"Ah, jangan panggil nona, nama Saya Alisa bu. " Balas Alisha, sopan.
###
Bi Karsih menggeleng.
"Jangan panggil saya bu, panggil saja bibi, saya bi Karsih pembantu rumah tangga di rumah ini." Jelas Bi Karsih.
"oh, iya bu, eh iya bi. " Jawab Alisha lidahnya tidak terbiasa memanggil seseorang dengan sebutan bibi.
"Ayo saya antar, nona Alisa ke kamar. " Ujar Bibi kemudian.
"Alisa saja bi, tidak usah menggunakan embel-embel nona. " balas Alisa merasa aneh dengan panggilan barunya.
Bi Karsih kembali menggeleng.
"Itu sudah peraturan di rumah ini Nona, tuan Cipto akan sangat marah jika orang yang tinggal di rumah ini tidak mematuhi pertaturannya. " Tutur Bi Karsih.
Alisapun langsung mengerti, sepertinya panggilan nona memang di tujukan kepada calon istri tuan Cipto, bisa saja besok-besok dirinya akan di panggil nyonya.
Alisa meringis membayangkan dirinya di panggil dengan embel-embel yang menurutnya sangat ketuaan untuk umurnya saat ini.
"hufffhh." Alisa tanpa sadar mengeluh.
Bi Karsih membutarkan lamunan Alisa.
"Ayo nona, saya antarkan ke kamar. " ujar Bi Karsih, berjalan lebih dulu menaiki anak tangga.
Alisa yang tadinya sangat gugup saat berada di dekat tuan Cipto kini bisa sedikit bernafas lega karena ada bi Karsih yang menemaninya, perempuan itu nampak sangat rama memperlakukan Alisa.
Insting Alisa juga mengatakan jika Bi Karsih adalah orang yang baik, namun pikiran itu langsung hilang saat mengingat kesan pertamanya bertemu dengan Tuan Cipto tadi.
Laki-laki itu juga nampak sangat baik, namun nyatanya perangainya sangat kasar dan pemarah, padahal wajahnya juga terlihat sangat ramah dan baik. Alisa tidak boleh percaya dengan mudahnya kepada orang baru.
Alisa melangkahkan kakinya menaiki anak-anak tangga menuju ke lantai dua sambil sesekali memperhatikan sekeliling ruangan yang benar-benar membuatnya takjub.
Bahkan anak-anak tangga yang di pijaknya saat ini berwarna keemasan dan mengkilap.
"Apakah ini sungguh terbuat dari emas?. " Lirih Alisa pelan, tanpa sadar saat memegangi anak-anak tangga.
"Bukan nona, hanya saja ini terbuat dari batu marmer kualitas terbaik dan harganya juga tidak kalah dengar harga emas saat ini. " Ujar bi Karsih menimpali, ternyata perempuan setengah baya itu mendengar ucapannya.
Alisa kemudian meringis, karena malu.
"Hehehe."
Sesampainya di lantai dua, Alisa kembali di buat terpana saat melihat ruangan yang ada di hadapannya, hanya ada kamar-kamar yang berjejer.
Namun, uniknya kamar tersebut dindingnya seperti terbuat dari kayu dengan ukiran-ukiran yang sungguh enak di pandang mata.
"Di lantai dua ini semuanya kamar, tidak ada ruangan lain meskipun kelihatannya besar dan mewah, sebenarnya rumah ini sangat sepi. " Jelas Bi Karsih.
"Kenapa bisa begitu bi?. " Tanya Alisa penasaran.
"Tuan Cipto hanya memiliki dua anak, yang satunya sudah meninggal akibat kecelakaan sementara anaknya yang satu saat ini sedang mengenyam pendidikan di luar kota dan jarang pulang semenjak... "
Bi Karsih tidak melanjutkan ceritanya.
"Semenjak apa bi?. " Tanya Alisa penasaran.
"Ah ini kamarmu nona dan yang pintu di samping ini adalah kamar Tuan Cipto. Kamar yang ada di depan kamar kalian ini adalah kamar-kamar anak Tuan Cipto. " Jelas Bi Karsih kemudian, seolah sedang mengalihkan pertanyaan Alisa.
Alisapun tidak enak bertanya lebih lanjut dan lebih asyik memperhatikan sekitarnya.
Di lantai dua rumah mewah tersebut memang hanya ada empat kamar berukuran besar.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments