****
Akhirnya Alfiya dan Elvan pun melakukan perjalan untuk menemui ibu dan juga bapak. Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Sementara mereka berdua duduk didepan, Anggian tengah tertidur pulas di stroller yang ada kursi penumpang.
Saat itu Alfiya hanya bisa menunduk selama perjalanan ke rumah kedua orang tuanya. Kalau ditanya bagaimana perasaanya saat ini, sebenarnya perempuan itu merasa kurang yakin. Ada rasa takut cemas dan juga bahagia yang keduanya bercampur menjadi satu.
Iya, dia harus bahagia karena dirinya melakukan ini demi Joe, demi pernikahan mereka lima bulan yang akan datang.
Sedari tadi ia juga terus memandangi laki-laki berkacama mata disampingnya. Ada perasaan asing yang menyusup dalam hati Alfiya saat itu. Namun, entah apa ia tidak mengerti. Yang jelas kala menatap Elvan perasaan tidak enak itu terus ia rasakan.
Hingga akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan.
Alfiya dan juga Elvan agak heran, ketika mereka melihat seluruh pintu terkunci dengan rapat. Hanya ada mang Saswi, orang yang memang sudah sangat lama bertugas menjaga rumah itu.
"Orang rumah kemana pak? Kok semua pintu dikunci." Tanya Alfiya.
Mang Saswi yang tengah menggunting dedaunan tanaman pun menghentikan kegiatannya. Ia memutar tubuh untuk menghadap kedua pasutri dihadapannya.
"Orang dirumah pada kerumah sakit mbak." jawab Mang Saswi.
"Dirumah sakit!!" Seru Alfiya dan Alvian berbarengan.
Sementara Alfiya terlihat mendadak syok, Elvan pun kembali bertanya. "Siapa yang sakit?"
"Ibuk Mas. Tadi malam, ibuk dibawa kerumah sakit."
Deg! Alfiya langsung menoleh kearah Elvan. "Mas...."
Elvan pun menatap Alfiya balik. "Kita ke rumah sakit sekarang."
••••
Saat itu setibanya mereka dirumah sakit. Perasaan dejavu kembali merasuk ke dalam lingkup hati mereka. Rumah sakit adalah pengingat peristiwa pilu beberapa waktu lalu. Dimana saat itu mereka semua telah kehilangan Anggita untuk selama-lamanya.
Beberapa saat kemudian merek tiba disalah satu ruang rawat inap tempat ibu berada. Alfiya dan Elvan memasuki ruangan tersebut tampak bapak dan juga Rian tengah menunggui ibu disana.
"Pak, ibuk gimana?" Tanya Alfiya kepada bapak yang tengah duduk disofa.
Bapak mendongak pada dua sosok yang tengah berdiri dihadapannya dengan tatapan nanar. Laki-laki yang sudah berumur itu tampak terlihat sangat lesu dengan kening mengkerut.
"Pak??" tanya Alfiya lagi.
Bapak tidak menggubris Alfiya, laki-laki itu malah menatap Elvan dengan serius.
"Van, bapak mau bicara sebentar sama kamu."
Elvan yang mengerti tatapan serius bapak langsung mengangguk.
Sementara Elvan dan bapak tengah berbicara diruangan lain. Saat itu Alfiya tengah terduduk dikursi disamping ranjang tempat ibu terbaring. Gadis itu menatap ibunya dengan pilu. Niatnya tadi ia ingin membicarakan tentang pernikahannya dengan Elvan, malah keadaan ini yang ia lihat.
Entahlah, ia rasa keadaan malah tambah semakin rumit sekarang. Bagaimana ia akan mengatakan keinginnya kepada bapak kalau keadaan ibu seperti ini.
"Ibuk...." lirihnya sembari meraih tangan kaku ibu. "Aku harus gimana? Keadaan ini terlalu menyulitkan buat aku." Alfiya menggigit bibirnya yang bergetar. "Aku udah turutin maunya ibuk dan bapak untuk menikah dengan mas Elvan, tapi.... kami nggak saling mencintai buk."
Alfiya mendongak dengan hati yang sesak, sungguh semuanya benar-benar membingungkan. Semua ini membuat pikirannya bercabang, tentang Joe yang akan melamarnya, beban pernikahan yang ia jalani dengan Elvan dan dia juga harus memikirkan perasaan bapak dan ibu. Sulit, saat ini ia sangat sulit menata dirinya, tengang apa yang ia rasa, apa yang ia pikirkan, semuanya begitu menyulitkan.
"Ibuk...." air mata Alfiya tiba-tiba menetes saat itu juga. "Apa aku harus menerima kebingungan ini karena hari itu, hari dimana aku tidak menuruti perintah ibuk untuk mencari Gian dan malah kabur dari rumah bersama Joe."
Andai, semua orang tahu perasaannya. Beban rasa bersalah itu terus ia rasakan hingga saat ini.
"Apa kalau hari itu aku menuruti permintaan ibuk, mbak Gita nggak akan ninggalin kita untuk selama-lamanya? Apa semua ini memang salah aku?" Alfiya terus meneteskan air mata pilu.
Hingga tanpa diduga oleh jatuhnya tetesan air mata itu, tangan ibu yang sedang digenggamnya tiba-tiba bergerak. Alfiya mendongak dan melihat mata ibu yang tiba-tiba berkedip.
Ibuk sadar!
Apa ibu mendengar yang baru saja dia katakan? Alfiya menerka-nerka, kalau iya begitu apakah setelah ini ibu akan mengerti perasaannya selama ini.
"Ibuk...." Alfiya beranjak dari duduknya dan mengusap kepala ibu pelan. "Ibuk sadar, aku panggilin dokter dulu ya." gadis itu lalu berbalik dan melangkah.
"Anggita...."
Ucapan pertama yang ibu lontarkan itu, mampu membuat Alfiya menghentikan langkahnya.
"Anggita, jangan pergi nak, ibuk rindu sekali sama kamu. Jangan pergi.... jangan pergi...." panggilannya begitu pilu.
Alfiya tiba-tiba mematung. Tuhan! Bagaimana ini? Lagi-lagi ibu terkadang masih menganggapnya Anggita. Kapan ibu akan sembuh? Padahal ia sudah menuruti kemauan ibu dan bapak untuk menikahi Elvan.
"Anggitaaaa.... jangan pergi." Air mata ibu tiba-tiba menetes. "Jangan pergi nak...."
Alfiya pun kembali mendekati ranjang ibu, gadis itu membungkukkan tubuhnya untuk memeluk ibu dengan pelan.
"Aku nggak akan ninggalin ibuk.... aku janji."
••••
Sementara itu diluar ruang rawat inap tersebut Alfiya dan juga Elvan tengah berbicara serius dengan dokter rumah sakit. Sedangkan didalam ada bapak yang terus berusaha menenangkan ibu yang tiba-tiba mengamuk saat tidak bisa menerima kenyataan ketika tadi seluruh keluarga memberitahukan kepadanya bahwa Alfiya bukanlah seorang Anggita.
"Jadi kami harus gimana dokter agar ibuk cepat sembuh?" Tanya Alfiya saat itu.
Dokter tersebut menghela nafas, lalu berusaha tenang kembali. "Terus pantau keadaan pasien dengan baik, beri dia pengertian tentang sesuatu yang tidak bisa ia terima. Seperti cerita kamu tadi, biar bagaimana pun ibu kamu harus bisa menerima kalau kamu bukanlah orang yang dia maksud. Memang butuh waktu yang lama, tetapi lakukanlah semua dengan sabar."
Mendengar ucapan tersebut. Alfiya menunduk dalam-dalam, hatinya sakit dan pilu. Banyak sekali hal yang membuatnya terenyuh akhir-akhir ini.
Melihat perubahan raut wajah Alfiya yang mendadak berubah Elvan pun langsung mendekat. Ia mengelus punggung Alfiya dengan pelan, berusaha menenangkan perempuan itu.
"Apa ada pertanyaan lain yang perlu saya jelaskan?" tanya sang dokter.
Alfiya dan Elvan menggeleng pelan.
Sekarang hanya mereka berdua diluar ruangan itu. Elvan terus berusaha mengelus punggung Alfiya yang saat itu terlihat gadis tersebut terlihat semakin frustasi.
"Aku harus gimana...." lirih Alfiya. Gadis itu lalu mendongak menatap Elvan. "Mas...." lirihnya pelan. "Aku harus gimana mas?"
"Sabar...." satu kata yang hanya bisa Elvan ucapkan saat itu.
"Kalau keadaan ibuk seperti ini, aku gak bisa kasih tau mereka sekarang...." Memberitahu tentang niatan Joe untuk melamarnya.
"Hem..." sahut Elvan pelan sembari menghadapkan tubuh dihadapan Alfiya.
"Aku harus gimana...." gadis itu pun kembali meneteskan air mata. "Aku bingung, semua ini sulit buat aku mas."
Tanpa diduga Elvan pun tergerak untuk meraih gadis itu kedalam pelukannya, membiarkan gadis itu untuk menangis bersender didadanya.
"Mas.... aku harus gimana...." lirih Alfiya.
Elvan tidak menggubris. Laki-laki itu malah mengelus punggung Alfiya pelan, lagi-lagi ia ingin membuat gadis itu tenang.
"Kayaknya aku nggak bisa ngasih tahu bapak soal keinginan aku sekarang mas...."
Elvan hanya mengangguk pelan menanggapi itu, hingga tanpa sadar laki-laki tersebut malah mengecup puncak kepala Alfiya pelan. Entah dia sadar atau tidak dan apakah Alfiya merasakan itu. Namun yang pasti, pemandangan tersebut sempat dilihat oleh sosok yang sangat mengharapkan pernikahan mereka agar terus berlanjut untuk selamanya.
••
°°
••
°°
Happy Reading, like, vote, komen kalau suka.
Follow Author juga ges!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Terima pernikahan kamu karena itu permintaan ibu kamu, Karena di mata nya kamu lah penyebab anaknya meninggal,,
2023-11-12
0
Siti Julaekah Julaekah
Waduuh gawat nich
2021-06-30
0
Maulina Kasih
sapa yg liat ya...ya allah itu elvan sabar banget....
2021-04-09
0