Tanpa pengawalan, Darrel memacu motornya menuju lokasi di mana Ella di bawa. Seakan sukarela, Ella di giring masuk ke sebuah butik ternama oleh Prapto. Wajar saja sebab belati tajam menempel pada punggung milik Bella. Dia dapat merasakan sedikit perih ketika Prato sengaja menggeser belati untuk memuluskan ancaman.
"Akan lebih baik kau mati sekarang daripada tidak dapat ku miliki. Bersikaplah baik, atau aku benar-benar melakukannya." Ujar Prapto berbisik. Tangannya di tarik perlahan lalu menyembunyikan pisau lipat di balik jas nya. Tentu saja Ella memilih menuruti keinginan sambil memikirkan opsi lain.
"Nona terluka?" Tanya salah satu pegawai ketika melihat noda merah pada punggung bawah Ella.
"Sa saya.."
"Jangan banyak bertanya. Itu hanya kecelakaan. Tolong segera ukur." Sahut Prapto cukup kesal setelah perdebatan yang terjadi di mobil. Dia berniat memberikan siksaan yang lebih dari rencana awal setelah pernikahannya nanti.
"Baik Tuan." Kenapa Bapak ini malah tidak panik? Seharusnya dia mengkhawatirkan keadaan anaknya.
Terang saja si pegawai butik menebak begitu. Prapto terlihat sangat tua dengan perut buncitnya. Keriput di kulit tidak bisa di sembunyikan lagi walaupun gejolak di hatinya menolak mentah-mentah siklus penuaan.
"Mari Nona ikut saya." Ella menghela nafas panjang seraya masuk ke sebuah ruangan sementara Prapto duduk menunggu di luar." Astaga Nona. Ada luka goresan di sini." Si pegawai butik yang merupakan anak baru, tentu mempertanyakan kejanggalan tersebut. Padahal owner butik sudah memperingatkannya soal hal tersebut. Prapto di anggap pelanggan eksklusif.
"Tidak apa."
"Biar saya bersihkan dulu. Ini cukup dalam." Ella seakan tidak merasakan sakit. Dia terbiasa menerima penyiksaan dari Lena sampai membuat tubuhnya mengalami memar-memar." Nona habis jatuh? Di sini ada memar-memar juga." imbuhnya berjongkok lalu membersihkan darah yang masih terus keluar.
"Apa ada jalan lain."
"Maksudnya Nona?"
"Jalan lain untuk keluar." Bergegas saja si pegawai berdiri dengan tisu kotor di tangannya.
"Memangnya kenapa Nona? Apa Ayah Nona yang melakukan ini?"
"Dia bukan Ayah saya."
"Terus siapa?"
"Orang yang akan menikah dengan saya." Si pegawai memasang wajah terkejut. Kedua maniknya melebar seraya menghela nafas panjang.
"Jadi luka ini?"
"Hm dia yang melakukan. Tolong, biarkan saya kabur. Saya tidak menyukai orang itu. Dia akan memaksa saya menikah." Ucap Ella tanpa memikirkan dampak dari permintaannya.
"Kita lapor polisi saja Nona. Itu termasuk ancaman." Otak si pegawai yang setengah bodoh malah melontarkan ide tersebut.
"Tidak. Saya hanya ingin pulang."
"Di ruang ganti ini tidak ada pintu lain. Tapi di belakang ada." Ucapnya menjelaskan.
"Saya minta tolong."
"Baik Nona."
Keduanya keluar ruangan. Prapto terlihat menerima telepon sehingga si pegawai cepat-cepat menyuruh Ella berjalan ke belakang.
Ketika Prapto membalikkan badan dan hanya melihat keberadaan si pegawai. Tentu saja dia langsung memasang wajah curiga.
"Kemana dia?" Tanya Prapto seraya mengantongi ponselnya.
"Katanya perutnya sakit jadi dia pergi ke belakang."
Bergegas saja Prapto berjalan melewati si pegawai yang tengah tertunduk sambil berdoa untuk keselamatan Ella. Dia tidak tahu jika nyawa nya juga terancam. Setelah beberapa menit kemudian, Prapto kembali sambil memasang wajah geram.
"Dia kabur!!" Bentak Prapto lantang.
"Maaf Tuan saya tidak tahu."
"Bodoh!! Sialan!!!" Sambil berjalan keluar, Prapto menelepon seseorang. Si pegawai menatapnya dengan tubuh bergetar. Namun di hatinya merasakan kelegaan sebab Ella bisa terlepas.
Selang beberapa menit, dua orang bertopeng masuk. Mereka langsung menembak si pegawai butik yang sontak terkapar bersimbah darah.
Sementara Ella berjalan tanpa tujuan sambil sesekali menoleh ke belakang. Dia memutuskan lewat jalur dalam agar Prapto tidak bisa menemukannya.
Namun sebuah masalah muncul. Ella tidak tahu sedang berada di daerah mana. Gang kecil itu terlihat sama dan membuatnya berputar-putar tanpa arah.
Dari jauh terlihat gerombolan orang-orang tengah berkumpul. Ella berjalan menghampiri mereka dan berinisiatif untuk bertanya.
"Maaf Kak saya ingin tahu. Apa di sekitar sini tidak ada tukang ojek?" Ketika mereka membalikkan tubuhnya, saliva Ella tertelan kasar. Gerombolan orang itu berpenampilan bak preman jalanan.
"Astaga Nona manis. Kau bertanya apa tadi?" Imbuh salah satunya berjalan mendekat.
"Apa di sekitar sini tidak ada tukang ojek."
"Kenapa mencari tukang ojek. Kita bisa mengantarkan Nona sampai tujuan." Jawabnya seraya berusaha menyentuh dagu Ella.
Hanya lima orang. Aku pasti bisa.
Kenyataannya, Ella bukanlah gadis yang menyerah pada keadaan. Sejak dulu sampai sekarang dia berusaha memberontak atas perbuatan Lena. Hanya saja ukuran tubuh dan ruang gerak berhasil Lena persempit sehingga dia selalu kalah.
Ella mempercepat langkahnya, berusaha kabur namun pundaknya berhasil di pegang erat. Dengan gerakan cepat dia berbalik badan kemudian menendang perut si lelaki sampai membuatnya tersungkur di aspal jalan.
"Ringkus dia." Teriak salah satu lelaki. Segera saja Ella di kelilingi para preman. Nafasnya terdengar memburu, dia merasa terdesak juga takut mengingat beberapa preman memiliki tubuh besar.
Menyedihkan! Kenapa nasib ku seperti ini.
Si preman bertubuh besar berhasil menyergap tubuh Ella dari belakang. Kelimanya terkekeh nyaring. Gang yang di lalui Ella ternyata wilayah kekuasaan mereka sehingga para pemilik toko tidak bisa berbuat banyak.
"Lepas!" Teriak Ella meronta-ronta. Meski tubuhnya kecil, tapi si preman mengakui kekuatan Ella dan cukup di buat kepayahan.
"Kita bersenang-senang manis. Astaga mimpi apa semalam, kamu cantik sekali." Tepat di saat salah satu tangan akan menyentuh dagu Ella. Motor Darrel membunyikan klakson sampai membuat kelima preman sontak menoleh. Tiiiiinnnnn!!!!
"Berhenti!!" Ella menyaksikan sendiri bagaimana perubahan mimik wajah para preman yang tadinya bengis menjadi gugup bercampur ketakutan.
"Tuan Darrel. Gawat, kenapa dia di sini." Bisik salah satunya.
Tuan?
Selayaknya Kai, tubuh kecil Darrel bukan ukuran kekuatan sebab dalam waktu sekejap kelima preman sudah babak belur olehnya. Kelimanya duduk berjongkok dengan wajah tertunduk.
Ella kembali di perlihatkan akan kejanggalan para preman yang tidak melakukan perlawanan sedikitpun.
📞📞📞
"Hei paman, atur anak buah mu!! Mereka berusaha melecehkan seorang gadis.
Ella memilih diam sambil mengatur nafas. Perasaannya sedikit tenang sebab dia yakin Darrel akan menolong nya.
"Anak buah yang mana?
Tanpa Darrel sadari, Alan memperhatikan tidak jauh dari sana. Dia sengaja berdiam diri dan tidak menolong atas perintah Nay.
"Gang Asoka daerah barat.
"Hm maaf nanti ku atasi.
📞📞📞
Darrel menutup telepon. Dia mendengus seraya menatap kelima preman yang masih tertunduk.
"Jangan sampai ada yang pergi dari sini atau kalian akan terkena masalah." Pinta Darrel sambil mengatur emosinya yang meluap-luap. Sebelum dia menoleh ke arah Ella, Darrel sempat menghela nafas panjang nan berat." Kamu tidak apa." Seketika mimik wajah itu berubah teduh dengan sebuah senyuman simpul.
"Ba baik Kak. Terimakasih."
"Ya. Ku antarkan pulang." Untuk pertama kali Ella tersenyum canggung. Dia naik motor tanpa berprotes sebab memang sedang membutuhkan pertolongan.
Setelah kepergian Darrel, Alan keluar dari persembunyiannya. Tidak dapat di pungkiri jika dirinya juga merasa kecewa atas perbuatan anak buahnya.
"Kalian tahu siapa gadis tadi?" Tanya Alan dengan intonasi suara datar.
"Maaf Bos kami tidak tahu."
"Keluar saja kalau memang bosan berkerja denganku. Silahkan bangun organisasi sendiri lalu kau atur sesuai kemauan mu."
"Ampun Bos saya menyesal. Saya tidak tahu kalau Nona tadi adalah..." Duaaaakkkk... Alan menendang wajah si preman.
"Meski dia gadis biasa kalian tidak pantas melakukan itu!!!" Dua di antara mereka mulai terisak. Mereka takut kehilangan perkerjaan juga nyawa." Kalian mau ku jebloskan ke penjara?!! Aku akan berikan semua bukti agar kalian mendekam di sana." Imbuh Alan sambil duduk berjongkok.
"Ampun Bos. Kami tidak akan mengulanginya lagi. Kami menyesal."
"Maka bekerjalah sesuai standar!! Jaga keamanan tempat ini dan jangan membuat onar!"
"Baik Bos. Ampun. Kami menyesal."
"Kalau sampai aku memergoki kalian melakukan nya lagi, ku habisi nyawa kalian!!" Alan berdiri kemudian berjalan menghampiri sebuah mobil dan masuk. Sengaja dia memberikan pengampunan sebab ini kali pertama mereka melakukan kesalahan.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments