Bagian 3

Lena tersenyum ketika Prapto menunjukkan surat-surat kepemilikan salah satu perusahaannya. Bagaimana tidak tergiur, Lena akan di berikan hadiah sebuah perusahaan kalau dirinya berhasil menikahkan Ella dengan Prapto, lelaki paruh baya yang memiliki segudang Istri.

Prapto merupakan teman Almarhum Ayah Ella. Awalnya dia berniat sekedar mengunjungi teman lama. Tidak di sangka hatinya langsung terpaut pada Ella. Padahal saat itu Ella masih duduk di bangku sekolah dasar.

Dengan gamblang Prapto melontarkan niatnya untuk meminang Ella. Tentu saja kedua orang tua Ella tidak setuju. Mereka menolak secara halus namun Prapto tidak juga mau berhenti. Dia bahkan menyuruh seseorang memata-matai hingga sampai kedua orang tua Ella meninggal.

Dari situ Prapto punya kesempatan untuk mendekat. Apalagi Lena tipe wanita yang gila harta. Langsung saja tawaran mengiurkan di gelontorkan dan tentu mendapatkan persetujuan.

"Pak Prapto tidak bercanda kan?" Tanya Lena tersenyum mengembang.

"Tidak. Ambil perusahaan itu setelah pernikahan selesai di gelar. Tapi ingat. Setelah menikah, kau tidak punya kuasa atas Ella. Dia milikku seutuhnya."

"Tenang saja Pak Prapto. Saya juga tidak seberapa senang dengan nya. Ambil untuk Bapak saja."

Prapto mengangguk seraya tersenyum. Dia mulai membayangkan hal menjijikkan di otak kotornya. Menggauli gadis belia sangatlah menyenangkan sehingga membuatnya tidak bisa berhenti menjadi pedofil.

🌹🌹🌹

Ella yang tengah duduk di sudut taman, di hampiri dua orang mahasiswa. Mereka mengatakan jika kepala Dosen memanggilnya ke ruangan.

"Ada apa ya Kak." Tanya Ella pelan.

"Kami tidak tahu." Astaga. Menjijikkan sekali wajahnya.

Tanpa rasa curiga, Ella berdiri lalu mengalungkan tas juga membawa bukunya. Dia berniat pergi ke depan untuk melihat dena lokasi tapi di cegah.

"Biar kami antar."

"Tunjukkan saja jalannya Kak. Saya takut merepotkan."

"Kampus ini besar sekali. Mari ikut kami."

Ella mengangguk patuh dan mengikuti langkah kedua mahasiswa tersebut. Tidak biasanya dia berinteraksi dengan banyak orang sehingga membuat hari ini terasa berkesan di hati. Ingin rasanya Ella memiliki teman seperti anak muda lainnya namun semuanya hanya sekedar niat yang tertahan di kerongkongan.

Cukup membingungkan ketika Ella terus saja di giring ke arah belakang kampus. Mimik wajahnya tampak menegang, menatap sekitar yang terlihat semakin sepi. Kedua mahasiswa tersebut seakan sengaja mengapitnya sehingga Ella kesulitan bergerak.

"Masih lama ya Kak." Tanyanya berusaha memelankan laju kakinya.

"Sudah ayo cepat." Jawab salah satunya ketus.

"Biar saya cari sendiri saja Kak."

"Banyak mulut! Si buruk rupa itu tidak boleh banyak bicara!" Gleg! Saliva Ella tertelan kasar ketika suara buruk itu terlontar. Apalagi saat kedua pundaknya di pegang erat.

"Saya mau di bawa kemana?"

"Berisik!!!" Dengan kasar kedua mahasiswa itu mendorong tubuh Ella sampai terduduk. Di hadapannya sudah berdiri seseorang yang tidak lain adalah Agatha." Cepat selesaikan. Aku tidak ingin terkena masalah dengan Darrel." Ucapnya tersenyum simpul.

"Tenang saja. Dia sedang ada kelas." Agatha menyentuh dagu Ella dengan kakinya. Dia berniat memberikan gertakan agar Ella tidak berbuat seperti tadi." Paham kenapa di bawa ke sini?" Tanya Agatha lirih.

"Saya tidak mau mencari masalah Kak. Saya minta maaf atas kejadian tadi." Ella hendak berdiri namun Agatha malah menginjak punggungnya hingga tubuh Ella menempel di lantai kotor.

"Seharusnya kau pergi dari sana! Kau tidak pantas berdekatan dengan nya! Akibat penolakan mu! Satu ruangan menatapku rendah!!" Ella menghela nafas panjang. Sebelumnya dia tidak pernah tersandung hal seperti ini sebab Ella selalu menghindari pergaulan dan memilih jalan aman.

"Saya mohon lepaskan saya Kak." Pinta Ella berusaha memohon. Dia ingin melapangkan hati untuk tidak melawan.

"Maaf katamu!!!" Kepala Ella di tekan kuat sampai tubuhnya menggelinjang. Kedua mahasiswa itu malah tersenyum melihat hal tersebut. Sudah lama mereka tidak melakukan pembullyan.

"Tolong Kak hentikan. Saya tidak ingin ada keributan."

"Tidak, sebelum kau mati." Jawab Agatha menggertak.

Ella meringis kesakitan sambil mencari celah untuk bisa terlepas. Pusing hebat mulai menjalar sehingga dengan terpaksa dia memegang kedua kaki Agatha lalu menjauhkannya dari pipi.

Secara otomatis tubuh Agatha terjungkal. Ella berdiri lalu membereskan buku yang berserakan. Sungguh dia ingin pergi dari sana.

"Aaaaaghhhhhh!!! Jangan biarkan dia kabur." Teriak Agatha tidak mampu berdiri. Punggungnya terasa remuk di sertai nyeri hebat. Wajahnya meringis kesakitan sampai-sampai sudut matanya berair.

"Maaf Kak saya harus pergi."

"Ternyata kau punya nyali juga."

Salah satu mahasiswa akan menyergap. Tapi rupanya Ella bisa membalas perbuatan tersebut. Dia bahkan memberikan pukulan pada wajah dan sebuah tendangan kaki.

Ella belajar banyak dari sebuah buku. Tidak adanya anggota keluarga juga teman membuatnya berinisiatif mendalami ilmu bela diri. Tidak ada niat buruk, dia hanya berjaga-jaga jika nantinya merasa terdesak seperti sekarang.

Saat kedua mahasiswa itu menggerang kesakitan, bergegas saja Ella pergi. Terdengar suara meneriakinya namun Ella terus saja berjalan tanpa menoleh.

Hari ini aneh sekali. Bagaimana jika mereka mengadu pada kepala Dosen? Wanita itu akan marah dan menyuruhku berhenti kuliah.

Ella mengedarkan pandangannya. Dia berusaha mencari tempat aman untuk menenangkan diri. Bibirnya tersungging ketika dia melihat tulisan perpustakaan. Segera saja dia masuk lalu duduk dan mengatur nafas yang memburu.

Seorang mahasiswa di sampingnya sontak menggeser tubuhnya. Fisik Ella membuatnya jijik dan risih. Bukan hanya para mahasiswa, sebab para mahasiswi juga berbisik-bisik membicarakannya.

Di sini aman. Aku akan bersembunyi sementara waktu.

Ella mengambil sebuah buku lalu membacanya . Dia tidak perduli pada sekitar padahal bisikan dan cibiran cukup jelas terdengar.

Semenjak Lena menyuruhnya berpenampilan buruk, Ella sudah terbiasa mendengar hinaan. Itu adalah makanan sehari-hari baginya.

"Kamu mahasiswi baru?" Tanya penjaga perpustakaan.

"Ya Pak."

"Sebaiknya kamu pindah ke pojokan sana agar tidak menganggu yang lain." Ucapnya tanpa basa-basi.

"Baik Pak." Jawabnya pelan.

Ella kembali memasukkan bukunya ke dalam tas. Walaupun terbiasa, tidak dapat di pungkiri jika terkadang hatinya terasa sesak ketika hinaan terlontar. Itu kenapa Ella begitu mengharapkan pertolongan. Dia tidak meminta banyak. Ella hanya ingin di bebaskan agar hidupnya bisa normal seperti gadis lain.

Lihat Ayah. Wanita itu menyuruhku memakai topeng buruk ini agar mereka menjauhi ku.

Ella duduk tepat di sudut ruangan sesuai perintah penjaga perpustakaan. Sesekali dia menoleh lalu tersenyum. Sangat senang memiliki banyak teman. Begitulah yang ada di fikirannya.

Namun ketika Ella menyadari keberadaan Darrel dan beberapa temannya, langsung saja dia bergegas pergi melewati pintu samping.

Ella mengira Darrel marah padanya karena perbuatan yang sudah di lakukan terhadap Agatha. Padahal yang sebenarnya, Darrel mencurigai Ella sebagai mata-mata musuh Kai.

🌹🌹🌹

Terpopuler

Comments

ERNY TRY SANTY

ERNY TRY SANTY

Ella Jan kalah SM si Agatha si Ulet keket itu..klo mcm" hajar smpy keok tidak tuh cewe rese😤

2023-07-17

0

Yunita Indriani

Yunita Indriani

ayo hajar Ella si Agatha kang bully

2023-04-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!