Darrel sengaja menitipkan motor ke sebuah warung agar kedatangannya tidak terendus. Dia bersama Ano berjalan menuju rumah Ella sambil melihat-lihat keadaan sekitar.
Seringkali Darrel berkeliaran tanpa pengawalan. Dia memang lebih suka bebas, hidup normal seperti sebagian orang tapi Alan dan anak buahnya tidak membiarkan itu terjadi. Mereka kerapkali melaporkan kegiatan Darrel secara sembunyi-sembunyi.
"Terakhir saya dengar perdebatan dua jam yang lalu. Setelah itu saya tidak melihat Nona kembali." Terlihat di layar, rumah Ella sudah tertutup. Keterangan yang di lontarkan anak buahnya sama persis dengan apa yang di lihat.
"Terus wanita itu?" Tanya Darrel ingin tahu.
"Beliau keluar."
"Ada penjaga rumah atau pembantu?" Salah satu anak buah menggelengkan kepalanya." Sudah kau suruh orang mengawasi kemana wanita itu pergi?" Imbuhnya seraya memperhatikan pagar tinggi di hadapannya.
"Ke mini market. Menurut informasi, itu mini market milik mereka."
"Hm bagus."
Tanpa aba-aba Darrel memanjat pagar tinggi tersebut lalu meloncat. Ano menghela nafas panjang, dia akan di salahkan jika tidak ikut.
"Periksa area depan." Pinta Darrel menunjuk ke arah depan.
"Siap Tuan."
Darrel berjalan mendekati area samping rumah. Dia memeriksa keadaan di dalam yang sepi. Pembantu memang tidak di perkerjakan sebab selama ini Ella yang menyelesaikan perkerjaan rumah. Hanya ada Pak Kirman yang bertugas mengantar Lena. Selepas itu, Pak Kirman tidak di perbolehkan tinggal.
Apa dia tidur?
Kekhawatiran yang terasa ganjil. Untuk apa Darrel memikirkan seseorang yang baru saja dia kenal tadi pagi. Biasanya Darrel tidak bergerak sebelum ada permintaan. Pertolongan dadakan pun akan di berikan ketika dirinya tidak sengaja melihat kegiatan penyiksaan atau pembullyan pada orang yang tidak bersalah.
Rumah sebesar ini tidak berpenghuni. Kemana kamar Ella?
Bangunan yang sebagian besar berdinding kaca anti pecah. Dulu almarhum Ibu Ella menyukai jika rumahnya di masuki sinar matahari sehingga sang Ayah berinisiatif membangun rumah tersebut.
Sudah di bayangkan berapa banyak kenangan yang ada di sana. Rumah yang di beli ketika Ayah Ella baru merintis usaha dari nol sampai memiliki satu minimarket dengan omset puluhan juta rupiah.
Tepukan pundak Ano membuat Darrel sedikit berjingkat. Dia menoleh seraya menatapnya.
"Kau!!!" Ano tersenyum simpul.
"Tidak ada apapun di depan Tuan. Rumah ini sepi sekali." Darrel menghela nafas panjang. Mengetuk satu persatu jendela bertorai sambil berharap Ella memenuhi kode darinya.
"Dia bahkan tidak memiliki ponsel. Kuno sekali wanita itu." Eluh Darrel.
"Mungkin saja si Ibu tiri tidak memperbolehkan nya."
"Ya itu sudah pasti. Ternyata Baabi tua itu yang akan menikah dengan nya. Mama sudah menawarkan bantuan tapi gadis itu angkuh sekali. Apa dia mau menghabiskan waktu bersama lelaki itu!"
Seakan tersulut cemburu. Darrel sedikit meninggikan suaranya. Ano lagi lagi tersenyum. Konflik karena seorang gadis sudah menjadi cerita lama. Tapi yang jadi perbedaan, ini kali pertama Darrel menyatroni rumah gadis yang di anggap angkuh.
"Berarti dia sudah tahu kalau Tuan anak dari.."
"Tidak. Aku berusaha merendahkan diri. Kita periksa ke sana." Menunjuk ke belakang.
Terdapat sebuah gudang tanpa jendela. Hanya ada ventilasi udara yang ada di atas pintu. Bisa di pastikan bagaimana pengap nya berada di sana.
Darrel berkeliling dengan berlawanan arah. Tetap saja hanya ada keheningan seakan tempat itu tidak memiliki kehidupan. Ketika Darrel melihat tumpukan kayu yang berserakan, dia memungutnya satu lalu mengetuk-ngetuk dinding untuk memberikan kode.
Langsung saja Ella menegang. Dia mengira jika itu bunyi tikus atau penghuni lain yang ada di gudang. Namun ketika dia sadar ketukan berasal dari luar. Bergegas saja dia berdiri, berjalan perlahan-lahan menuju pintu.
Suasana gudang yang gelap membuatnya beberapa kali tersandung.
"Tolong.." Teriaknya mengetuk-ngetuk pintu. Gerakan tangannya sedikit melemah sebab sejak tadi siang dia belum makan.
Sementara di luar, Darrel tidak mendengar ketukan tersebut apalagi Ano mengabarkan jika si wanita sudah pulang. Cepat-cepat Darrel menyelesaikan misinya dengan masih mengetuk-ngetuk dinding gudang.
"Ayo Tuan."
"Kau duluan saja." Ano mengangguk lalu berjalan menerobos perpohonan mangga.
Sejenak Darrel berdiri mematung, berharap kode darinya di respon. Itu semua tidak dapat berlangsung lama. Pagar pintu terlihat terbuka. Darrel berjalan menjauh lalu menempelkan satu kamera pengawas pada pohon.
Bersamaan dengan itu Ella berusaha memanjat sebuah kursi kayu usang. Dia mengintip dari ventilasi udara dan menyadari keberadaan seorang lelaki yang tidak lain adalah Darrel.
Ella tidak perduli jika si lelaki merupakan perampokan atau maling. Dia hanya ingin keluar dari gudang pengap tersebut karena merasa takut dengan tikus dan kecoak yang berkeliaran.
"Kak tolong aku.." Teriak Ella berharap Darrel melihatnya. Namun percuma sebab suaranya terendam dengan langkah kaki Darrel yang sudah memanjat pagar lalu meloncat keluar." Tolong aku.." Eluh Ella pelan sambil meringis menahan perih di perut.
Perlahan-lahan dia turun sambil berpegangan pada pinggiran ventilasi. Tidak sengaja jemarinya menyentuh sebuah kertas yang terselip di antara kayu. Ella memungut kertas tersebut lalu mengembalikan posisi kursi kayu seperti awal.
Segera saja Ella kembali masuk ke bak mandi yang tidak terpakai dan membolak-balikkan kertas yang ternyata sebuah amplop.
"Apa isinya uang?" Gumamnya pelan bersamaan dengan terbukanya pintu gudang. Cepat-cepat Ella menyembunyikan amplop tersebut.
"Keluar!!!" Pinta Lena berteriak.
Ella berjalan perlahan menghampiri Lena. Tidak biasanya pintu gudang terbuka secepat ini.
"Bersihkan tubuhmu, Arya akan datang. Awas ya! Kalau kau berani mengadu, akan ku habisin nyawa mu sekarang juga agar jika nanti aku di penjara tidak merasa sia-sia!!!"
"Ya." Lena menarik kasar tubuh Ella dan mendorongnya sedikit. Dia menutup pintu gudang lagi sambil memperhatikan sekitar. Tidak ada yang mencurigakan menurutnya. Padahal di luar, suara buruknya terdengar sampai ke telinga Darrel.
"Astaga dia di sana." Gumam Darrel menatap layar ponselnya." Apa yang mereka debat kan sampai wanita itu mengurung Ella di gudang?" Tatapannya beralih pada beberapa lelaki yang berjajar.
"Entahlah Tuan. Em sepertinya makanan." Darrel mengerutkan keningnya, tidak mungkin berdebat hanya karena sepiring nasi." Tapi mustahil juga. Sebab saya dengar kalau wanita itu berteriak mati dan mati." Imbuhnya menjelaskan.
"Tega sekali. Padahal Ella sangat kecil. Seharusnya dia menyiksa orang seperti kita." Tidak dapat di pungkiri jika ketertarikan Ano semakin kuat ketika dia melihat penampakan Ella yang sesungguhnya.
"Dia cukup kuat. Ku rasa masalah mental." Jawab Darrel menebak. Paling tidak dia baik-baik saja. Aku harus kembali, Papa bisa marah. "Telepon aku jika ada hal genting." Pintanya sebelum pergi. Terpaksa sebab Darrel terbatas waktu. Dia tidak ingin mengecewakan Nay. "Cari tahu siapa Arya?" Pinta Darrel seraya berjalan.
"Notaris yang menghandle hak waris."
"Apa mereka punya perusahaan?"
"Hanya mini market yang hampir bangkrut." Darrel menghela nafas panjang.
Sebaiknya ku tanyakan besok saja. Semoga dia masuk kuliah dan mau menerima bantuan dariku.
Harapan yang entah bertujuan untuk apa. Ikhlas membantu atau hati Darrel mulai terketuk? Yang pasti terselip niat untuk membebaskan, ada atau tanpa persetujuan juga permintaan. Darrel merasa jika Ella membutuhkan pertolongan.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments