melihat secara detail penampakan Ella yang sesungguhnya.
"Seperti orang yang berbeda." Gumam Alan mengakui kalau Ella sangatlah cantik. Kulit putih dengan rambut pirang alami membuatnya tampak bukan berasal dari Indonesia.
"Bukankah Prapto gila Bos? Dia terkenal suka menikahi gadis di bawah umur." Sahut salah satu anak buahnya.
"Hm ya. Tapi ini sebenarnya bukan urusan kita. Prapto juga menjalin kerja sama baik dengan Tuan." Alan tidak mencium gelagat aneh meskipun ketidakseimbangan terlihat jelas.
Prapto lebih pantas di panggil Kakek daripada menyandang sebutan sebagai Suami. Ella masih sangat belia, tubuhnya juga kecil dan kurus. Alan tidak bisa memikirkan bagaimana para pedofil tega menggagahi gadis yang terlihat rapuh. Bukankah seharusnya mereka melindungi juga mengayomi? Tapi lagi lagi Alan tidak ingin perduli dengan urusan pribadi seseorang.
Sementara Ella sendiri duduk meringkuk di pojokan mobil. Hari ini Prapto akah mengajaknya menghadiri pesta sehingga dia memutuskan menjemput Ella lebih awal dan berniat membawanya ke salon.
"Jangan terlalu tegang, rileks saja." Tangan keriput itu berusaha meraih jemari Ella yang langsung di singkirkan kasar.
"Maaf Tuan saya tidak nyaman." Ucap Ella tanpa menatap ke arah Prapto yang tengah terkekeh. Dia mulai membayangkan bagaimana serunya menggagahi wanita yang acuh seperti Ella. Menurutnya ini tantangan tersendiri dan jika berhasil, kepuasan batin akan Prapto dapatkan.
"Panggil Mas saja. Jangan Tuan."
Mas? Astaga! Apa tidak ada cermin di rumahnya!
Kehidupan terkekang membuat Ella kesulitan mengutarakan apa yang ada di dalam hati. Apalagi Lena selalu menakutinya dengan sengaja menjelaskan kekuasaan Prapto yang cukup kuat.
"Kenapa diam? Jawab dong." Prapto menyentuh dagu Ella sebentar.
"Saya masih ingin kuliah dan tidak ingin menikah." Menjijikan jika membayangkan masa muda Ella harus di berikan pada lelaki yang bukan hanya buruk rupa tapi mentalnya sedikit tidak waras.
"Kamu masih bisa kuliah, itu hal gampang. Setelah menikah, kehidupan mu akan membaik. Kamu bisa bebas berbelanja dan menghabiskan uang."
"Saya tidak mau itu." Prapto mengangguk seraya terkekeh. Kemarahan Ella semakin membuatnya bernaffsu ingin memiliki.
"Nanti kamu akan terbiasa sayang. Ini hanya masalah waktu. Awalnya semua Istri ku menolak pernikahan tapi sekarang mereka menikmatinya."
"Saya bukan mereka Tuan. Tolong bebaskan saya. Lepaskan saya agar bisa hidup normal." Kekehan Prapto semakin terdengar nyaring. Ingin rasanya Ella menjerit dan menangis. Prapto terlihat mengerikan dengan kulit kasar juga banyaknya kutil yang ada di wajah.
"Terima saja sayang. Aku mengeluarkan banyak biaya untuk mendapatkan mu. Itu kenapa kamu tidak mungkin bisa bebas. Aku sudah membeli mu." Tiada hentinya Prapto terkekeh sehingga membuat Ella semakin muak melihatnya.
"Membeli?"
"Ya. Bu Lena menerima pemberian ku dengan tangan terbuka termasuk suntikan dana untuk mini market mu juga sebuah perusahaan." Ella tidak tahu menahu soal perusahaan. Lena hanya bercerita tentang bantuan yang di berikan Prapto untuk kelangsungan usaha mini market sang Ayah.
Padahal dulu mini market hampir membuka cabang baru. Namun saat jatuh ke tangan Lena, pengeluaran langsung membengkak sebab Lena wanita yang sangat boros. Besar pasak daripada tiang, perumpamaan itu sangat cocok untuk kehidupan glamor yang ingin di raih dengan cara apapun.
"Kenapa anda tidak menikah saja dengannya." Lagi dan lagi! Di sela pembicaraan Prapto selalu terkekeh nyaring." Semua pemberian bukan saya yang menerima tapi wanita itu." Imbuhnya bernegosiasi. Berharap hati Prapto luluh dan mau melepaskannya.
"Aku sudah menyukai mu sejak orang tuamu masih lengkap. Mana mungkin aku berhenti. Dan lagi sayang. Em aku tidak suka wanita tua. Tipe ku adalah gadis sepertimu." Prapto kembali menyentuh dagu Ella yang langsung di hindari.
Rasanya tidak ada gunanya berbicara. Kegilaan Prapto sudah sangat parah. Puluhan gadis belia di nikahinya. Targetnya tentu gadis dari desa atau anak para orang tua yang terdesak hutang. Dia sengaja memanfaatkan itu untuk menjerat.
Ella memilih diam sampai keduanya tiba di sebuah salon kecantikan. Prapto memaksa Ella turun meski melewati perdebatan panjang. Setelah memastikan Ella tidak kabur, mobil Prapto terlihat meninggalkan bahu jalan.
"Kak tolong saya. Biarkan saya pergi dari sini." Pinta Ella memohon.
"Maaf Nona tidak bisa. Kami bisa mendapatkan masalah besar." Ella melakukan perawatan di ruangan tertutup yang di lengkapi pintu dengan kunci kata sandi.
"Saya tidak menyukai lelaki tadi. Bukankah Kakak tahu kalau kami begitu berbeda."
"Kami tidak tahu apa-apa Nona. Kami hanya pegawai salon yang wajib patuh pada keinginan pelanggan." Ella menghela nafas panjang sambil menatap lekat ke arah kaca.
Rasanya terlalu egois jika dia harus melibatkan para pegawai salon yang tidak tahu apa-apa. Namun setiap kali bertemu Prapto, keberanian Ella seketika meningkatkan. Hatinya meronta-ronta, menolak mentah-mentah takdir yang mungkin sudah di gariskan.
Ayah tolong. Aku takut.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
ERNY TRY SANTY
amit" tua Bangka msh bnyk gaya 😡
2023-07-17
0
Yunita Indriani
Prapto aki" peot, potong aj tuh tututnya si pedofil.
2023-04-11
1