"Album poto?. " Ujar Alisa menggapai benda yang jatuh tadi, bentuknya memang seperti album poto.
###
Alisa mengernyitkan wajahnya saat membuka album poto tersebut.
Poto-poto yang ada di dalamnya menunjukkan potret Tuan Cipto pada saat masih muda, tertera juga tanggal pengambilan poto tersebut.
"29 Januari 2005?." Lirih Alisa.
Gadis tu kemudian mulai menghitung mundur tahun demi tahun.
"Wuah ini sih pas aku masih umur satu tahun. " Lirih Alisa.
"Tuan Cipto ganteng juga, kayak ada keturunan India atau arab-arabnya gitu. " Gumam Alisha memperhatikan potret wajah Tuan Cipto yang sedari dulu memang sudah memiliki kumis dan janggut namun tidak selebat seperti sekarang.
Pandangan Alisha kemudian teralihkan pada poto seorang perempuan mengenakan kebaya berwarna putih.
"Mungkin yang ini Nyonya Berlin? Wah cantik sekali. " Puji Alisa tanpa sadar.
Alisa membuka halaman poto selanjutnya yang memperlihatkan potret anak-anak Tuan Cipto, Alisa langsung terfokus pada gambar salah satu anak.
"Hmm aku kayak pernah liat anak yang ini?. " Lirih Alisa.
Entah mengapa potret salah seorang anak laki-laki dalam album poto tersebut mengingatkannya pada seseorang, namun ia tidak tau siapa orang tersebut.
Alisa merasa pernah bertemu dengan bocah laki-laki itu.
Karena sedang malas berpikir dan pikiran Alisha saat ini sedang mumet, ia kemudian menutup album poto tersebut dan menyimpannya kembali ke dalam lemari.
Alisa lalu beranjak masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya, hingga tidak terasa waktu setengah jam telah berlalu.
Rumah Tuan Cipto benar-benar sepi, laki-laki itu juga sepertinya belum pulang. Alisha teringat dengan orang tuanya, perasaan khawatir tiba-tiba saja memenuhi relung hatinya.
Tok...
Tok...
Tok...
Sebuah ketukan pintu mengingatkan Alisa yang sedang melamun.
Sedetik kemudian tersengar suara dari luar.
"Nona, ini bi Karsih. " Suara pintu yang kembali di ketuk diiringi suara panggilan Bi Karsih dari luar pintu kamar.
"Iya bi, masuk saja. " Balas Alisa.
Bi Karsih kemudian muncul sambil membawa nampan berisi makanan.
"Bi Karsih harusnya panggil Alisa saja untuk ke bawah, tidak usah repit-repot di bawah kesini. " Tutur Alisa merasa tidak enak jika harus di perlakukan berlebihan.
"Tidak bisa seperti itu nona, aturan di rumah ini, jika Tuan sudah berkata A maka harus A, tidak boleh B. " Jelas Bi Karsih.
"Ah seperti itu. " Alisa mengangguk mengerti.
"Saya akan kembali lagi nanti setelah nona selesai makan. " Ujar Bi Karsih lagi setelah selesai menaruh nampak bersisi makanan ke atas meja.
"Eh tunggu, bibi sudah makan?. " Tanya Alisa, sebelum bi Karsih menghilang dari balik pintu.
"Sudah, aturan di rumah ini tidak boleh makan di tempat yang sama dengan majikan di rumah ini. " Jelas Bi Karsih lagi.
"Tapi, saya bukan majikan bibi, saya cuma... "
Ucapan Alisa langsung di potong oleh Bi Karsih.
"Ssttt, mobil Tuan sepertinya sudah datang, Nona sudah menjadi majikan saya, ketika Tuan menyuruh saya untuk mengantarkan nona ke kamar ini, artinya Nona akan menjadi istri Tuan Cipto dan Nona adalah majikan saya. " Jelas Bi Karsih panjang lebar.
Alisa yang mendengar itu sontak menganga. Ia tidak suka dengan aturan di rumah ini yang terdengar sangat berlebihan.
"Ah bi.... "
"Saya permisi dulu Nona, Tuan sepertinya sudah masuk ke dalam rumah saya harus segera turun untuk menyiapkan makan malam Tuan Cipto juga." Ujar Bi Karsih kemudian benar-benar sudah menghilang dari pandangan Alisa.
Alisa masih memiliki banyak pertanyaan di dalam pikirannya namun bi Karsih terlihat sangat patuh dan tunduk kepada Tuan Cipto, mendengar mobilnya saja sudah membuat bi Karsih kalang kabut seperti itu.
Artinya, Tuan Cipto pasti sering memarahinya.
"Malang semali Bi Karsih. " Lirih Alisa.
Gadis itu kemudian memikirkan nasibnya sendiri, Alisa yang tadi melihat Pak Cipto memperlakukan suruhannya dengan kasar membuat Alisa bergidik ngeri.
"Apa mungkin para istrinya itu kabur karena sering di pukuli juga?. " Gumam Alisa.
Krekkk...
Krrekkk...
Suara perut Alisa.
"Ah aduh lapar. " Pekik Alisa, ia baru sadar perutnya belum di isi sejak siang tadi.
Alisa lalu beranjak ke sofa lalu membuka penutup makanan di atas meja yang kini sudah berada di hadapannya.
"Wah, jadi seperti ini makanan orang kaya?. "Lirih Alisa, melihat menu makanannya berupa ayam bakar utuh beserta berbagai jenis lalapan dan satu bakul nasi panas serta sayur sop ubi.
Alisha kemudian makan dengan lahap, dirinya sekan-akan lupa dengan kejadian beberapa jam yang lalu saat dirinya di bawa paksa oleh para preman.
Alisa sadar betul dirinya saat ini sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, namun ia juga harus sadar betul tubuhnya juga butuh tenaga untuk menghadapi hari esok.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments