Darrel kembali membuat kehebohan dengan datang ke kampus bersama Ella. Awalnya para penghuni kampus tidak menyadari jika sosok yang di bonceng Darrel merupakan Ella, gadis yang di kenal buruk rupa.
Sejak kemarin nama Ella sudah sangat di kenal. Dari hal tas, sepatu bahkan sebuah cincin yang ada di jari manis langsung melekat pada otak. Alasannya bukan karena mereka terkesan, tapi lebih tepatnya, para pengagum Agatha sudah menandai termasuk beberapa mahasiswi yang juga memiliki status sosial yang setara. Mereka berencana melakukan pembullyan secara sembunyi-sembunyi agar bisa di akui sebagai teman spesial oleh Agatha.
Siapa gadis yang bersama Darrel? Sebagian besar penghuni kampus berbisik di dalam hati ketika Darrel dan Ella melintas.
"Sebaiknya Kakak jangan berjalan berdekatan. Saya tidak mau terlibat masalah dengan gadis itu." Pinta Ella pelan. Meski sekarang dia terlihat cantik, namun Darrel bisa melihat gelagat aneh yang berasal dari dampak kesendirian juga pengekangan.
"Gadis mana?"
"Saya tidak tahu namanya."
"Agatha?"
"Hm." Ella mengangguk sedikit.
"Kenapa kamu tidak memakai pewarna kulit? Apa kamu tidak takut terkena marah?" Tanya Darrel pelan. Dia sengaja menyuruh Ano menjauh agar bisa mengobrol banyak dengan Ella.
"Bukan urusanmu Kak."
"Oh. Em bagaimana? Bukankah kemarin kamu sudah bertemu dengan Bosku?" Darrel tersenyum menikmati wajah datar yang berjalan di sampingnya.
"Ya."
"Kartu namanya kamu simpan."
"Hm."
"Aku akan menangani kasus mu."
"Apa bedanya mereka." Jawab Ella seakan berbicara pada dirinya sendiri. Tekanan batin yang menghantam kuat bertahun-tahun lamanya membuatnya sulit percaya pada manusia berkasta tinggi.
Ella menganggap jika semua orang kaya memiliki keburukan yang sama. Suka menindas dan memanfaaatkan hartanya untuk mencapai keinginan tanpa perduli pada korbannya.
"Jadi kamu memilih menikah dengan lelaki kemarin." Ella duduk di ikuti oleh Darrel. Pertanyaan yang barusan di lontarkan tidak mendapatkan jawaban sehingga membuat Darrel sedikit frustasi." Bisakah kita mengobrol dengan baik." Imbuhnya tidak ingin berhenti.
"Itu masalah saya. Tidak perlu mencampuri nya."
"Oh baik. Kamu akan membutuhkan bantuan ku setelah ini." Darrel mengeluarkan buku dari tas lalu membacanya. Terlihat Ella melirik sebentar seolah-olah ingin Darrel tidak berhenti bertanya padanya.
Aku menunggu kabar Kak Arya saja. Mungkin dalam beberapa Minggu dia bisa menghubungi orang yang akan di mintai pertolongan.
Ella tidak tahu jika orang yang di maksud Arya merupakan Kai sendiri. Tentu saja Arya kesulitan membuat janji sebab Erik hanya merespon orang-orang tertentu sesuai arahan.
"Hei siapa itu Rel." Sapa salah satu mahasiswa yang langsung tersenyum mengembang ketika melihat wajah Ella yang sesungguhnya. Cantik, sangat cantik melebihi paras milik Agatha.
Darrel terlihat acuh. Dia berpura-pura sibuk membaca meskipun Ella mulai di hampiri beberapa mahasiswa.
"Astaga kamu Ella." Ujar lainnya terkagum-kagum.
Mirip Papa. Dia seperti patung yang tak berhati. Darrel terkekeh dalam hati. Sikap kaku Ella mengingatkannya pada Kai, Ayahnya.
"Mana mungkin. Hei Rel siapa dia." Menunjuk ke arah Ella.
"Tanya padanya. Kau lihat dia punya mulut." Jawab Darrel asal.
"Apa dia Ella?"
"Tanya sendiri."
"Dia diam saja." Ella tetap pada posisi yang sama. Tanpa ekspresi dan tidak bergerak. Dia bahkan masih bisa bersikap biasa saja seakan-akan para mahasiswa itu tidak ada.
"Lebih baik kalian duduk. Mungkin setelah selesai pelajaran dia mau bicara." Ledekan yang terlontar dari Darrel tidak membuat Ella bergeming. Hampir semalaman aku tidak tidur. Aku memandangi layar ponsel yang entah bertujuan untuk apa.
Para mahasiswa membubarkan diri walaupun pembicaraan soal sosok Ella masih terdengar. Wajar, jika itu menyita perhatian. Perbedaan penampilan yang hampir 100 persen membuat para penghuni kampus merasa penasaran. Bagaimana bisa?
"Kepala Dosen memanggil mu." Sahut Ano dengan laptop di tangannya." Em ini laptop kemarin. Sudah kami service." Ella tidak memeriksa terlebih dahulu dan langsung memasukkannya ke dalam tas. Kabar yang di bawa Ano lebih menegangkan daripada keadaan laptopnya.
Bagaimana kalau wanita itu di panggil ke sini.
Tanpa perduli pada sekitar Ella berdiri lalu berjalan keluar. Darrel menatapnya seraya memasukkan kembali buku yang di baca.
"Siapa? Orang tua Agatha?" Tanya Darrel seraya berdiri.
"Hm ya. Em wanita itu juga ada di sana." Bergegas saja Darrel berjalan pergi di ikuti oleh Ano.
Kebetulan yang pas sebab ternyata Lena mencari Ella di saat Kepala Dosen tiba di pintu pagar kampus. Sehingga Kepala Dosen menjelaskan tentang kejadian yang menimpa Ella kemarin.
Memang jeratan hukum tidak bisa di belenggukan. Tapi tujuan kepala Dosen mempertemukan kedua belah pihak agar tidak terjadi salah faham.
.
.
.
Kepala Dosen melongok begitupun Agatha ketika melihat Ella baru saja masuk. Mereka tentu di buat bingung akan kehadiran seseorang yang di fikirnya sebagai gadis lain.
"Siapa kamu?" Tanya si Kepala Dosen. Lena mendengus sambil melirik malas.
"Saya Ella Pak. Cinderella." Agatha menghembuskan nafas berat. Dia tidak percaya jika sosok yang berdiri di sampingnya adalah Ella.
Tidak mungkin? Dia pergi ke salon mana sampai bisa merubah warna kulit dalam satu hari.
"Setahu saya Ella berkulit cokelat."
"Dia memang anak saya Pak." Sahut Lena menimpali." Em saya sengaja menyuruhnya berpenampilan buruk karena Ella sudah di jodohkan." Kepala Dosen tersenyum aneh. Dia menganggap itu jawaban yang tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seorang Ibu memiliki pemikiran seperti itu?
"Jadi dia Ella." Namun kepala Dosen tidak mau ambil pusing agar masalah cepat selesai.
"Iya Pak. Dia Ella anak saya. Ke sini sayang." Panggil Lena lembut, mulai mengganti peran sebagai Ibu yang baik hati dan bertutur kata hangat.
"Oke baik. Em saya akan menjelaskan kenapa kedua pihak di kumpulkan."
Sementara Kepala Dosen berceloteh, Ella sendiri lebih khawatir tentang apa yang akan menimpanya setelah ini. Dia cukup terkejut melihat kehadiran Lena di sana.
"Meski begitu, saya tidak membenarkan perbuatan anak ini." Jawab Ayah Agatha melontarkan pembelaan.
"Saya tidak sengaja dan merasa terdesak Pak."
"Tapi kamu membuat anak saya hampir cedera!"
"Kak Aga yang memulai."
"Aku hanya mengancam."
"Sudah-sudah. Saya harap masalah ini tidak di perpanjang. Saya sudah melihat detail video tersebut seperti apa. Jika sampai video ini sampai ke pihak berwajib, saya pastikan Agatha yang akan terkena masalah Pak. Sebab dia yang memulai pembullyan yang seharusnya tidak di perbolehkan."
Mimik wajah Ayah Agatha terlihat kesal meskipun dia mengakui jika itu kesalahan sang anak. Tapi lagi lagi kekuasaan dan kekayaan membuat sebagian orang enggan menundukkan kepalanya.
"Untuk apa saya di undang kalau keputusan sudah di ambil." Ucap Ayah Agatha tidak terima.
"Saya ingin kedua belah pihak bisa saling memaafkan."
"Ayo sayang." Ayah Agatha langsung mengiring anaknya keluar dari ruangan. Rencana si kepala Dosen gagal.
"Ya sudah Pak. Em saya ada kelas."
"Hm. Lain kali hati-hati Ella."
"Iya Pak." Si Kepala Dosen mengusap-usap keningnya yang berkilap. Dia di buat bingung akan permintaan Ayah Agatha juga Darrel yang sama-sama ingin menang. Namun tentu saja permintaan Darrel yang di pilih. Selain Ella tidak bersalah dia juga tidak mau terjadi sesuatu pada keluarganya.
Sementara Lena langsung menyusul kepergian Ella tanpa berpamitan. Dia berniat mencabut kebebasan agar Ella tidak lagi bisa berkuliah. Apa yang di lakukan Ella sangat membuatnya marah dan geram.
"Sayang, tunggu Mama." Teriak Lena masih berusaha menutupi kebusukannya dengan bersikap sok baik.
"Aku sudah terlambat." Ella menarik lengannya kasar. Menatap Lena penuh kebencian.
"Pulang atau kau menyesal sudah melakukan ini." Ancamnya berbisik.
"Tidak bisa." Ella hendak kembali melangkah namun Lena menghadang langkahnya.
"Kau ingin jadi pemberontak hah." Imbuhnya pelan. Lena benar-benar ingin menutupi citranya.
"Ya! Ayahku sudah mati dan aku tidak membutuhkan mu lagi. Silahkan keluar dari rumah ku!!" Teriak Ella lantang sampai-sampai menyita perhatian sekitar. Tiba-tiba saja Lena memasang wajah sedih di sertai isakan tangis seolah-olah ucapan kasar Ella berhasil melukai hatinya.
"Tega kamu sayang. Apa salah Mama. Walaupun Mama hanya Ibu tiri tapi Mama berniat merawat mu."
"Pergi dari rumahku. Kau sudah tidak ada hak tinggal di sana! Kalau kau ingin melapor pada tua bangka itu. Silahkan saja! Yang penting.. Angkat kaki dari rumah kami!!"
Terlalu lelah bagi Ella. Berpura-pura berdiam hanya karena takut akan ancaman. Kini dirinya sadar jika Lena sudah tidak memiliki hak tinggal di rumahnya. Ella ingin mempertahankan apa yang seharusnya di pertahankan.
Awas saja! Aku akan bicara pada Prapto soal ini. Kau fikir aku butuh hartamu!!! Perusahaan Prapto jauh lebih besar dan menjanjikan.
Lena tersenyum simpul, menatap kepergian Ella. Dia memutuskan untuk pergi menemui Prapto daripada harus berdebat tanpa ujung.
Sejak awal Lena sudah menebak jika adakalanya Ella akan memberontak seperti sekarang. Gelagat itu tercium jauh meskipun bertahun-tahun Ella menunjukkan kepatuhan palsu.
Perdebatan bahkan pertengkaran fisik kerapkali mereka lakukan seperti yang terjadi semalam. Hal tersebut membuat Lena harus pandai-pandai menyiapkan amunisi agar Ella tetap bisa di manfaatkan untuk kepentingan pribadinya.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
ERNY TRY SANTY
si Lena perempuan ular nih..pura " jd wanita yg teraniaya 😤...ayo Ella semngt dong .jngn jd kemah ,biar ga di aniaya terus SM si Lena itu
2023-07-18
0