Hai.... ges, ges, ges!! Jangan lupa Like, Vote dan Komen oke! 😉
****
Suasana masih tegang, iya bagaimana mungkin Alfiya akan menuruti permintaan Anggian untuk tidur bertiga bersama ayahnya. Itu adalah sesuatu yang tidak mungkin bisa ia kabulkan. Maksudnya bagaimana bisa dia tidur satu kamar dengan kakak iparnya sendiri. Dia akan tidur sekamar dengan Elvan?!
Sembari mengelus kepala Anggian pelan, Alfiya kemudian mencoba memberi pengertian. "Gian, onty gak bisa tidur sama ayahnya Gian." Alfiya kemudian menggeleng. "Nggak boleh, onty gak boleh bobok sama ayahnya Gian."
Mendengarkan penolakan dari Alfiya lagi-lagi Anggian menggeleng tidak setuju, ia terus ingin dituruti keinginannya. "Atu mau tidul beltiga...."
Melihat hal yang tersebut, Elvan langsung meraih putranya dari gendongan Alfiya. Memang benar, bagaimana mungkin dirinya akan ridur satu kamar dengan adik iparnya sendiri.
"Atu gak mau sama ayah, atu mau sama bunda." anek itu menjerit saat tubuhnya beralih kepelukan ayahnya.
"Gian, gak boleh. Ayah gak boleh tidur sama onty." Ucap Alvian tegas. Pria berkacamata itu pun langsung membawa sang anak masuk kedalam kamar sementara Anggian terus masih merengek-rengek.
"Susul!"
Alfiya menoleh menatap ibu. "Maksud ibuk?"
"Kamu turuti apa maunya Gian." ujar ibu menatap lurus kearah kamar Elvan.
"Nggak mungkin, buk." Sahut Alfiya cepat.
Ibu melotot tajam. "Dia kehilangan ibunya karena satu alasannya akibat kesalahan kamu, jadi apa salahnya sekarang kamu membayar itu. Hanya menidurkan Gian sebentar, nggak ada masalah bukan."
"Buk...." lirih Alfiya.
"Jadi kamu menolak?" tanya ibu menegang.
Raut wajah Alfiya semakin nampak tertekan oleh ucapan ibu Ernika. "Tapi...."
Ibu lalu mendekat. "Kamu lihat, akibat ulah kamu. Elvan jadi kesusahan, dan sekarang dia harus mengurus ananknya seorang diri. Susul dia sekarang!" perintah ibu kembali
Entah kenapa, saat ini rasanya Alfiya ingin menghilang saja. Astaga! Bertambah lagi hal yang membuat kepalanya pusing.
"Susul Alvian sekarang!! Jangan membantah!! Bantu dia untuk membuat anaknya tenang, setidaknya kamu harus melakukan itu untuk menebus kesalahan kamu terhadap istrinya."
Dan pada akhirnya gadis itu pun mengalah, kakinya melangkah menuju kamar Elvan dan Anggian.
Alfiya pun sampai didepan kamar. Pintu kamar itu masih terbuka dan Alfiya masih dapat mendengar tangis Anggian dari dalam sana. Dan disaat Alfiya melangkah, Elvan yang jendak menutup pintu kamar pun tercekat.
"Mas...." ujar Alfiya.
Elvan kemudian membuka pintu kamar dengan lebar. "Fi, kamu kenapa kesini?"
Alfiya mengerjap kaku, ia menunduk sejenak tidak yakin akan melakukan ini. Namun, tangis Anggian yang semakin keras terdengar ditelingannya membuat ia merasa iba dan memberanikan diri untuk menyampaikan maksudnya. "Anggian, aku mau bantu tenangin dia."
Tatapan mereka kemudian saling mengunci untuk sesaat.
"Boleh?" tanya Alfiya lagi.
"Kamu yakin?"
"Iya mas." jawab gadis itu singkat.
Elvan kemudian mangut dan membiarkan Alfiya masuk kedalam kamarnya. Gadis itu kemudian mendekati Anggian dan mendudukan dirinya diatas ranjang lalu mendekap Anggian erat, hingga akhrinya bocah gembul itu pun berhenti menangis.
"Ayo tidur sayang...." ucapnya pada Anggian yang sudah tenang dipelukannya.
Alfiya mengelus-elus punggung Anggian, persis seperti yang selalu dilakukan oleh mendiang kakaknya ketika masih hidup. Gadis itu juga menyanyikan lagu kesukaan Anggian. Hingga tak perlu waktu lama akhirnya anak menggemaskan itu pun tertidur lelap dipelukan Alfiya.
Sementara itu, Elvan yang menunggu diluar kamar hanya bisa melihat pemandangan itu dengan perasaan tidak menentu. Rasanya ia seperti melihat sosok Anggita dalam diri Alfiya.
Ia memperhatikan Alfiya cukup lama, hingga Elvan pun tersadar. Gadis itu bukan istrinya. Astaga apa yang baru saja ia pikirkan.
Laki-laki itu lalu bersender didinding dekat jendela. Ia menengadah, sungguh ia sangat merindukan Anggita saat ini. Elvan benar-benar merindukan sosok istrinya itu.
"Aku rindu kamu Git...." Lirihnya pelan. Elvan pun kemudian menundukkan kepala pilu. "Aku dan anak kita merindukan kamu sayang.... sangat, sangat rindu kamu." hingga mata yang menatap itu pun akhirnya mengerjap pelan.
****
Hari terus berganti, sudah sekitar satu minggu lebih Alfiya tidur bersama Gian. Maksudnya adalah ia terpaksa menidurkan anak itu sementara dirinya dan Elvan ada disisinya. Mau bagaimana lagi anak itu terus-terusan menangis jika ia tidak menuruti permintaannya, yaitu tidur bertiga.
"Gian, sudah tidur. Aku keluar ya mas." Izin Alfiya pada Elvan.
"Iya, terimakasih." sahutnya.
Alfiya mengangguk. "Iya, sama-sama." Beringsut dari ranjang, Alfiya pun langsung bergegas keluar dari kamar yang pintunya memang tidak mereka kunci.
Begitulah rutinitas mereka, Alfiya hanya akan menemani Anggian hanya sampai keponakannya itu tertidur. Selebihnya dia akan keluar dari kamar segera karena pastinya akan merasa canggung dengan sang kakak ipar.
Entahlah Alfiya tidak tahu sampai kapan dia akan melakukan ini. Rasanya benar-benar membingungkan, apalagi Elvan menjadi sosok yang lebih banyak diam saat ini.
Selain itu dirinya juga merasa tidak enak jika terus-terusan melakukan ini. Mereka bukanlah suami istri yang sah, bukan. Sangat aneh, ia menidurkan keponakan bersama kakak iparnya sendiri.
****
Saat itu diruang keluarga, Bapak dan ibu terlihat sedang melakukan pembahasan serius. Terlihat wajah mereka saling bersitegang.
"Ibu ingin agar Elvan menikah dengan Alfiya." ujar ibu pada sang suami.
"Bagaimana bisa buk!" Bapak terlihat frustasi menanggapi ucapan istrinya.
Sementara itu ibu yang duduk dikursi terlihat tidak terima dengan reaksi yang ditunjukkan oleh bapak. "Bisa pak, nggak ada larangannya." jelas ibu kemudian.
"Bapak nggak setuju." balas Bapak tegas.
"Apa salahnya si pak, kalau kita menikahkan Alfiya dengan Elvan. Gian butuh figur ibu."
Bapak memijat kepalanya yang terasa pusing dengan kening mengkerut. "Ibuk jangan aneh-aneh, pikirkan perasaan mereka. Bagaimana bisa kita menikahkan Alfiya dengan Elvan."
"Bapak lihat sendiri, kan...." Ibu menggantung ucapannya sejenak. "Gian sudah menganggap Fiya sebagai bundanya. Bahkan sudah lebih satu minggu ini Gian selalu ingin agar Fiya menemaninya tidur."
"Tapi buk...." Bapak masih berusaha memprotes. "Bapak hanya tidak mau mereka menikah karena terpaksa. Kita tidak tahu nanti apa yang akan terjadi dengan pernikahan mereka. Orang yang saling jatuh cinta saja bisa ada masalah, apalagi orang yang dinikahkan oleh paksaan buk."
Ibu pun langsung menjawab cepat. "Pak, ayolah.... mari kita nikahkan mereka berdua." ibu berucap penuh permohonan. "Elvan adalah menantu kita yang baik, pak. Tidak ada hal yang bisa membuat bapak menolaknya bukan. Mari kita nikahkan mereka. Ibu mohon...."
Bapak pun terdiam untuk beberapa saat. Ia tatap dalam-dalam wajah istrinya yang menampakkan raut wajah penuh harap.
"Pak...." Ibu meraih tangan suaminya dan menggenggam erat. "Ibu mohon, ibu tidak ingin kehilangan Elvan sebagai menantu. Dia sangat baik pak. Dia menantu kita yang baik, mari kita nikahkan dia dengan Alfiya."
Tarikan nafas bapak terdengar kuat. Ia tidak menyangkan istrinya benar-benar serius ingin menikahkan Alfiya dengan Elvan.
"Bapak akan coba pikirkan ini dulu buk." Ujar bapak Akhirnya. "Kita harus bicarakan dulu dengan mereka."
"Dan, ibuk harap mereka berdua akan menyetujui ini." sahut ibuk.
"Mudah-mudahan, bapak juga berharap." ucap bapak tidak yakin.
Laki-laki paruh baya itu tidak yakin jika semua ini akan berhasil. Yang bapak tahu adalah penghalang terbesarnya, Alfiya saat ini tengah menjalin hubungan dengan orang lain. Ia rasa ini benar-benar akan sulit.
*
*
*
*
Happy Reading!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Noorhied
issh turun ranjang di dunia nyata banyak terjadi,
2021-08-23
1
Kusuma Dewie
aku ikutin cerita nya seru
2021-04-19
0
Maulina Kasih
ini critanya elvan 1 rmh sm mertuanya ya
2021-04-09
0