****
Perasaan tidak enak terus Alfiya rasakan saat itu. Sedari tadi Joe yang mengajaknya berbicara tidak ia hiraukan. Gadis itu pikirannya malah melanglang buana entah kemana. Perasaan tidak nyaman terus menerpanya seakan suatu pertanda atas sebuah peristiwa yang tidak ia kira.
Kali ini jus anggur kedua setelah satu gelas sebelumnya pecah, kali ini jus itu terus ia aduk-aduk tanpa ia minum sedari tadi. Entahlah dia benar-benar tidak bersemangat saat ini, moodnya mendadak buruk padahal tengah ada Joe bersamanya saat itu, seperti ada sesuatu yang terus mengganjal dalam hatinya. Pikirannya terus terarah pada Anggian.
"Fi...."
Alfiya masih terdiam oleh panggilan Joe.
"Fiya...." Joe sedikit meninggikan suaranya agar Alfiya mendengar.
Joe mendesah berat karena Alfiya masih belum menggubrisnya. "Sayang...."
"Afiya...." Joe akhirnya menepuk bahu Alfiya.
Ha?
Gadis itu tersadar dan menoleh kearah sang pacar dengan raut wajah kebingungan. Ia mengerjap beberapa kali, kesadaran akan Joe ada dihadapannya baru ia dapatkan. Kemana pikirannya tadi? Maksudnya entah kenapa ia malah tidak fokus saat bersmaa Joe? Padahal sedari tadi dia sangat ingin bertemu dengan pacarnya itu.
"Fi, kamu mikirin apa sih?" Tanya Joe.
Alfiya menggeleng. "Kayaknya aku cuma pusing karena mau datang bulan."
Joe mengelus kepala Alfiya pelan. "Kamu mau sesuatu? Em?"
Alfiya menghela nafas pelan, ada perasaan asing nan aneh yang merasuk dalam hatinya. Tubuhnya tiba-tiba gemetar dengan keringat dingin yang mulai merembes dari dalam pori-porinya.
"Joe...."
"Kenapa sayang?" Sahut Joe.
"Aku mau pulang, anterin aku pulang ya."
"Kok buru-buru amat? Biasanya kamu betah lama-lama sama aku. Fi?"
Alfiya bungkam, entah kenapa perasaan aneh itu terus merasuk kedalam hatinya. "Joe anterin aku pulang sekarang, aku mohon." pintanya.
"Fi, kita baru ketemu." Protes Joe.
"Tapi...."
"Alfiya, kemarin kita udah gak ketemu." ujarnya tersengal. "Sekarang aku tanya, kemarin kamu sebenarnya kemana? Kamu gak kasih alasan apapun. Bahkan kamu rela gak masuk kuliah."
Deg!
Alfiya mendadak gelagapan. Tidak mungkin ia mengatakan kalau dirinya melakukan hal yang sangat tidak mungkin ia ceritakan. Jangan sampai Joe tahu apa sebenarnya yang terjadi.
"Fi?"
"I-iya...."
"Kamu kenapa sih melamun terus?" Joe mendengus kesal. Masalahnya saat ini Alfiya terus memperlihatkan raut wajah berbeda saat bersamanya. Mana mata yang terus berbinar-binar kala menatapnya itu sekarang?
"Itu.... Joe, kan tadi aku sudah bilang kalau mungkin aku mau datang bulan."
Joe kemudian menatap pacarnya itu dengan serius. "Aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Ini tentang hubungan kita, Fi."
Lagaknya Alfiya tertarik dengan pembahasan ini. Tentang hubungan mereka? Terang saja Alfiya langsung menegakkan tubuhnya bersiap untuk menerima kelanjutan dari ucapan Joe.
Joe tampak merogoh saku celananya, sebelah pergelangan yang mengeluarkan kotak kecil itu lalu bergerak ke atas meja membuat mata Alfiya membelalak mengikutinya.
"Fi...."
"Iya Joe...."
"Aku nggak mau tunangan sama kamu."
Ha? Alfiya tersentak kaget mendengar ucapan itu. "Ma-maksud kamu? Kamu gak mau tunangan sama aku?! Kamu mau kita putus?!"
Joe lantas menyunggingkan senyum tipis diwajahnya. "Kamu, gak lihat ini apa?" Joe menunjuk kotak kecil ditangannya itu dengan pandangan mata.
Alfiya semakin tidak mengerti. "Tunggu! Tunggu!" Alfiya mengayunkan kedua tangannya kearah telinga, menandakan kalau gadis itu benar-benar tidak paham apa yang dimaksud oleh sang pacar.
"Maksud kamu apa sih Joe?! Kamu sendiri kan yang bilang, setelah wisuda kita akan tunangan!! Terus sekarang kamu bilang kamu gak mau tunangan sama aku?! Joe!" tatapan Alfiya menyentak sang pacar yang saat itu malah tersenyum melihatnya. "Hubungan kita sudah hampir tujuh tahun! Terus apa hubungannya dengan kotak ini?"
Laki-laki berwajah mulus dengan kulit sedikit kecoklatan itu tersenyum. "Iya, aku gak mau tunangan sama kamu."
Lantas Alfiya pun mencebik kesal. "Kamu nyebelin! Kamu ingkar janji Joe!!" sentak Alfiya. "Mana janji kamu yang bilang akan selalu bersama aku, kamu bilang akan selalu ada disamping aku, mana?!"
Melihat aksi merajuk Alfiya, lantas Joe pun meraih tangan lembut gadis itu dan menggenggamnya kuat. Sebelah tangannya kemudian membuka kotak kecil tersebut, sebuah cincin yang berkilauan terpampang indah dari sana.
"Setelah lulus kuliah, aku mau langsung nikah sama kamu. Aku sudah bilang sama Mama, Papa aku, dan mereka setuju." ujar Joe berbinar.
Ha? Alfiya semakin terperangah. Joe ingin langsung menikah setelah mereka wisuda?
"Joe, ini aku nggak lagi mimpi kan?!"
Joe mengangguk pelan seraya tersenyum yakin. "Kamu mau kan, Fi? Dua bulan lagi aku akan bawa orang tua aku buat melamar kamu. Lalu setelah itu, tiga bulan kemudian kita menikah. Fi, gimana?"
Deg! Deg! Jantung Alfiya seketika berdegub kencang. Ia ingat sesuatu, saat ini dirinya sedang terikat pernikahan dengan Elvan! Bagaimana ini? Dia terikat pernikahan selama satu tahun.
Ia rasa akan sulit jika Joe akan melakukan lamaran dua bulan kedepan. Bagaimana ia memberi tahu bapak dan ibuk tentang semua ini?
"Joe, kamu yakin kita akan menikah dalam waktu secepat itu?"
"Aku yakin Fi, sudah tujuh tahun kita berhubungan dan aku rasa kita nggak butuh waktu lebih lama lagi buat memulai pernikahan. Tenang aja, semuanya biar aku yang urus. Yang terpenting sebentar lagi kamu akan segera menjadi nyonya dari, Joeshua Mahendrata." Joe menggenggam telapak tangan Alfiya semakin erat.
Ya tuhan, bagaimana ini? Ingat akan pernikahannya dengan Elvan sepertinya Alfiya harus mengurus hal ini secepatnya.
****
Alfiya menuruni taksi online yang ia pesan tepat didepan gang rumah. Wanita itu kemudian berjalan cepat dijalan yang lumayan sempit dan gelap. Tak berapa lama sebuah mobil berwarna putih terlihat dari kejauhan.
Sinar lampunya tampak menyilaukan namun tampaknya Alfiya lagaknya mengenal mobil yang kemudian berhenti tepat disampingnya.
"Mas Elvan!" serunya saat kaca jendela mobil terbuka. "Mas dari mana?!"
Beberapa saat kemudian, Alfiya telah masuk kedalam mobil untuk menuju rumah.Ia memeluk erat Anggian yang saat itu telah terlelap. Ia menatap luka yang dibalut perban itu dengan perasaan tidak tega. Pantas saja perasaannya sedari tadi tidak enak, ternyata ini penyebabanya.
Saat itu Alfiya telah berada dalam mobil.
"Tadi dia jatuh dari ranjang." Jenny yang duduk disamping Alfiya menjelaskan.
"Dokter bilang dia hanya syok saja. Luka dikeningnya tidak terlalu parah." Jenny kembali berujar.
Alfiya tidak menggubris perkataan tersebut, ia terus saja memeluk Anggian dengan erat. Perasaan bersalah seketika merasuk ke dalam hatinya. Ia tidak mengerti bersalah karena apa, yang jelas denyut jantung itu menjelaskan apa yang ia rasakan saat ini. Pantas saja sedari tadi perasaannya tidak enak.
"Oh iya, kamu malam-malam kesini ada keperluan apa?" Merasa pertanyaannya terlalu spontan Jenny berdehem pelan. "Maksudnya, kamu nggak ikut pindah kerumah Elvan, kan?" kali ini melontarkan sedikit candaan.
Alfiya tersenyum menanggapi itu. "Aku kesini mau ketemu Anggian, aku kesini karena mau lihat keponakan aku." lirihnya pelan.
Jenny pun mengangguk sembari menoleh kearah Elvan yang tengah menyetir mobil. "Sepertinya Gian butuh figur ibu, kamu belum ada niatan untuk mencari ibu baru buat Gian, El?" celetuknya kemudian.
Entah perasaannya saja atau apa, tiba-tiba Alfiya merasa kalau Jenny mulai menatapnya dengan curiga.
"Hubungan kamu dan Joe, baik-baik saja kan?" tanya Jenny menelisik.
"Hm...." jawab Alfiya kaku. Wanita disampingnya ini terlalu banyak tanya rupanya.
Jenny mangut. "Aku harap, kamu terus menjaga hubungan baik dengan Joe. Walau mungkin banyak rintangan dengan hubungan kalian."
Alfiya bungkam enggan menjawab ucapan itu. Tapi, mengingat tentang Joe, Alfiya sepertinya harus segera mengatakan perihal tadi kepada Elvan . Ia ingin agar semua ini harus segera ia selesaikan. Menatap Elvan yang tengah serius menyetir mobil, ia harap sesegera mungkin dapat menyelesaikan semua hal yang salah ini.
Benar!
Semuanya salah, semua ini tidak benar. Dia dan Elvan harus segera berpisah. Pernikahan mereka adalah suatu kebohongan, dan harus segera diakhiri sebelum Joe membawa keluarganya untuk datang melamar dirinya.
*
*
*
*
Happy Reading!
Like, Vote dan Komen ya ges!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Lina Angelita
thor yg bener tuh namanya Elvan atau Alvian sih pusing aku tuh bacanya
2020-10-30
5
🌹Lia Baskoro🌹
cerita yg menarik..
2020-07-14
3
whitepeony
up terus dong thor maafkan aku ya thor maksa kamu up terus habisnya bagus thor gak sabar akunya
2020-07-10
2