Kenapa Dia Menatapku Dengan Aneh

****

Disebuah rumah dikawasan yang tidak terlalu ramai inilah, akhirnya Elvan mengajak Alfiya untuk tinggal ditempat baru mereka. Rumah ini sebenarnya Elvan persiapkan untuk kepindahannya bersama mendiang istrinya beberapa bulan yang lalu. Namun, apa daya, Anggita belum sempat menempati rumah ini karena telah lebih dulu meninggalkannya.

Selesai memasukkan barang-barang mereka kedalam rumah, mereka pun mulai membereskan rumah baru tersebut. Aroma khas cat tembok masih terasa jelas menusuk hidung.

"Mas, kamar aku dimana?" tanya Alfiya kepada Elvan yang tengah sibuk membuka jendela.

"Disini ada satu kamar utama dan tiga kamar lagi, silahkan kamu pilih sendiri kamu mau tidur dimana?" jawab Elvan seadanya.

Maka segeralah gadis itu pun bergegas mengelilingi rumah. Setelah puas melihat-lihat ruangan kamar Alfiya pun kembali menghampiri Elvan yang tengah duduk istirahat sebentar disofa yang telah ia bersihkan. Terlihat laki-laki itu tengah memperhatikan ponsel miliknya, memeriksa pekerjaan kantor dari alat canggih tersebut.

"Mas, aku pilih kamar yang didekat ruang tamu ya?" mendekat duduk dihadapan Elvan.

Elvan mendongak dari pandangan ponsel, menatap Alfiya yang duduk tepat disampingnya.

"Mas sakit?" Tanya Alfiya saat melihat raut wajah Elvan yang sedikit memucat.

Elvan menggeleng pelan. "Mas cuma kecapean...." ia lalu tersenyum tipis.

"Aku bisa bantu sesuatu?" tanya Alfiya lagi. "Atau mas butuh dipijitin?"

Elvan menoleh menatap kaku. "Pijitin?!" lirihnya pelan.

Alfiya mengangguk cepat.

"Ya udah kamu pijitin mas kalau gitu." sambar Elvan akhirnya sembari terkekeh kaku.

"A-aku yang pijitin?" Tanya Alfiya canggung.

Elvan kemudian menaikkan kedua alisnya. "Bukannya tadi kamu bilang mau pijitin mas?"

Nafas Alfiya pun rasanya tertahan sesaat oleh itu. Ia rasa Elvan telah salah mengira apa maksud ucapannya tadi. "Maksud aku, mas mau aku panggilin tukang pijat."

Elvan memiringkan kepalanya. Memandang Alfiya beberapa saat lalu tersenyum. "Mas kira kamu yang mau pijitin mas."

Sebelah sudut bibir Alfiya tertarik oleh itu. Mana mungkin ia akan memberi pijatan pada sosok dihadapnnya ini?!

Melihat ekspresi tersebut Elvan pun lantas langsung beranjak dari sofa tanpa ekspresi apa-apa, membuat Alfiya tertoleh heran mengikuti langkahnya. Laki-laki itu kemudian melangkah meraih Anggian yang sudah terlelap di gendongan bi Mina. Bi Mina ialah wanita yang akan menjadi pengasuh Anggian seterusnya.

Mengecup pelan kening sang anak Elvan kemudian berjalan menuju kamar.

"Eengh...."Anggian tiba-tiba melenguh. "Bunda...."

Elvan mengayun pelan Anggian yang mendadak terbangun. "Kenapa sayang.... ini ada ayah."

"Mau sama bunda...." lirih anak kecil itu pelan. "Ayah, atu mau sama bunda...." matanya mencari-carin disetiap sudut ruangan. "Bundaaaa...." teriaknya saat melihat Alfiya yang sedang menatapnya kaku disofa.

Jujur saja mendengar Anggian yang terus-terusan memanggilnya bunda membuat Alfiya terus merasa berasalah sekaligus bingung. Ia menunduk, Anggian sadar kan, kalau dia sebenarnya bukan sang bunda yang ia kira.

"Gian, kita tidur dikamar ya nak...." Bujuk Elvan saat anaknya terus merengek dan meronta ingin bersama Alfiya. Alfiya yang terus-terusan ia anggap bunda.

"Nggak mau ayah, atu mau sama bunda...." tangisnya tiba-tiba pecah dan menggema mengisi seluruh ruangan.

Melihat hal tersebut Alfiya yang tadinya bengong langsung beranjak untuk meraih Anggian yang berada didalam gendongan Elvan.

"Sini sama onty...." ujar Alfiya saat Anggian sudah beralih dalam gendongannya.

"Bukan onty, tapi bunda...." protes anak yang masih belum mengerti apa-apa itu. "Ini bundaaaa...." teriaknya kemudian menunjuk Alfiya.

Alfiya menghela nafas. "Gian sekarang onty tanya, siapa nama Bundanya Gian?"

"Bunda Gita...." jawab anak kecil itu spontan.

"Terus ini siapa?" tunjuk Alfiya pada dirinya sendiri.

"Bunda...."

"Bunda siapa? Siapa namanya?" Alfiya menunjuk dirinya sendiri.

Mulutnya yang masih sesekali berucap cadel itu lalu menjawab. "Bunda atu, bunda Gita...." ia menggertakkan giginya.

Deg! Jantung Alfiya berdegup kencang. Jadi Anggian benar-benar menganggap ia ibu kandungnya. Maksudnya, mereka sangat berbeda. Bagaimana bisa? Ini benar-benar tidak masuk akal. Anggita adalah pribadi yang kalem dan lembut, sementara dirinya berbanding terbalik 180° dengan Anggita. Mana bisa ia disamakan dengan mendiang sang kakak yang hampir sempurna itu.

Kalau mendengar banyak orang yang membandingkan dirinya dengan mendiang sang kakak, rasanya tidak mungkin ada kemiripan secara karakter diantara mereka.

Anggita yang lembut sedangkan Alfiya selengan. Anggita yang ramah sementara Alfiya yang ketus. Anggita yang pintar secara akademik sementara dirinya lebih menyukai segala hal tentang seni. Begitulah ia sering mendengar orang-orang membandingkan mereka, walau pada dasarnya mereka berdua ada kemiripan secara fisik.

"Bunda ayo tidul dikamal...." Anggian mengecup pipi Alfiya sekilas. "Ayah juga ya...." Anggian berbalik menatap sang ayah.

Namun sebelum Alfiya menjawab permintaan si kecil dan polos. Tiba-tiba ponselnya yang berada disaku berdering.

"Gian sama ayah dulu ya, onty mau angkat telepon, he em...."

"Ih, bunda.... bukan onty...." Anggian protes lagi.

Gadis itu kembali mendesah pelan. Dengan pasrah ia pun akhirnya mengalah, terserahlah Anggian mau memanggilnya apa. "Iya, on- maksudnya bunda angkat telepon dulu ya...." mengecup pipi Anggian gemas.

"Mas...." Menyerahkan Anggian pada Elvan.

Lantas setelahnya gadis itu segera mengangkat panggilan dari ponselnya. "Halo, sayang, Joe...."

Alfiyah menoleh kearah Elvan sejenak, namun sepertinya laki-laki itu tidak perduli dengan apa pun yang ia lakukan saat ini.

Merasa tidak enak percakapannya didengar oleh Elvan, gadis itu pun berlalu. Bi Mina yang melihat hal tersebut hanya bisa menunduk kaku. Sepertinya perempuan itu paham dengan apa yang terjadi.

"Mas Elvan...." lirih bi Mina melihat majikannya dengan iba. "Mas itu tadi...." menunjuk Alfiya yang berlalu keluar rumah.

Sebelum bi Mina melanjutkan ucapannya laki-laki yang tengah memeluk erat sang anak itu langsung menggeleng. Menandakan seolah tidak usah hirau dengan hal tersebut.

Bi Mina sepertinya makin iba, wanita paruh baya itu hanya bisa mengelus dada sesak. Untuk apa mereka menikah kalau seperti ini keadaannya. Jujur ia benar-benar kasihan dengan Elvan saat ini. Masa lalu laki-laki itu yang kelam, dan ia baru saja kehilangan istri dan sekarang terpaksa melakukan pernikahan yang seperti ini.

Tubuhnya pun lantas bergertar oleh itu. "Ya ampun nak Elvan, malang sekali nasibmu...." Bi Mina menggeleng pelan tidak habis pikir.

Hingga akhirnya beberapa saat kemudian, Alfiya yang baru saja selesai bercengkrama melalui ponsel dengan kekasih hatinya lantas masuk kedalam rumah dengan hati yang berbunga-bunga.

"Mas Elvan mana bi?" tanyanya saat melihat bik Mina yang tengan membersihkan meja dengan kemoceng.

Melihat dan mendengar suara Alfiya entah kenapa membuat hati bik Mina dongkol. "Mas Elvan ada dikamarnya mbak...." jawab bi Mina dengan senyum dipaksa. Dasar wanita tidak tahu diuntung, begitulah sorot matanya menatap Alfiya.

"Oke bi terimakasih...." dengan langkah riang gadis itu lantas masuk kedalam rumah seolah tidak perduli dengan tatapan tidak suka bi Mina.

Tok! tok! Alfiya mengetuk kamar utama yang tertutup. "Mas.... mas Elvan...."

"Iya...." sahutan dari dalam. "Masuk aja Fi...."

Cklek!

Pintu kamar pun terbuka. "Mas, lagi nidurin Anggian...."

Elvan mengangguk pelan, sembari mengelus punggung Anggian. "Dia udah ngantuk banget."

Perempuan itu lalu mendekat ke sisi ranjang, ia tersenyum memperhatikan Anggian yang mulai tertidur lelap. Setelah itu ia pun memberi kecupan dikening Anggian yang akhrinya telah tertidur pulas. Rupanya Anggian masih bisa tertidur tanpa dirinya.

"Mas, aku pergi sebentar ya...." sembari mengusap kepala Anggian dan menatap Elvan.

"Kemana?" sahut Elvan dengan nada datar, seolah ia tidak terlalu tertarik kemana Alfiya akan pergi.

Alfiya mengakat tangaannya dari kepala Anggian lalu mengusap tengkuknya kaku. "I-itu, mau kerumah temen, emhh... ngerjain tugas kelompok...." suara nya pun semakin mengecil dan tatapan mata yang beralih dari Elvan.

Elvan termangu sejenak oleh gerak-gerik itu. Ia kemudian lantas tersenyum mengerti.

Tugas kelompok? Elvan agaknya tidak yakin dengan alasan itu.

Oleh keheningan sejenak diantara mereka, Alfiya akhirnya memberanikan diri menatap Elvan. Tatapan mereka pun bertemu bersamaan dengan keheningan itu. "Mas, kayaknya aku harus pergi sekarang...." Alfiya melirik jam ditangannya. Ada seseorang yang sedang menunggunya saat ini.

Tak ingin berada didalam kamar tersebut terlalu lama, Alfiya pun lantas bergegas keluar. Pintu pun akhirnya ia tutup rapat dari luar. Deg! Kenapa ekspresi Elvan begitu aneh? Tadi dia tidak melakukan kesalahan bukan?

Alfiya menggeleng pelan, sepertinya ia hanya salah sangka saja.

*

*

*

*

Mas Elvan, Ges ^_^

Happy Reading

Jangan Lupa ya

>Like

>Vote

>Komen

Terpopuler

Comments

Ika Vika

Ika Vika

fiya jdi perempuan kok gitu ya sikapnya. nnti cinta sama suaminya baru tau rasa dia😒

2021-12-27

0

Zaniar Niar

Zaniar Niar

pantasan ibk nya alfita marah terus sm alfiya...suka tak nurut

2021-04-18

0

Maulina Kasih

Maulina Kasih

kesel liat tingkah alfiya

2021-04-09

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog + Visual
2 Kejadian Memilukan
3 Merasa Bersalah
4 Tatapan Kebencian
5 Bawa Aku Kemana pun
6 Dia Memanggilku Bunda?
7 Ingin Menikahkan
8 Tawaran Menikah
9 Aku Hanya Ingin Menikah Denganmu
10 Dengan Syarat
11 Memulai Sandiwara
12 Hari Pernikahan
13 Kenapa Dia Menatapku Dengan Aneh
14 Apakah Aku Ibu Yang Kejam?
15 Ingin Segera Mengakhiri Kebohongan Ini
16 Aku Ingin Kita Pisah
17 Aku Harus Bagaimana
18 Tersipu
19 Terbuai
20 Berdesir
21 Kamu Tidak Berhak Atas Aku!
22 Aku Takut Menghadapi Ini Tanpamu
23 Semoga Kebohongan Ini Cepat Berakhir
24 Mulai Ragu
25 Bagaimana Nasib Anakku Nanti?
26 Aku Hanya Ingin Memastikan
27 Izinkan Aku Menjadi Ibu Yang Baik
28 Menangislah Dipelukanku
29 Cara Menjadi Istri Yang Baik!?
30 Dia Harus Mencicipi Masakanku
31 Dia Menungguku Pulang
32 Jantung Yang Mendadak Terpompa
33 Kenapa Gadis Ini Menciumku?!
34 Tidak Terkendali
35 Janji Suci Dan Sakral
36 Keinginan Untuk Tidak Bercerai
37 Wanita Paling Sempurna Dimatanya
38 Jelaskan, Menurut Kamu Aku Harus Bagaimana?
39 Merasa Dirinya Gila
40 Jangan Melihatku Seperti Itu
41 Kalau Aku Lepas Kendali, Aku Tidak Akan Melepaskan Kamu
42 Nafkah Batin Darimu
43 Apa Kamu Masih Mencintai Laki-laki Itu?!
44 Selingkuh?! Dipermainkan?!
45 Dia Adalah Istrinya
46 Terimakasih Sudah Mencintaiku
47 Aku Mau Liburan
48 Memberitahu Publik Tentang Pernikahan
49 Belanja Untuk Honey Moon
50 Perasaan Yang Tak Sama
51 Sebal! Kesal!
52 Kenapa Kamu Mencintaiku?
53 Honey Moon
54 Honey Moon 1
55 Honey Moon 2
56 Terbongkar (End)
57 Season 2 [Ketakutan Elvan]
58 Season 2 [Jenny: Tolong temui Joe! ]
59 Season 2 [ Alfiya: Mas, kamu mencintai aku kan? ]
60 Season 2 [Darah! ]
61 Season 2 [Tidak Ingin Ditemui]
62 Season 2 [Tidak Akan Melepaskan]
63 Season 2 [POV Alfiya 1]
64 Season 2 [Elvan mengakuinya]
65 Season 2 [Pengakuan ]
66 Season 2 [Rian: Dia masih berani menemui mbak Fiya?]
67 Season 2 [Ibu Ernika : Ibuk sangat menyayangi kamu]
68 Season 2 [Elvan : Benarkah dia sedang mengintip?]
69 Season 2 [Elvan menemui Joe]
70 Season 2 [ Joe: Beri aku alasan]
71 Season 2 [Alfiya: Aku Seorang Ibu Joe]
72 Season 2 [Elvan takut lagi]
73 Flashback 1 [Mbak Gita Kenapa? ]
74 Flashback 2 [Aduan Anggita]
75 Flashback 3 [Alfiya: Joe Aku Mau Jadi Pacar Kamu]
76 Flashback 4 [Alfiya Memperkenalkan Pacar]
77 FLASHBACK SELESAI
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Prolog + Visual
2
Kejadian Memilukan
3
Merasa Bersalah
4
Tatapan Kebencian
5
Bawa Aku Kemana pun
6
Dia Memanggilku Bunda?
7
Ingin Menikahkan
8
Tawaran Menikah
9
Aku Hanya Ingin Menikah Denganmu
10
Dengan Syarat
11
Memulai Sandiwara
12
Hari Pernikahan
13
Kenapa Dia Menatapku Dengan Aneh
14
Apakah Aku Ibu Yang Kejam?
15
Ingin Segera Mengakhiri Kebohongan Ini
16
Aku Ingin Kita Pisah
17
Aku Harus Bagaimana
18
Tersipu
19
Terbuai
20
Berdesir
21
Kamu Tidak Berhak Atas Aku!
22
Aku Takut Menghadapi Ini Tanpamu
23
Semoga Kebohongan Ini Cepat Berakhir
24
Mulai Ragu
25
Bagaimana Nasib Anakku Nanti?
26
Aku Hanya Ingin Memastikan
27
Izinkan Aku Menjadi Ibu Yang Baik
28
Menangislah Dipelukanku
29
Cara Menjadi Istri Yang Baik!?
30
Dia Harus Mencicipi Masakanku
31
Dia Menungguku Pulang
32
Jantung Yang Mendadak Terpompa
33
Kenapa Gadis Ini Menciumku?!
34
Tidak Terkendali
35
Janji Suci Dan Sakral
36
Keinginan Untuk Tidak Bercerai
37
Wanita Paling Sempurna Dimatanya
38
Jelaskan, Menurut Kamu Aku Harus Bagaimana?
39
Merasa Dirinya Gila
40
Jangan Melihatku Seperti Itu
41
Kalau Aku Lepas Kendali, Aku Tidak Akan Melepaskan Kamu
42
Nafkah Batin Darimu
43
Apa Kamu Masih Mencintai Laki-laki Itu?!
44
Selingkuh?! Dipermainkan?!
45
Dia Adalah Istrinya
46
Terimakasih Sudah Mencintaiku
47
Aku Mau Liburan
48
Memberitahu Publik Tentang Pernikahan
49
Belanja Untuk Honey Moon
50
Perasaan Yang Tak Sama
51
Sebal! Kesal!
52
Kenapa Kamu Mencintaiku?
53
Honey Moon
54
Honey Moon 1
55
Honey Moon 2
56
Terbongkar (End)
57
Season 2 [Ketakutan Elvan]
58
Season 2 [Jenny: Tolong temui Joe! ]
59
Season 2 [ Alfiya: Mas, kamu mencintai aku kan? ]
60
Season 2 [Darah! ]
61
Season 2 [Tidak Ingin Ditemui]
62
Season 2 [Tidak Akan Melepaskan]
63
Season 2 [POV Alfiya 1]
64
Season 2 [Elvan mengakuinya]
65
Season 2 [Pengakuan ]
66
Season 2 [Rian: Dia masih berani menemui mbak Fiya?]
67
Season 2 [Ibu Ernika : Ibuk sangat menyayangi kamu]
68
Season 2 [Elvan : Benarkah dia sedang mengintip?]
69
Season 2 [Elvan menemui Joe]
70
Season 2 [ Joe: Beri aku alasan]
71
Season 2 [Alfiya: Aku Seorang Ibu Joe]
72
Season 2 [Elvan takut lagi]
73
Flashback 1 [Mbak Gita Kenapa? ]
74
Flashback 2 [Aduan Anggita]
75
Flashback 3 [Alfiya: Joe Aku Mau Jadi Pacar Kamu]
76
Flashback 4 [Alfiya Memperkenalkan Pacar]
77
FLASHBACK SELESAI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!