****
Alfiya dan Elvan menunggu didalam ruangan dengan duduk dikursi yang berbeda. Beberapa kali laki-laki berkacamata itu menghembuskan asap rokoknya. Mengepul dan ia pandangi asap rokok itu sampai memudar. Entahlah Elvan tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan saat ini. Sejak kejadian hari itu, kejadian yang terjadi padanya dan Rian beberapa tahun yang lalu memang telah membuat ia memilih untuk mengabdikan hidupnya pada keluarga bapak Imran. Dan sekarang pun ia juga harus melakukan hal yang sama. Membayar hutang budi dengan menikahi Alfiya.
Samar-samar telinganya menangkap suara Alfiya yang tengah mengobrol mesra dengan sang pacar melalui sambungan telepon. Ia pun lantas hanya melirik gadis itu sekilas. Rasanya gadis itu tidak menjadikan pernikahan ini sebuah beban.
"Iya Joe, aku lagi gak bisa pergi sama kamu hari ini. Besok-besok ya." Ujar Alfiya pada sosok sang pacar yang ada diseberang sana.
"Em, iya sayang. Aku juga cinta kamu." Gadis itu pun bergegas menutup panggilannya yang telah berakhir. Saling bertukar kabar dengan Joe memang selalu berhasil membuat hati perempuan itu berbunga-bunga.
Sesaat kemudian ia berbalik dan menatap Elvan yang duduk dibelakangnya. "Loh, mas.... ngerokok?!" serunya terkejut, baru sadar dia rupanya. "Mas ngerokok lagi?"
Elvan yang mendengar perkataan itu mengangguk pelan lalu tersenyum tipis. "Mas lagi suntuk...." ujarnya pelan.
"Tapi bukannya sejak nikah sama mendiang mbak Gita mas udah berhenti ngerokok, ya?" gadis yang telah mengenakan kebaya putih lengkap dengan riasan di wajahnya itu masih penasaran.
Tak menggubris ucapan itu Elvan malah tersenyum kembali. "Kamu nggak gugup?" ujarnya konyol lalu menghisap rokoknya kembali.
Alfiya mengernyit. "Nggak, ngapain aku gugup. Kita nikah kan, hanya untuk status. Status demi bapak dan ibuk." Ujarnya lagi santai.
Lalu keheningan terjadi setelah ucapan itu. Kepulan asap rokok kembali menggumpal oleh hembusan Elvan.
"Mas? Emangnya gugup?" tanya Alfiya balik, kali ini gadis itu yang penasaran.
Elvan lalu menatap Alfiya dengan tatapan samar. "Banget...." raut wajah penuh keyakinan itu mampu membuat Alfiya mendadak merasa canggung dengan mengerjap cepat.
Melihat raut wajah Alfiya yang langsung cemas, Elvan kemudian tersenyum tipis. "Lucu juga ya ngerjain kamu, duh bocil, bocil...." Ia lantas berdiri dan mengusap kepala Alfiya pelan.
Alfiya membelalak. "Ih, gak lucu!" Sungutnya kemudian.
Lagi-lagi laki-laki itu terkekeh. Ia pun lantas meninggalkan Alfiya yang masih berdiri terpaku sendiran disana.
"Mas keluar dulu ya, bocil." ujar Elvan santai.
"Aku bukan bocil lagi tau...." teriaknya kemudian. Bocil, atau bocah kecil adalah panggilan Elvan untuk Alfiya dimasa lalu tat kala dirinya masih duduk dibangku sekolah sekolah dasar. Namun, panggilan itu kemudian menghilang setelah ia protes pada awal-awal memasuki sekolah menengah pertama karena merasa malu atas panggilan tersebut.
Beberapa saat kemudian, pernikahan pun dilangsungkan. Hanya ada bapak, ibu yang sedang menggendong Anggian dipangkuannya dan juga Rian beserta dua orang petugas KUA yang bertugas mencatat pernikahan tersebut kedalam catatan pemerintah pada saat itu.
Ibu awalnya protes lantaran permintaan Alfiya yang bersikeras untuk merahasiakan pernikahannya dari orang-orang. Namun, kenyatannya anak gadisnya itu pandai membuat alasan, dengan mengatakan ia ingin pernikahannya diketahui publik seusai lulus kuliah. Ditambah lagi bantuan bapak dan juga Elvan yang meyakinkan tentang pernikahan rahasia ini.
Pada awalnya ibu menganggap semua ini tidak masuk akal, tapi kembali lagi akhirnya dengan segala usaha dirinya pun berhasil diluluhkan.
Bagaimana perasaan Alfiya saat itu? Hatinya merasa biasa-biasa saja, sekali lagi ia tetap percaya bahwa pernikahan ini akan berlangsung selama satu tahun dan ia yakin bisa menjaga hatinya untuk Joe.
Hingga akhirnya selang waktu berlalu, Alfiya dan Elvan pun resmi menyandang status menjadi sepasang suami istri.
****
Saat itu didalam kamar.
"Mas, jadi kan kita tinggal pisah sama bapak dan ibuk?" Tanya Alfiya langsung setelah akad nikah selesai.
Elvan yang duduk disofa mengangguk pelan sembari memijat kepalanya dengan raut wajah yang sama sekali tidak terbaca. Ia kemudian mendesah pelan, pernikahan kali ini tidak ada arti baginya. Pernikahan yang semu. Berbeda dengan pernikahannya dengan Anggita dahulu. Dimana saat itu mereka adalah sepasang pengantin yang benar-benar dimabuk asmara. Tapi pernikahannya kali ini hanya semakin mengisi kehampaan hatinya.
"Secepatnya kita akan segera pindah. Mas sudah beres-beres kan?" Lagi Alfiya mencoba memastikan.
Elvan mengangguk pelan. Entah karena lelah atau apa, yang jelas kembali laki-laki itu hanya memperlihatkan tatapan tak terbaca saat ini pada Alfiya.
"Mas Elvan nggak apa-apa kan?"
Mungkin karena Alfiya terlalu banyak tanya, akhirnya laki-laki itu beranjak lalu mengusap kepala Alfiya pelan. "Mas nggak apa-apa, kita akan segera pindah." lalu ia tersenyum tipis.
Alfiya pun juga tersenyum mendengar itu. "Terima kasih mas. Terima kasih karena udah mau ngertiin aku "
****
"Kenapa? Kamu gak suka tinggal disini, ibuk yakin pasti kamu, kan...." mata ibuk terus melotot hingga Alfiya tidak berani untuk menatapnya. "Kamu.... iya kan?! Yang meminta Elvan untuk pindah rumah secepat ini?!" Dada wanita paruh baya itu terus naik-turun tak menentu menahan amarah.
Entahlah Alfiya benar-benar tidak mengerti dengan sikap ibu sekarang. Ia merasa ibu seperti memiliki dua keperibadian. Terkadang ibu menganggapnya Anggita dan berperilaku sangat menyayanginya, lalu sejurus kemudian perilaku itu berubah seperti sekarang ini. Tatapan penuh kebencian dam juga kata-kata yang terlontar kasar. Ia yakin lama-lama dirinya akan terbiasa oleh perilaku ini.
"Nggak buk, kami hanya ingin mencoba untuk...."
"Untuk apa!?" sambar ibu cepat
Bapak mengelus punggung ibu pelan. "Ibuk, sabar.... jangan begitu sama anak. Kasihan Fiya, dia sudah nurut sama ibuk. Tolonglah perilaku ibuk dirubah, dia anakmu buk." pintanya pelan.
Namun, apa daya wanita yang baru keluar dari rumah sakit itu terus mendengus kesal. Ibu memang jadi lebih sensitif akhir-akhir ini. Salah saja Alfiya berucap, maka gadis itu akan kena semprot.
Melihat hal tersebut Elvan kemudian mencoba untuk berbicara. "Ibuk...." ujarnya pelan. "Kami untuk sementara butuh waktu berdua.... maksudnya kami baru menikah dan...." Elvan menoleh kearah Alfiya sejenak lalu tersenyum menatap ibu kembali. "Aku rasa ibuk mengerti maksud aku, kami baru menikah dan sebagai pengantin baru kami ingin agar bisa memiliki waktu berdua...." sungguh Alvan rasanya tidak perlu melanjutkan ucapannya lagi. Ia rasa semua orang paham apa maksud ucapannya.
Dan, ucapan terakhir Elvan mampu membuat wajah Alfiya memanas. Ia lalu memalingkan wajah sejenak, Elvan paham itu, namun mau bagaimana lagi, ia rasa ibu butuh alasan yang tepat untuk membiarkan mereka pindah rumah.
Mendengar ucapan itu bapak pun langsung berdehem. "Su-sudah buk, izinkan saja mereka untuk tinggal berdua." ujar bapak salah tingkah sendiri.
Ibu lagi-lagi menarik nafas berat. "Baik, kalau memang itu alasannya."
Alfiya lantas mendongak memberanikan diri menatap ibu. Jadi ibu setuju kan dengan permintaanya?!
"Tapi, kalian butuh orang untuk menjaga Gian. Ibuk akan utus seseorang untuk menjaga Anggian selagi kalian berdua sibuk." Ibu lalu menatap Alfiya sejenak. "Kamu, urus dan layani suami kamu dengan baik dan juga...." ibu berpikir sejenak untuk mengatakan kelanjutan ucapananya. "Gian adalah anak kamu sekarang, anak kamu dan juga Elvan...."
Alfiya mengangagguk, Iya Anggian sekarang adalah anaknya Alfiya. Dan ibu sangat berharap Alfiya memberikan tanggung jawab penuh pada cucunya tersebut.
"Ibuk harap kamu bisa jadi ibu yang baik buat Gian, ngerti?!"
Alfiya menunduk terdiam menganggukkan kepala pelan. Tapi sudut hatinya berkata lain, dalam artian dia mungkin bisa mengurus Anggian, tapi untuk Elvan, rasanya dia tidak akan bisa menjalankan dengan sesungguhnya apa itu yang disebut dengan melayani suami. Ingatkan sekali lagi mereka menikah bukan untuk hal itu.
Ia lalu menatap laki-laki disampingnya ini, kakak! Sekali lagi ia hanya menganggap laki-laki ini sebagai seorang kakak, tidak akan lebih.
*
*
*
*
**Komen dong, bantu share juga ya🥰🥰
Happy Reading**!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Anik Faisal
aku yakin ujug2nya akan saling jatuh cinta 😊
2021-06-15
0
Desi Astria 0412
mulai nyimak menarik sepertinya thor
2021-05-20
0
Ningsuswati
buat mereka bersatu y thooor
aq suka
2021-05-09
1