Kejadian Memilukan

****

Saat itu pukul tiga sore, hari ini keluarga besar dari bapak Imran sedang merayakan ulang tahun, Anggian yang ketiga. Sekaligus juga ulang tahun pernikahan Anggita dan Elvan. Mereka mengundang kerabat juga tak lupa anak-anak yatim piatu dari panti asuhan, sahabat dan para tetangga.

Alfiya tampak mengelilingi halaman, menyapa anak-anak tetangga dan panti asuhan yang ada disana. Alfiya memang sangat suka anak-anak. Menurutnya anak-anak itu sangat lucu dan menggemaskan. Oleh sikapnya yang seperti inilah, aura keibuannya pun sudah terpancar.

"Fiya...." Terdengar suara memanggil dari kejauhan, dimana kerumunan ibu-ibu tetangga sebelah sedang berbincang-bincang.

"Iya buk...." Sahutnya kemudian. Anak kecil yang ada dalam gendongannya itu segera ia turunkan.

"Kamu turun dulu ya cantik, onty mau kesana dulu." Setelah menurunkan anak kecil itu ia pun bergegas menghampiri ibu Ernika.

"Ada apa buk?" Tanya Alfiya saat sampai didekat sanga ibu.

"Cariin Anggian gih. Kamu suapin dia makan dulu. Dari tadi dia belum makan, ibuk sama mbak kamu terlalu sibuk, jadi kelupaan buat kasih Gian makan." Perintah Ibu.

"Emang Anggian dimana?" Alfiya menautkan kedua alisnya.

Lantas ibu pun melotot. "Kalau ibu tau, ibu nggak akan menyuruh kamu buat cari!"

Melihat raut galak ibunya Alfiya pun mangut. "Iya deh buk, Alfiya akan cari." gadia itu lalu manyun. Ia lantas bergegas pergi mencari Anggian.

Berjalan menyusuri halaman dan melewati orang-orang untuk mencari sang keponakan lalu langkah kaki Alfiya pun terhenti. Penampakan sosok laki-laki berjaket hitam yang tengah memegang helm hitam mengkilap menarik perhatian Alfiya. Laki-laki jangkung yang tengah berdiri disisi pagar rumah diantara kerumunan orang yang baru datang itu terlihat melambaikan tangan

"Joe!" Seru gadis itu.

Itu pacarnya!

Alfiya menutup mulutnya kegirangan, maka dengan cepat ia pun melangkah berlari melewati orang-orang menuju sang pacar yang tengah tersenyum sumringah terhadapnya.

"Aaaa...." Alfiya terlihat menahan diri, karena sesungguhnya ia sangat ingin memeluk Joe, namun ia tahan karena ada banyak orang disana.

"Pergi sekarang yuk." Ajak joe meraih telapak tangan halus Alfiya sembari menuntunnya untuk keluar dari halaman rumahnya.

Alfiya menahan diri sejenak untuk mengikuti Joe. "Aku izin dulu ya sama ibuk." sorot matanya memohon.

Lalu Joe mendelik. "Emang bakalan diizinin?" ia melebarkan matanya dengan sorot mata tidak yakin.

Alfiya lalu terdiam. Seperti pengalaman yang lalu-lalu, ibu pasti akan melarang keras kalau ia pergi bersama Joe.

Gadis itu lalu menghela nafas. "Nggak sih kayaknya." Iya lalu menoleh kebelakang menatap ibu yang tengah sibuk menyapa ramah orang-orang.

"Soalnya lagi sibuk banget sekarang." suara Alfiya mengecil karena tidak yakin.

"Ya, udah. Kabur aja." Joe menautkan kedua alisnya tersenyum.

Terlihat ragu sejenak sembari menatap wajah tampan sanga pacar, lalu Alfiya pun mengangguk setuju.Ia pun lantas pergi meninggalkan kesibukkan yang tengah terjadi dirumahnya. Ia sampai melupakan sesuatu, kalau tadi rupanya sang ibu menyuruh untuk mencari Anggian.

Akhirnya diiringi mesin motor yang menderu, setelah pengangan erat Alfiya pada Joe motor itu pun melaju.

****

Disatu sisi, Anggita juga tak kalah sibuk.

"Ah, iya. Terimakasih sudah datang." Begitulah senyuman ramah dari bibir Anggita menyambut tamu-tamu yang berdatangan.

Tak berapa lama Anggita mendengar dering telepon dari ponselnya. Maka segeralah dia jawab panggilan yang rupanya dari belahan jiwanya tersebut.

"Halo! Baru mau mulai, yah. Iya, aku tunggu. Hati-hati ya sayang." Begitulah ia menyapa sang suami melalui ponsel.

Anggita menutup panggilan tersebut dengan hati berbunga-bunga. Sebentar lagi suaminya akan pulang untuk bergabung dengan mereka. Suaminya sangat sibuk dan tentu saja Anggita memahami itu. Untungnya hari ini sang suami mau meluangkan waktu untuk sejenak.

"Gita...."

Terdengar ibu memanggil ditengah kebisingan itu.

"Iya buk." Anggita menyahuti ibu yang mendekat.

Perempuan satu anak itu masih menyambut tamu yang datang. "Terimakasih mbak udah datang."

"Gian mana?" Ibu mendekati Anggita. "Tadi ibu menyuruh Fiya buat nyariin Gian. Sekarang kemana anak itu?" ujar ibu sedikit kesal.

Anggita tersentak. "Eh, Gian nggak kelihatan ya buk?" Ia pun melotot khawatir.

"Coba deh, kamu cariin." Saran ibu khawatir. "Duh, si Fiya ini kemana sih. Orang lagi sibuk begini malah menghilang." Ibu ngedumel dengan nafas memburu.

****

Lalu, saat itu Anggian kecil tengah berjalan diantara kerumunan tubuh tinggi yang ia lewati. Anak menggemaskan itu tengah melangkah menyusuri jalanan sesuai arahnya.

Mungkin tidak ada yang menyadari bahwa Anggian kecil tengah bahagia atas kebebasannya. Dia yang biasanya hanya ada dalam pengawasan atau gendongan kini bisa bebas kemana saja melangkahkan kaki.

Suara mobil es krim tiba-tiba menarik perhatian Anggian. Sosok mungil itu melangkah dengan cepat, tertawa kegirangan mendengar suara yang begitu mengasikkan ditelingannya menuju luar pagar. Melewati gang menuju jalananan besar yang penuh hiruk pikuk lalu lalang kendaraan, yang semakin jauh dari rumah. Sepertinya orang-orang juga terlalu sibuk sehingga tidak menyadari langkah kecilnya yang semakin jauh.

****

"Duh, dimana sih?" Anggita mulai tidak tenang, Anggian tidak ditemukan didalam rumah atau pun dihalaman. Dia sudah mencari kemana pun.

"Gimana ketemu?" Tanya ibu.

Anggita ngos-ngosan. "Enggak ada buk." sahutnya menyentuh kepala semakin cemas. "Apa mungkin dibawa keluar sama Fiya, ya?" Terkanya.

"Itu dia, tadi ibu suruh si Fiya nyariin Gian." sahut ibu.

Tak berapa lama sosok remaja dengan seragam putih abu-abu menghampiri mereka. "Kenapa, mbak?" Begitulah pertanyaan Rian yang baru pulang sekolah saat melihat raut kegundahan kakak iparnya.

"Mbak lagi nyariin Gian, kamu lihat nggak?" tanya raut khwatir Anggita dengan wajah yang hampir memucat.

"Nggak sih, cuman tadi aku lihat mbak Fiya pergi sama Joe." jelas Rian lagi.

"Fiya pergi sama pacarnya!?" ibu bertanya penuh keterkejutan.

Lalu Anggita menyambar. "Dia nggak bawa Gian?"

"Enggak. Mereka cuma boncengan berdua." Sahut Rian.

"Ya, tuhaaan.... kemana kamu nak...." Anggita langsung berlari sembari mengarahkan pandangannya kesegala arah. Ia semakin was-was tak kala sang putra tidak ditemukan batang hidungnya.

Tak sebuah musik yang sedang diputar berhenti menyala, berganti dengan suara mic yang menggema. "Ada yang lihat Gian nggak, anaknya mbak Gita."

Mendadak suasana sunyi sejenak.

"Anak kecil yang ada digambar itu ada yang lihat nggak?" Tanya Rian lagi menunjuk gambar Gian yang terpampang dengan tulisan Happy Birthday Gian.

Semua tamu riuh. Mereka satu persatu mencoba mengenali anak laki-laki seumuran Gian. Sebagian lagi ada yang berusaha mencari disekitaran rumah.

"Ada nggak yang lihat?" Mic itu bersuara lagi.

Mereka menggeleng, melambaikan tangan tidak tahu, ada juga yang menjawab berteriak tidak melihat. Anggita semakin panik. Maka segera ia berlari menuju luar pagar. Lehernya terasa kering, rasa cemasnya semakin menjadi.

"Aduh Nak, kamu dimana sayang." Anggita terus menyusuri jalan dengan cepat. Berlari diantara lalu lalang orang-orang yang akan menuju rumahnya.

Lalu beberapa saat kemudian maka mata yang tadi meras cemas itu tiba-tiba tersenyum sumringah. Ia melihat Gian tengah menangis meronta digendong oleh ibu-ibu pemilik warung dipinggir gang itu.

Anggita pun berlari cepat. "Anak saya buk." ujarnya ngos-ngosan.

"Ya ampun buk, untung saya lihat. Tadi dia udah ditengah jalan situ. Untung aja disana lagi lampu merah." Ujar ibu-ibu berdaster itu. "Lain kali anaknya dijaga buk, giman kalau terjadi apa-apa."

Anggita tersenyum cemas karena merasa bersalah. Ini memang salahnya karena tidak memperhatikan sang anak. Ia pun kemudian mengucap terima kasih sebanyak-banyaknya.

"Mama cepatu, cepatu." Anggian merengek.

"Oh, sepatu kamu." Anggita memperhatikan sepatu Anggian yang memang terlepas berada disisi jalan. "Bentar ya, Mama ambilin. Buk titip bentar ya." Menurunkan Gian dan menitipkannya pada ibu tadi.

Anggita kemudian melangkah cepat menuju sepatu mungil berwarna putih yang tergolek diaspal. Dia tidak melihat kiri kanan. Hingga akhirnya suara teriakan kencang ibu-ibu pemilik warung pun menyentaknya bersamaan suara klakson mobil yang bersahut-sahutan.

Tiin.... tiin.... tiin....

"AWAS BUK!!" teriak pemilik warung.

Namun naas, tubuh itu pun terpental dengan kuat hingga terkapar, terkulai lemas dan tidak sadarkan diri. Darah pun mulai mengalir deras membuat semua yang melihat mendekat dan berkerumun histeris.

*

*

*

*

Happy Reading!

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Pantesan ibu nya gak suka sama Joe, Orang lagi sibuk2 nya,Eh dia malah ngajakin anak org jalan, ck..

2023-11-11

0

Bzaa

Bzaa

gak berani baca smpe bawah..

sehat dan sukses ya tor 😘

2022-11-30

0

Lea Octa

Lea Octa

ya ampun baru Awalan udh sedih gini

2021-06-30

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog + Visual
2 Kejadian Memilukan
3 Merasa Bersalah
4 Tatapan Kebencian
5 Bawa Aku Kemana pun
6 Dia Memanggilku Bunda?
7 Ingin Menikahkan
8 Tawaran Menikah
9 Aku Hanya Ingin Menikah Denganmu
10 Dengan Syarat
11 Memulai Sandiwara
12 Hari Pernikahan
13 Kenapa Dia Menatapku Dengan Aneh
14 Apakah Aku Ibu Yang Kejam?
15 Ingin Segera Mengakhiri Kebohongan Ini
16 Aku Ingin Kita Pisah
17 Aku Harus Bagaimana
18 Tersipu
19 Terbuai
20 Berdesir
21 Kamu Tidak Berhak Atas Aku!
22 Aku Takut Menghadapi Ini Tanpamu
23 Semoga Kebohongan Ini Cepat Berakhir
24 Mulai Ragu
25 Bagaimana Nasib Anakku Nanti?
26 Aku Hanya Ingin Memastikan
27 Izinkan Aku Menjadi Ibu Yang Baik
28 Menangislah Dipelukanku
29 Cara Menjadi Istri Yang Baik!?
30 Dia Harus Mencicipi Masakanku
31 Dia Menungguku Pulang
32 Jantung Yang Mendadak Terpompa
33 Kenapa Gadis Ini Menciumku?!
34 Tidak Terkendali
35 Janji Suci Dan Sakral
36 Keinginan Untuk Tidak Bercerai
37 Wanita Paling Sempurna Dimatanya
38 Jelaskan, Menurut Kamu Aku Harus Bagaimana?
39 Merasa Dirinya Gila
40 Jangan Melihatku Seperti Itu
41 Kalau Aku Lepas Kendali, Aku Tidak Akan Melepaskan Kamu
42 Nafkah Batin Darimu
43 Apa Kamu Masih Mencintai Laki-laki Itu?!
44 Selingkuh?! Dipermainkan?!
45 Dia Adalah Istrinya
46 Terimakasih Sudah Mencintaiku
47 Aku Mau Liburan
48 Memberitahu Publik Tentang Pernikahan
49 Belanja Untuk Honey Moon
50 Perasaan Yang Tak Sama
51 Sebal! Kesal!
52 Kenapa Kamu Mencintaiku?
53 Honey Moon
54 Honey Moon 1
55 Honey Moon 2
56 Terbongkar (End)
57 Season 2 [Ketakutan Elvan]
58 Season 2 [Jenny: Tolong temui Joe! ]
59 Season 2 [ Alfiya: Mas, kamu mencintai aku kan? ]
60 Season 2 [Darah! ]
61 Season 2 [Tidak Ingin Ditemui]
62 Season 2 [Tidak Akan Melepaskan]
63 Season 2 [POV Alfiya 1]
64 Season 2 [Elvan mengakuinya]
65 Season 2 [Pengakuan ]
66 Season 2 [Rian: Dia masih berani menemui mbak Fiya?]
67 Season 2 [Ibu Ernika : Ibuk sangat menyayangi kamu]
68 Season 2 [Elvan : Benarkah dia sedang mengintip?]
69 Season 2 [Elvan menemui Joe]
70 Season 2 [ Joe: Beri aku alasan]
71 Season 2 [Alfiya: Aku Seorang Ibu Joe]
72 Season 2 [Elvan takut lagi]
73 Flashback 1 [Mbak Gita Kenapa? ]
74 Flashback 2 [Aduan Anggita]
75 Flashback 3 [Alfiya: Joe Aku Mau Jadi Pacar Kamu]
76 Flashback 4 [Alfiya Memperkenalkan Pacar]
77 FLASHBACK SELESAI
Episodes

Updated 77 Episodes

1
Prolog + Visual
2
Kejadian Memilukan
3
Merasa Bersalah
4
Tatapan Kebencian
5
Bawa Aku Kemana pun
6
Dia Memanggilku Bunda?
7
Ingin Menikahkan
8
Tawaran Menikah
9
Aku Hanya Ingin Menikah Denganmu
10
Dengan Syarat
11
Memulai Sandiwara
12
Hari Pernikahan
13
Kenapa Dia Menatapku Dengan Aneh
14
Apakah Aku Ibu Yang Kejam?
15
Ingin Segera Mengakhiri Kebohongan Ini
16
Aku Ingin Kita Pisah
17
Aku Harus Bagaimana
18
Tersipu
19
Terbuai
20
Berdesir
21
Kamu Tidak Berhak Atas Aku!
22
Aku Takut Menghadapi Ini Tanpamu
23
Semoga Kebohongan Ini Cepat Berakhir
24
Mulai Ragu
25
Bagaimana Nasib Anakku Nanti?
26
Aku Hanya Ingin Memastikan
27
Izinkan Aku Menjadi Ibu Yang Baik
28
Menangislah Dipelukanku
29
Cara Menjadi Istri Yang Baik!?
30
Dia Harus Mencicipi Masakanku
31
Dia Menungguku Pulang
32
Jantung Yang Mendadak Terpompa
33
Kenapa Gadis Ini Menciumku?!
34
Tidak Terkendali
35
Janji Suci Dan Sakral
36
Keinginan Untuk Tidak Bercerai
37
Wanita Paling Sempurna Dimatanya
38
Jelaskan, Menurut Kamu Aku Harus Bagaimana?
39
Merasa Dirinya Gila
40
Jangan Melihatku Seperti Itu
41
Kalau Aku Lepas Kendali, Aku Tidak Akan Melepaskan Kamu
42
Nafkah Batin Darimu
43
Apa Kamu Masih Mencintai Laki-laki Itu?!
44
Selingkuh?! Dipermainkan?!
45
Dia Adalah Istrinya
46
Terimakasih Sudah Mencintaiku
47
Aku Mau Liburan
48
Memberitahu Publik Tentang Pernikahan
49
Belanja Untuk Honey Moon
50
Perasaan Yang Tak Sama
51
Sebal! Kesal!
52
Kenapa Kamu Mencintaiku?
53
Honey Moon
54
Honey Moon 1
55
Honey Moon 2
56
Terbongkar (End)
57
Season 2 [Ketakutan Elvan]
58
Season 2 [Jenny: Tolong temui Joe! ]
59
Season 2 [ Alfiya: Mas, kamu mencintai aku kan? ]
60
Season 2 [Darah! ]
61
Season 2 [Tidak Ingin Ditemui]
62
Season 2 [Tidak Akan Melepaskan]
63
Season 2 [POV Alfiya 1]
64
Season 2 [Elvan mengakuinya]
65
Season 2 [Pengakuan ]
66
Season 2 [Rian: Dia masih berani menemui mbak Fiya?]
67
Season 2 [Ibu Ernika : Ibuk sangat menyayangi kamu]
68
Season 2 [Elvan : Benarkah dia sedang mengintip?]
69
Season 2 [Elvan menemui Joe]
70
Season 2 [ Joe: Beri aku alasan]
71
Season 2 [Alfiya: Aku Seorang Ibu Joe]
72
Season 2 [Elvan takut lagi]
73
Flashback 1 [Mbak Gita Kenapa? ]
74
Flashback 2 [Aduan Anggita]
75
Flashback 3 [Alfiya: Joe Aku Mau Jadi Pacar Kamu]
76
Flashback 4 [Alfiya Memperkenalkan Pacar]
77
FLASHBACK SELESAI

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!