****
Elvan masih terbaring di lantai. Sesekali laki-laki itu melenguh oleh ditengah keadaan mabuknya. Ia belum mendapatkan kesadarannya, karena sepertinya cairan alkohol tersebut memang baru benar-benar bereaksi. Laki-laki yang memiliki satu anak itu kini malah kian meracau tidak jelas.
"Aku sayang kamu Git...." Teriak Elvan kencang "Kenapa kamu tega ninggalin aku sayang...."
Alfiya yang duduk disampinya masih memandang dengan iba. Ia perhatikan dari baju sampai celana Elvan yang basah seperti tumpahan air. Ia menutup hidungnya sesaat. Alfiya sedari tadi memang berusaha menahan aroma Alkohol yang sangat menyengat itu. Gadis itu tidak menyangka kalau Elvan akhirnya akan mabuk seperti ini.
"Mas, kenapa sih mabuk-mabukan begini. Mas nggak kasihan apa sama mendiang mbak Gita, dia bisa sedih loh melihat mas yang seperti ini." Ujar Alfiya yang masih terduduk disamping Elvan. Ia tahu Elvan seperti ini pasti merasa stres karena masih belum bisa melupakan kejadian yang menimpa istrinya.
"Mas...." lirih Alfiya.
"Mbak kamu yang jahat...." Alvian kemudian berusaha mendudukan tubuhnya untuk bersitatap dengan Alfiya. "Kenapa dia ninggalin mas? Kenapa dia ninggalin Gian? Kenapa dia meninggalkan kami?" mata laki-laki itu terlihat berkaca-kaca.
Alfiya tiba-tiba tersengal mendengar ucapan itu. Benar kan, Elvan seperti ini karena perihal ditinggalkan oleh mendiang Anggita.
"Aku tau mas belum bisa menerima kepergian mbak Gita, tapi.... mas jangan begini. Mas nggak kasihan juga sama Anggian." lirihnya. "Sekarang ayo masuk ke kamar, ganti baju." ajak Alfiya.
Mata saya laki-laki itu lalu menatap Alfiya. "Kamu sayang sama Gian?" Tanya Elvan seketika.
"Mas ngomong apa sih, jelas aku sayang sama Gian. Dia udah aku anggap seperti anak sendiri."
Elvan kemudian tertawa mendengar hal itu. "Lalu aku harus bagaimana?" raut wajahnya seketika berubah. "Aku harus gimana.... bagaimana aku harus mengurus Anggian sendiri nantinya?"
Alfiya nampak tertegun sejenak oleh ucapan itu. "Mas udah deh, mas tambah ngelindur. Ayo aku bantu ke kamar mas...." ujarnya lagi. "Lagian mas kenapa harus mabuk-mabukan begini. Ya ampuun, aku bener-bener nggak ngerti."
"Kamu udah kayak istri beneran aja ya sekarang." celetuk laki-laki yang tengah dipengaruhi oleh Alkohol itu.
"Dibilangin malah dianggap becanda." Gerutu Alfiya. Tapi mau bagaimana, namanya juga orang mabuk, omongan yang keluar dari mulutnya pasti tidak jelas.
"Fiya." Panggilnya dengan sensual. "Gimana kalau mas khilaf?"
Apa!? Khilaf?! Khilaf bagaimana?
"Mas Elvan ngomong apa sih, geli tau gak dengernya. Jangan Aneh-aneh deh." Wajah gadis itu tiba-tiba merah padam.
Elvan kemudian beranjak untuk duduk, lalu mendekatkan diri untuk mempertemukan wajah mereka. Ia terus menatap Alfiya dalam-dalam membuat gadis itu mengerjap dan bergidik kebingungan.
Tiba-tiba, tidak tahu mengapa, Alfiya merasakan jantungan berdegup tak menentu. Rasanya ia ingin kabur dari sana tapi tubuhnya terasa kaku oleh wajah yang semakin mendekat dengan jarak terus menipis itu. Jadi, ini yang dilihat oleh Anggita setiap hari. Wajah tampan yang berjambang dengan dengan rahang tegas dan juga hidung mancung milik laki-laki dengan mata terus menyipit dihadapannya ini. Kalau dilihat-lihat Joe juga tidak kalah tampan, tapi Elvan seperti memiliki kharisma tersendiri.
"Mas, Elvan lebih baik tidur sekarang ya?"
Namun tiba-tiba Alfiya benar-benar merasakan kaku saat tangan Alvian terangkat dan menyentuh pipi mulusnya dengan pelan.
"Kami mirip sekali dengan Gita, bagaimana kalau aku salah mengira, hh?" suara Elvan terdengar agak serak.
"M-mas...." Alfiya berusaha memundurkan tubuhnya kebelakang dengan kaku. Matanya terus mengerjap oleh keadaan yang ada. Kenapa dia bisa begini? Maksudnya kenapa dia bisa terasa kaku berada didekat Elvan.
Astaga, Alfiya akhirnya hendak berdiri dan menjauh dari Elvan. Namun, seketika cekalan ditangannya menghentikan gerakan gadis itu.
Maka yang terjadi adalah, dirinya dengan cepat akhirnya terduduk dipangkuan laki-laki itu. Alfiya meneguk ludahnya, ini mereka benar-benar sudah terlalu dekat. Lebih dekat dari biasanya.
Dan, tiba-tiba Alfiya benar-benar terhenyak kaget oleh elusan ringan ditengkuknya. Tubuhnya seketika meremang saat itu juga.
"M-mas Elvann...." lirihnya pelan. "Mas mau ngapain...." ia berusaha mendorong tangan yang mengelus tengkuknya.
"Aku rindu kamu...."
Apa?
Alfiya menganga kaget oleh kalimat itu. "Mas, mas mabuk. Jangan begini, lebih baik mas tidur sekarang." Alfiya berusaha memberi pengertian.
"Aku rindu kamu sayang, Gita...."
Astaga, Alfiya tidak menyangka kalau dirinya sudah salah sangka. Selama ini dia benar-benar salah kalau memikirkan bahwa dirinya-lah yang paling menderita atas kepergian Anggita. Nyatanya Elvan juga, laki-laki yang tengah memangkunya ini terlihat begitu pilu memanggil mendiang istrinya.
"Aku harus gimana Git? Anak kita, dia butuh kamu Gita...." Lirih Elvanian.
"Mas Elvan...." Alfiya memandang sedih. "Kamu tidur sekarang ya." Gadis itu lalu berusaha untuk beranjak dari pangkuan Elvan, namun saat ia pergerak tangan Elvan yang melingkar ditubuhnya menahan dengan sangat kuat.
"Mas...." Alfiya terus berusaha melepaskan diri.
"Jangan pergi...." tatap Elvan dengan iba. "Aku butuh kamu...."
"Kamu mabuk mas Elvan...." tegas Alfiya akhirnya. "Dan, lagi pula aku bukan mbak Gita."
Elvan kemudian terpaku mendengar ucapan itu seraya menatap nanar Alfiya. Namun tiba laki-laki itu tertawa sebentar kemudian memandangi wajah Alfiya lagi.
"Kok kamu cantik banget sih malam ini sayang?" Ia menyelipkan rambut Alfiya ditelinga gadis itu. "Kamu pasti sengaja kan, dandan cantik buat aku." ia tersenyum tipis dengan mata yang berkabut.
Alfiya benar-benar terdiam mematung oleh tingkah Elvan. Yang semakin membuatnya terhenyak Laki-laki itu seketika menarik tubuhnya rapat membuat jantungnya tiba-tiba berdegub dengan sangat kencang dan aliran darahnya mengalir cepat.
Ini tidak bisa dibiarkan, Alfiya pun lantas kembali berusaha melepaskan diri dari Elvan.
Namun tiba-tiba mata Alfiya membebelak, oleh gerakan cepat benda lembut dan dingin yang seketika menempel pada permukaan bibirnya. Tanpa sadar mulai memautnya dengan lembut.
Alfiya seketika meremas kaos yang dipakai Elvan dengan erat. Apa ini? Elvan menciumnya!
Kakak ipar? Seharusnya sekarang ini dia sadar bukan? Ia anggap apa selama ini laki-laki yang tengah mengelus punggungnya dengan pelan itu sebenarnya. Laki-laki yang tengah menggerakkan satu tangannya lagi untuk mengelus pahanya dengan lembut, seharusnya Alfiya sadar. Namun, dia tidak mengerti kenapa ia malah menikmatinya. Setiap sentuhan Elvan pada tubuhnya membuat ia tidak memakai logikanya lagi. Yang jelas Alfiya hanya mengikuti nalurinya saat ini.
Dan, disaat sentuhan jari jemari itu mulai menurunkan resleting bagian belakang dari drees yang ia pakai. Alfiya seketika tersentak, ia sadar apa yang terjadi.
Dengan cepat gadis itu mendorong Elvan dengan cepat darinya sehingga penyatuan dari kedua lisan itu terlepas.
Alfiya tersengal tidak menyangka. Dengan cepat gadis itu pun segera beranjak dari pangkuan Elvan.
Ini tidak benar! Ya ampun apa yang telah mereka lakukan tadi? Ini salah, benar-benar salah.
Gadis itu kemudian berlari cepat menuju kamarnya. Setelah pintu terkunci dan tertutup rapat Alfiya memandang dirinya dicermin. Ia menyentuh bibirnya yang masih lembab oleh kegiatan ia dan Elvan tadi.
"Arrghh...." Alfiya berteriak tanpa bersuara.
"Kamu gila ya Alfiya." Ia mengucek-ngucek rambutnya kasar. Bagaimana dia akan mengahadapi Elvan besok pagi? Mau ditaruh kemana wajahnya?
"Bodoh! Bodoh!" ia memukul-mukul kepalanya pelan. "Dasar gila! Nggak waras!"
Benar-benar memalukan! Ia tidak yakin bisa berpapasan dengan Elvan besok pagi. Bisa-bisanya ia menikmati ciuman dan sentuhan dari Elvan. Seketika Alfiya pun merasa tidak habis pikir terhadap dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia terbuai, bisa-bisanya ia terlena.
Alfiya mengigit giginya kuat-kuat dan menjenggut rambutnya dengan keras.
Joe!
Dia tiba-tiba ingat Joe, kekasihnya.
Satu nama yang seharusnya ia ingat, malah tidak terlintas sama sekali saat kegiatan ciuman tak terduga tadi berlangsung.
*
*
*
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Karna di sini Elvan lah yg menjadi korban nya..Kasihan Elvan..
2023-11-12
0
Desi Astria 0412
jadi degdeg serr kan fiya
2021-05-21
0
Andinisienna Buricak Burinong
the power of ijab qobul,tadinya gak ada rasa jadi ada ehem ehem hehehe
2020-12-14
1