Bagian 1

pagi itu seperti biasa. Ella bangun ketika matahari belum tampak. Dia menyelesaikan semua perkerjaan rumah selayaknya pembantu. Dari hal mengepel lantai, mencuci baju sampai memasak menjadi rutinitas sehari-hari. Ingin rasanya dia berhenti, tapi hal itu akan membuatnya mendapatkan siksaan dan ancaman yang lebih keji lagi.

Pernah suatu hari Ella tidak melakukan satu perkerjaan karena terlambat bangun. Dia di sekap ke dalam gudang belakang bahkan tidak di beri makan sampai menjelang malam.

Sungguh kejam Lena memperlakukannya. Padahal sang Ayah sudah mewanti-wanti agar Lena menganggap Ella sebagai anak kandungnya sendiri sejak awal mereka bertemu. Tapi rupanya itu hanya janji semu.

Lena wanita yang pintar berpura-pura. Menyembunyikan kebusukan di balik senyum ramah dan hangat. Sehingga saat sang Ayah tiada. Kulit kepalsuannya mengelupas lalu menunjukkan sikap aslinya.

Dengan gerakan mengendap-endap, Ella mencari di mana letak pisau dan barang tajam lainnya. Walaupun memasak menjadi tugasnya. Namun Lena selalu menyimpan benda-benda tajam untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan.

Semua bahan makanan seperti ayam dan daging, sudah terpotong-potong kecil. Begitupun bumbu masak yang tentu sudah di kupas bersih sehingga Ella tidak punya kesempatan memegang pisau.

Daripada ketahuan, Ella bergegas memasak sajian sesuai request Lena semalam. Setelah selesai, dia berjalan kebelakang untuk mengurus cucian baju sambil berlari-lari kecil di halaman belakang rumah.

Sungguh Ella merindukan kehidupannya dulu ketika kedua orang tuanya masih hidup. Usaha mini market sang Ayah, lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ella tidak pernah kekurangan apapun termasuk kasih sayang juga perhatian.

Namun semenjak sang Ibu meninggal di susul sang Ayah, kehidupan berubah selayaknya di neraka. Jangankan untuk bisa bebas, Lena bahkan tidak pernah memberinya uang sepeserpun.

"Jangan terlalu dekat dengan pintu pagar samping." Teriak Lena yang ternyata sudah bangun. Larangan tersebut selalu terlontar ketika Ella akan mencapai pintu pagar. Lena tidak ingin ada seseorang yang melihat bagaimana cantiknya penampakan Ella sebenarnya.

"Ya." Jawab Ella singkat seraya berjalan masuk.

"Cepat mandi dan persiapkan diri." Imbuh Lena menatap tajam ke arah Ella yang hanya mengangguk lalu masuk ke sebuah kamar yang berada tidak jauh dari sana.

Bergegas saja Ella membersihkan diri sambil menatap lekat ke arah cermin. Kulitnya tampak putih dengan rambut bergelombang panjang. Sejak kecil warna rambutnya memang tidak hitam sampai-sampai para tetangga menyebut Ella blasteran Indonesia-Belanda.

Namun yang jadi masalah ketika warna rambut pirangnya di padukan dengan kulit hitam buatan. Sungguh hal itu membuatnya terlihat sangat buruk.

Bukan hanya teman sekolah. Para tetangga bahkan mencibir penampilan Ella yang di fikirnya berubah. Mereka kerapkali menyarankan untuk menyemir rambut Ella dengan warna hitam agar kulit gelapnya tidak terlihat buruk.

Setelah mandi, Ella mengoleskan pewarna kulit ke seluruh tangan kaki juga leher. Tubuhnya sengaja tidak di beri karena tertutup oleh pakaian.

Perlahan tangannya meraih botol pemberian Lena kemarin. Dengan terpaksa, dia melukis sebuah tanda lahir cukup besar ke pipi kirinya.

Pewarna kali ini rasanya sedikit tidak nyaman. Ella merasa kulit wajahnya menebal. Mungkin karena tekstur terlalu kasar sehingga menimbulkan efek seperti itu.

"Aku benci melihat wajahku." Eluhnya berpaling. Dia mengambil tas ransel lalu berjalan keluar kamar sebab waktu menunjukkan pukul setengah delapan.

Terlihat Lena sudah menunggu di ruang makan. Terdapat sebuah piring yang berisi nasi dan lauk pauk.

Lena menggeser piring dengan kasar ke arah Ella yang masih berdiri mematung. Maniknya menatap ke makanan yang terlihat seperti sisa.

"Hari ini kau ada kelas sampai pukul dua belas." Ella mengangguk lalu duduk. Dia memakan nasi sisa yang di berikan Lena.

"Apa aku di antar?"

"Tentu saja!"

"Aku berjanji akan pulang tepat waktu."

"Kau mau kabur hah!!" Bentak Lena dengan bola mata hampir keluar.

"Tidak."

"Lantas kenapa berprotes?! Pokoknya seperti biasa, pulang pergi Pak Kirman akan mengantarkan mu. Kalaupun ke kuburan, kau harus lapor padaku dulu! Cepat! Pak Kirman sudah menunggu!!"

Ella mengangguk patuh. Dia mempercepat kunyahannya sambil sesekali melirik ke arah Lena yang tengah menerima panggilan telepon. Setelah selesai sarapan, tidak lupa Ella mencuci piring kotor baru berangkat kuliah.

Terlihat di spion, Pak Kirman menatap iba ke arah Ella yang tengah termenung. Sungguh dia ingin memberikan pertolongan namun ancaman juga perkerjaan menjadi pertimbangan berat.

"Non Ella sudah sarapan?" Tanya Pak Kirman seraya tersenyum.

"Sudah Pak."

"Sabar ya Non." Ella tersenyum namun maniknya terlihat berkaca-kaca.

"Sudah Pak." Jawabnya lagi.

"Bapak tidak bisa bantu. Nyonya Lena mengancam akan membunuh Bapak dan keluarga."

Pak Kirman tahu tentang rencana perjodohan yang akan di gelar satu bulan lagi. Dia juga tahu jika Ella tidak menginginkan pernikahan tersebut bahkan kerapkali di perlakukan buruk oleh Lena.

Ella hanya mengangguk tanpa menjawab. Maniknya kembali menatap keluar kaca sampai mobil tiba di depan pintu gerbang kampus.

"Nanti Bapak tunggu di sini ya kalau pulang."

"Ya Pak. Terimakasih." Setelah tersenyum canggung, Ella turun dari mobil. Terlihat suasana kampus cukup ramai sebab ini adalah hari pertama para mahasiswa baru.

Awalnya semua tampak normal. Namun ketika Ella keluar dari mobil. Tatapan sekitar terfokus padanya.

Cibiran langsung terlontar di dalam hati juga bisik-bisik. Tentu saja penampilan Ella menyita perhatian. Kulit coklat gelap dengan rambut pirang. Terlihat mencolok seakan-akan Ella tengah memaksakan dirinya mengikuti tren.

"Astaga mataku sakit." Ledeknya seraya terkekeh.

Ella sendiri mencoba menutup telinga. Dia terbiasa dengan cibiran tersebut sejak Lena menyuruhnya berpenampilan buruk. Tidak ada satupun orang mau mendekat apalagi berteman.

Langkah Ella langsung tertuju pada dena kampus. Dia tidak ingin bertanya ataupun berniat bertanya. Setelah menemukan letak ruangan kuliah sesuai jurusan. Dia kembali melangkah tanpa peduli pada tatapan sekitar sampai seseorang menabraknya dari belakang.

Bruuuukkk!!!

Ella hampir terjungkal. Dia duduk berjongkok lalu memunguti buku miliknya yang berserakan tanpa perduli pada beberapa lelaki yang mengelilinginya.

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Ya Kak." Jawab Ella singkat. Sengaja dia memperlambat gerakan tangannya agar segerombolan anak laki-laki yang ada di sekelilingnya pergi. Namun sontak Ella menegang ketika sebuah tangan membantunya memungut buku.

"Nih bukumu. Aku harus pergi." Ella menerima tumpukan buku dengan sedikit mendongak. Salivanya langsung tertelan kasar ketika dia sosok tampan di hadapannya. Makhluk apa ini? Batin Darrel malah berkata demikian.

Tanda lahir buatan yang ada pada pipi kiri Ella terlihat begitu nyata dan menjijikan. Tapi hinaan hanya bisa tertahan di kerongkongan. Nay mewanti-wanti Darrel membully seseorang yang tidak bersalah.

"Iya Kak terimakasih." Astaga tampan sekali.

"Hm maaf ya. Ayo." Darrel melanjutkan langkahnya sambil berlari kecil ketika beberapa gadis tampak mengejarnya.

Setelah mendapatkan perintah dari Nay. Pagi ini Darrel memutuskan semua pacar-pacarnya secara sepihak. Tentu saja mereka tidak mau menerima walaupun Darrel di kenal sebagai berandalan tak punya masa depan.

Kehidupan pribadinya tersimpan rapi sebab kepala Dosen mengenal baik sosok Kai. Para wanita itu bahkan tidak perduli jika Darrel hanya orang miskin. Sudah bisa di tebak jika alasan ketertarikan adalah fisik serta ketampanan Darrel yang melebihi batas wajar.

"Kemana dia? Pokoknya aku tidak mau putus." Ella hanya terdiam sambil memperhatikan gadis bernama Agatha, sang idola kampus yang haus akan pujian. Kesempurnaan yang di tunjukkan semata-mata ingin di akui sebagai gadis paling populer.

"Kita cari ke kelas saja, mungkin dia sudah di sana." Meski Agatha sempat melihat ke arah Ella. Ketiga gadis itupun berjalan melewatinya begitu saja.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

de~javu. {° ~ °}

de~javu. {° ~ °}

mampir thor

2023-08-10

1

Erliani

Erliani

semangat ella

2023-06-10

0

Yunita Indriani

Yunita Indriani

semangat ella

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!