Ella menghentikan langkahnya ketika dia melihat supir Prapto menunggu di depan gerbang kampus. Biasanya itu tidak pernah terjadi sebab Prapto lelaki pembisnis yang sibuk dengan Istri-istrinya.
Dia mau mengajakku ke mana lagi? Aku tidak mau bersama lelaki itu.
Ella menatap sekitar dan memutuskan berjalan menuju gerbang pintu samping. Dia berniat pergi dari sana meskipun tidak banyak pengetahuan soal lokasi. Namun daripada harus satu mobil dengan seseorang yang di benci, Ella lebih memilih tersasar.
Kak Darrel kemana ya? Aku tidak melihatnya setelah kelas selesai.
Darrel sendiri terpaksa pulang cepat. Dia tidak ingin membuat Nay menuduhnya berpacaran lagi. Ella tidak tahu jika ponsel yang di bawa sudah di lengkapi alat penyadap sehingga tentu saja Darrel mampu melihat kegiatannya.
"Ella." Teriak Agatha dari jauh. Bergegas Ella melangkah pergi. Sejak tadi dia berusaha menghindar tapi Agatha terus saja mencarinya." Berhenti ku bilang!" Imbuhnya menarik kasar kaos Ella dari belakang.
"Ada apa Kak." Tanya Ella seraya melirik ke gerbang utama. Dia takut Prapto memergokinya.
"Kau merasa unggul dariku! Kau bangga karena kini Darrel mendekatimu kan." Mendorong kasar pundak kirinya sampai tubuh Ella bergeser menyamping.
"Unggul yang seperti apa Kak." Ella yang polos malah mengagumi kecantikan Agatha padahal paras miliknya jauh lebih cantik. Di tengah tuduhan Agatha, Ella malah mengakui jika Agatha dan Darrel adalah pasangan yang cocok.
"Jangan sok lugu kamu. Dasar perebut!!"
"Perebut?" Jawab Ella bergumam.
"Ya. Kau merebut Darrel dariku." Ella menghela nafas panjang. Sama sekali tidak ada niatan untuk menghancurkan hubungan seseorang.
"Saya tidak pernah melakukan itu."
"Sok cantik ya." Ketika Agatha akan melakukan dorongan ke tubuh Ella. Dua orang mahasiswa datang untuk mencegah. Mereka adalah orang suruhan Darrel sebab pertengkaran terlacak jelas di ponselnya.
"Hei tidak boleh ada kekerasan." Salah satu dari mereka menjadi penengah sehingga membuat wajah Agatha semakin geram.
"Aku tidak ada urusan ya sama kalian." Agatha tahu kalau kedua mahasiswa itu adalah teman Darrel. Dia tidak pernah menganggap jika orang yang di sebut teman Darrel merupakan para ajudan.
"Kami tidak suka melihat kekerasan. Kau tahu maksud kami kan?"
"Kalian tahu kalau wanita ini yang sudah menghancurkan hubungan ku bersama Darrel." Menunjuk ke arah Ella.
"Darrel sudah memutuskan hubungan dengan mu sebelum mengenal Ella. Jangan jadikan alasan itu untuk memojokkannya atau akan kami laporkan perbuatan mu pada kepala Dosen agar kau di skors."
Agatha mendengus lalu memutuskan pergi. Tadi pagi Ayahnya sudah memperingatkan dia untuk tidak terlibat masalah dengan Ella lagi. Sang Ayah merasa di permalukan melihat sikap Kepala Dosen yang sok menjadi penengah dan tidak bisa memenuhi permintaannya.
"Terimakasih Kak. Permisi."
Setelah melontarkan itu Ella bergegas pergi. Dia berjalan menyusuri trotoar seraya sesekali menoleh ke belakang. Ella takut Prapto menyusulnya dan membawanya secara paksa.
Baru saja dugaan itu terlontar, mobil Prapto terlihat melaju ke arah Ella. Ternyata si supir sempat bertanya pada salah satu mahasiswa yang langsung menunjuk ke perdebatan yang sedang terjadi. Segera saja si supir masuk mobil dan menjemput Ella dari pintu gerbang samping.
Tiiiiinnnnn..
Ella mempercepat langkah meskipun mobil tampak terparkir di bahu jalan. Dengan sedikit paksaan, tubuhnya di seret masuk ke dalam mobil. Sesuai tebakan, Prapto sudah duduk di sana menunggunya.
"Mau kabur?" Prapto terkekeh kecil sambil menatap Ella dari samping.
"Saya tidak mau menikah dengan anda. Sebentar lagi wanita itu saya usir dari rumah."
"Oh tidak semudah itu. Aku sudah mengeluarkan banyak uang untuk mendapatkan mu." Ella tersenyum kecut tanpa menatap ke Prapto yang di anggap sangat menjijikkan.
"Tagih saja pada wanita itu. Dia yang sudah menerima semua uangmu bukan saya." Terlalu lugu bagi Ella untuk tahu jika Prapto merupakan dalang di balik pembunuhan kedua orang tuanya. Seorang pembunuh bayaran di sewa agar kecelakaan terencana itu tidak terendus aparat kepolisian.
"Sekarang kau berani melawan ya."
"Sejak kapan saya takut pada anda." Meski mencoba mengubur ketakutannya, namun tetap saja tubuh Ella bergetar.
"Kita fitting baju pengantin. Tiga hari lagi kita menikah." Ella menoleh dengan mata membulat, salivanya tertelan kasar. Dia mengharapkan bantuan dari Arya namun rupanya Prapto memajukan tanggal pernikahan.
Pasti ada yang salah dari lelaki ini. Ayah tidak mungkin memberikan peringatan secara sembunyi-sembunyi kalau memang tidak ada apa-apa.
Sejak penemuan surat dari sang Ayah. Ella menjadi tahu jika dirinya di tuntut untuk melawan. Dia tahu jika Ayahnya bukan orang yang mudah melontarkan prasangka buruk pada seseorang sehingga peringatan yang di tulis pada surat di anggap serius.
"Turunkan saya. Saya tidak mau." Pinta Ella berteriak. Tangannya mencoba membuka pintu mobil. Prapto terkekeh nyaring sambil sesekali menyentuh beberapa bagian tubuh Ella. Pemberontak yang di lihat tidak membuatnya berniat mundur, Prapto malah menginginkan Ella agar fantasi liarnya bisa terpenuhi.
Sementara di rumah, Darrel menatap gelisah layar ponsel yang mempertontonkan adegan memuakkan. Obrolan bahkan terdengar jelas pada earphone bluetooth yang terpasang di telinga kanannya.
Dia tetap saja tidak meminta bantuan. Gadis itu masih beranggapan bisa mengatasi semuanya.
"Ada apa sayang? Kenapa kamu tidak fokus pada makanan mu?" Tanya Nay tersenyum simpul padahal dia mengerti kegelisahan Darrel. Secara sembunyi-sembunyi Alan di tugaskan membututi Ella.
"Tidak apa-apa Ma." Kai melirik sebentar lalu kembali fokus pada makanannya.
"Masakan Mama kurang pas ya." Tanya Nay lagi.
"Ini enak." Ingin ku hancurkan isi kepala lelaki itu dan mengeluarkan otaknya.
Umpat Darrel dalam hati. Menahan kemarahan yang meluap-luap seolah-olah sosok Ella sudah sangat menyita perhatiannya.
"Em malam ini kamu ingin makan apa?"
"Otak." Jawab Darrel cepat.
"Otak?" Darrel memakan suapan terakhir dan mengunyahnya dengan cepat.
"Ya otak. Maafkan Darrel Ma. Ada urusan sebentar." Tentu saja Darrel merasa tidak tahan. Dia berdiri lalu meneguk air putih dalam satu kali nafas. Tidak lupa sebuah ciuman di hadiahkan pada pipi kanan dan kiri Nay sebelum melangkah keluar.
"Biasanya dia tidak pernah peduli sampai sedalam itu." Gumam Nay pelan.
Kai mengangguk dan enggan melontarkan tanggapan. Pembicaraan yang terjadi tadi menyadarkannya jika kini kegilaan Nay berpindah pada sebuah keinginan memiliki seorang menantu.
"Apa kamu mau menambah lagi sayang?" Tanya Nay mengimbuhkan.
"Hm boleh. Gulai buatan mu sangat sedap." Daripada terdampak masalah. Akan lebih baik aku menurut saja. Semoga Darrel benar-benar menyukai Ella dan tidak sedang bermain-main. Aku juga ingin melihatnya bisa berfikir dewasa dan tidak selalu bermain-main selayaknya pencinta wanita. Tidak sengaja Kai menghela nafas berat. Entah turunan dari mana sikap seperti itu. Apa dulu Istriku suka bergonta-ganti pasangan?
Kai tersenyum simpul ketika Nay menuangkan gulai ke nasi. Prasangka tersebut selalu muncul sebab Kai mengakui jika sejak kecil Nay sangatlah cantik. Dia tidak mempermasalahkan hal tersebut namun terkadang sikap Darrel membuatnya kerapkali bertanya-tanya di dalam hati.
Drrrrrttttt... Drrrrrttttt... Drrrrrttttt...
Tertera nama Erik di layar ponsel Kai. Bergegas saja dia menerima panggilan karena menganggap ada suatu hal yang penting.
📞📞📞
"Ya halo.
"Maaf Tuan. Ada seorang Notaris yang ingin membuat janji. Saya berusaha menolak tapi dia datang ke Xu grup dan memohon.
"Siapa?
"Arya Lesmana. Beliau bilang ada sesuatu yang genting.
Kai sempat melirik ke arah Nay yang tengah menatapnya. Ekspresi yang kerapkali di tunjukkan ketika Kai malas menanggapi permintaan namun takut menolak di hadapan Nay.
"Aku sibuk.
"Saya merasa kasihan padanya Tuan.
"Kau tidak dengar ucapan ku?!
Bergegas saja Nay mengambil alih ponsel.
"Ada apa.
Pasti dia akan mengadakan pertolongan sosial. Ah kenapa Erik menelfon di saat ada dia. Kalau tidak ku terima, dia pasti menudingku berselingkuh.
"Ada seseorang yang ingin bertemu Tuan Kai.
"Siapa?
"Sebenarnya bukan orang penting Bu. Tapi saya merasa kasihan padanya.
"Atur saja jadwal. Hari ini tidak ada kegiatan sampai bulan depan.
Kai tersenyum aneh. Dia hanya berusaha tidak terlalu mencampuri urusan seseorang namun Nay selalu saja memenangkan perdebatan.
📞📞📞
"Bukankah kamu menyukai berada di dalem rumah Baby. Untuk apa melibatkan diri. Pasti mereka hanya ingin memenuhi kepentingannya sendiri." Nay meletakkan ponsel lalu melanjutkan makan.
"Kamu ingat kan Mas. Terkadang ada orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan." Kai membenarkannya. Setiap kali Nay melibatkan diri, selalu saja terarah pada orang yang tepat.
"Ya. Aku tidak mau memulai perdebatan. Kita tunggu jadwal dari Erik lalu kita pergi melakukan bantuan sosial sesuai keinginan mu."
Nay tersenyum simpul. Dia selalu di ratukan oleh orang yang dulu di anggapnya buruk. Keinginannya kerapkali di utamakan. Kemarahannya akan jadi senjata ampuh untuk menundukkan Kai.
Memang hidup ku tidak lagi bebas. Namun Suami ku mampu memenuhi keinginan dalam takaran yang pas. Untuk apa berkeliling dunia, kalau ketika berada di sampingnya, aku sudah melihat indahnya dunia. Sungguh, aku tidak membutuhkan apapun. Aku hanya ingin kita menua bersama.
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments