Bagian 10

Setibanya di rumah, Ella bergegas masuk tanpa peduli pada Lena yang tengah berbincang dengan Prapto. Pesta sialan!! Begitulah umpatan yang ada di dalam hatinya. Prapto memperlakukan selayaknya boneka.

Setelah kepulangan Kai, secara terang-terangan Prapto membanggakan diri akan keberhasilan memiliki banyak Istri. Di dalam rumahnya mungkin tidak ada cermin. Ella sendiri cenderung diam. Jangankan untuk menyentuh makanan, tersenyum pun dia tidak melakukan.

Tentu saja Ella semakin di buat muak, akan tanggapan para relasi Prapto yang seolah-olah mendukung. Mereka tidak mencela juga menegur dan malah berkata jika uang bisa membeli semua termasuk kehidupan seseorang.

"Lain kali ajari Ella sopan santun. Dia terlalu kaku untuk di bawa ke pesta." Lena menghela nafas sambil melipat kedua tangannya di perut.

"Wajar saja Pak. Em Ella memang jarang bersosialisasi."

"Aku juga tidak mau dia banyak bersosialisasi. Tapi setidaknya jangan bersikap kaku." Lena mengangguk sambil tersenyum simpul. Apapun permintaan Prapto berusaha di penuhi meski itu berarti Ella yang akan menjadi sasaran kemarahannya.

Baru saja mobil Prapto pergi, bergegas saja Lena masuk dan berjalan menuju kamar Ella yang letakkan paling ujung. Dulu kamar tersebut di tempati pembantu dan sekarang Ella harus rela tinggal di sana. Menghabiskan setiap malam di ruangan berukuran 2 meter persegi.

"Ella!!" Teriak Lena lantang. Berjalan tergopoh-gopoh seakan merasa tidak sabar. Langkahnya berbelok ketika dia menyadari keberadaan Ella di dapur." Apa ini!!!" Lena merebut piring dari tangan Ella.

"Aku tadi belum makan. Aku lapar sekali."

"Sejak kapan kau berani lancang hah!" Plaaaaaakkkkkk!!! Tubuh kecil Ella hampir terjungkal menerima tamparan bervolume dari Lena.

"Ini rumah ku." Jawab Ella pelan.

Berusaha menyingkirkan ketakutannya agar bisa sedikit melawan. Namun rupanya trauma membuat Ella kesulitan sebab Lena adalah momok mengerikan dalam pandangannya.

"Oh rumahmu." Lena terkekeh renyah lalu dalam sekejap kekehan berubah menjadi senyuman bengis. Menatap wajah anak tiri yang di anggapnya musuh.

"Aku hanya ingin makan."

"Hm. Kau tahu apa yang Prapto bicarakan tadi." Ella menggeleng kepalanya pelan." Kenapa kau mempermalukan ku! Dia bilang kau terlalu kaku dan tidak bisa membaur dengan para tamu." Ella terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab.

"Bukan salahku."

"Lantas ini salah ku?" Menunjuk dadanya sambil memelototi Ella yang tengah memasang wajah datar.

"Aku memang tidak pernah berinteraksi dan aku juga tidak ingin bersama lelaki itu."

Secara tiba-tiba Lena menarik kasar lengan Ella lalu menyeretnya ke gudang belakang. Sungguh sial, sebab Ella belum mampu melawan ketakutannya sehingga perlawanan masih setengah-setengah di lakukan.

"Tidak! Lepas!" Teriak Ella berusaha terlepas.

"Kau mau mati sekarang!!!" Lena meraih leher Ella lalu mencekiknya. Dengan terpaksa Ella menendang bagian perut. Tubuh Lena terpelanting namun dengan mudahnya kembali berdiri." Dasar anak sialan!!! Memang seharusnya kau mati!!" Braaaakkkkk!!! Lena melempar tubuh Ella sampai membentur tumpukan kayu. Sama sekali tidak ada rasa belas kasihan pada tubuh yang terlihat rapuh.

"Hiks..." Tidak. Jangan menangis.

Lena wanita yang terlatih dalam menyiksa. Perseteruan seperti sekarang kerapkali terjadi, membuat tubuh Ella memar bahkan terluka.

Ternyata skill membela diri yang di pelajari Ella belum cukup melawan keberingasan Lena ketika sedang marah.

"Bangun!!! Kau mau makan kan." Ella duduk tersungkur sementara Lena memunguti nasi dan lauk yang berceceran di tanah. Braaaakkkkk!!! Pintu gudang terbuka. Lena menyeret Ella masuk lalu menghempaskannya." Beruntung aku tidak membunuh mu!! Makan ini!!!" Lena duduk berjongkok. Dia mengambil nasi yang sudah kotor dan menyumpalkannya pada mulut Ella.

"Emmmm... Ti tidak."

"Makan!!!" Ella menutup mulutnya rapat agar nasi kotor itu tidak masuk." Terus saja melawan! Kau akan tidur di sini selamanya!!!" Praaaannnggggggkkkkk.. Lena melempar piring ke arah Ella sampai nasi berhamburan.

"Ampun. Aku tidak mau di sini."

"Kau akan membusuk di sini kalau terus melawan!!!"

Dengan sempoyongan Ella berjalan menuju pintu. Dia mengendor-gedor dan berharap Lena mau membukakannya. Tapi mana mungkin? Sekuat apapun tangan Ella memukul-mukul, pintu kokoh itu tidak pernah terbuka sebelum Lena memaafkannya.

"Keluarkan aku dari sini... Ku mohon..." Teriak Ella meminta.

Setelah menyadari semuanya sia-sia, tubuhnya memutar lalu duduk bersandar pada daun pintu. Maniknya menatap ruangan gelap di hadapan yang penuh sesak dengan barang tidak terpakai.

Sesaat terdengar hening, lalu tidak berapa lama kemudian keberadaan tikus mulai terdengar. Apalagi sisa nasi juga lauk masih berceceran. Tentu hal itu mengundang kedatangan mereka.

Cepat-cepat Ella beranjak dan masuk ke sebuah bak mandi yang tidak terpakai. Dia kerapkali mengunakan tempat tersebut untuk menghindari tikus dan kecoak juga hewan lain yang mungkin bersarang di tempat berdebu itu.

"Aaaaggggggghhhhhhh!!!" Teriaknya sambil mengusap-usap gaunnya. Dia merasa ada yang berjalan di sana. Ella menebak jika itu kecoak." Di mana dia? Hiks... Hiks... Aku takut." Imbuhnya mengeluh.

Wajahnya terlihat berkilap sebab air mata tidak mampu lagi di bendung. Ella meringkuk sambil terisak. Sepertinya malam ini dia tidak akan bisa tidur. Harus selalu waspada kalau nanti ada hewan yang memasuki tempat persembunyiannya.

Sementara di kediaman Kai. Darrel menghela nafas panjang ketika dengan jelas kamera menangkap perbuatan tidak terpuji yang di lakukan Lena.

Sayang, perpohonan membuat semuanya menjadi tidak jelas. Darrel menunggu kedatangan Ella yang mungkin masih tertinggal di belakang sebab hanya Lena yang masuk ke dalam rumah.

Kamera sialan! Kenapa tidak jelas? Kemana Ella? Kenapa dia tidak juga muncul?

Darrel tidak tahu jika Ella di kurung ke dalam gudang sehingga wajar saja dia menunggu. Cukup frustasi rasanya apalagi setelah pertemuannya di pesta. Sungguh Darrel semakin terkagum-kagum namun janjinya pada Nay membuatnya memilih bungkam. Dia tidak ingin mengecewakan Nay dengan berkata jujur akan ketertarikannya.

"Rel!!" Teriak Kai geram ketika panggilannya tidak di balas.

"Ya Pa."

"Apa yang kamu fikirkan sayang." Tanya Nay seraya makan." Tolong letakkan ponselmu kalau sedang makan seperti ini." Imbuhnya memperingatkan.

"Hm." Jawabnya singkat. Meletakkan ponsel lalu mulai makan. Bagaimana jika terjadi sesuatu. Aku rasa mereka berdebat tadi.

Darrel sempat melihat adegan ketika Ella di seret paksa menuju belakang. Namun setelah itu, perbuatan Lena tidak lagi terekam.

"Apa rasanya aneh?" Tanya Nay menatap ke wajah gelisah Darrel.

"Tidak Ma. Ini enak."

"Terus. Apa yang kamu fikirkan?"

"Bolehkan aku pergi malam ini." Kai menghela nafas panjang. Dia lebih suka Darrel berdiam di rumah walaupun identitas dan keberadaannya sudah di samarkan untuk keamanan.

"Kamu berjanji akan berhenti sayang. Ingat itu."

"Ya Ma. Tanya pada Ano. Mereka sudah ku putuskan hari ini."

"Lantas kamu mau pergi ke mana? Awas ya. Hukuman tetap berjalan kalau sampai kamu kembali berpacaran. Mama tidak setuju. Kamu itu sudah dewasa."

Sebenarnya berpacaran bukan hal terlarang bagi Nay. Tapi di sini dia mulai muak ketika Darrel tidak juga memutuskan untuk memilih pendamping hidup.

Puluhan gadis yang pernah menjalin hubungan, tidak satupun dari mereka sanggup membuat seorang Darrel mau berkorban banyak. Sudah bisa di pastikan jika aturan di terapkan karena Nay ingin tahu, apa Darrel sudah menemukan tambatan hati? Tapi setelah Ano melaporkan kegiatan Darrel hari ini. Membuat hatinya sedikit kecewa. Darrel tidak sedang berpura-pura. Anak semata wayangnya memang belum menemukan seseorang yang tepat.

"Iya aku ingat." Fikiran Darrel kian gelisah hingga mampu meruntuhkan selera makan. Klunting. Bergegas saja Darrel berdiri." Aku pergi sekarang Ma." Imbuhnya berpamitan.

"Hei makanan mu belum habis."

"Iya nanti ku lanjutkan." Darrel mengecup pipi kiri dan kanan Nay.

"Tidak. Kamu harus makan dulu Darrel."

"Percuma. Aku berjanji segera kembali." Jawabnya setengah berteriak. Menaiki anak tangga lalu kembali dengan jaket kulit kebanggaannya.

"Dia pasti sudah berbohong. Tidak mungkin dia bisa berhenti dengan cepat." Ujar Kai menuduh kalau sebenarnya Darrel masih memiliki seorang kekasih.

"Itu bagus. Umur Darrel sudah cukup untuk menikah."

"Terlalu muda Baby. Dia masih butuh belajar banyak."

"Hm ya. Anak itu masih sering kabur-kaburan." Eluh Nay pelan.

Sedikit menyesal karena dulu dia terlalu memanjakan Darrel. Seharusnya Nay membiarkan ketika peraturan ketat Kai terapkan agar Darrel tidak banyak bergerak dan mengikis ruang sosialisasi.

Tapi Nay yakin. Tidak ada hal yang sia-sia selama dia berniat baik. Darrel akan jadi penerus kekuasaan Kai dengan kepemimpinan berbeda.

Dia akan menjadi ketua Mafia yang sedikit memiliki hati. Aku yakin Darrel tidak akan mengecewakan kami.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

Yunita Indriani

Yunita Indriani

Lena si Mak Lampor siap" nanti kau di cincang habis sama nay, ga sabar nunggu moment gelud itu😄

2023-04-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!