Bab 4: Tidak peduli
🌻H 4 P P Y R 3 4 D I N G🌻
🌹✨💞✨🌹
"Nona mau kemana? Nona baru sadar sebaiknya istirahat sebentar jangan dulu pergi sebelum benar-benar pulih. Tubuh Nona juga masih sangat lemas," khawatir Bibi Antum melihat wanita yang di tolong majikan nya memaksa diri ingin pergi.
Keadaan Chiara masih belum di izinkan untuk pergi, dokter yang memeriksa Chiara mengatakan untuk tidak dulu melakukan aktivitas hingga pulih total.
Bengkak di tangan dan luka lembab di punggung belakang pasti masih terasa sakit. Tanpa mendengar keluhan wanita tersebut, Bibi Antum dapat mengetahui itu. Siapa yang tidak akan merasakan sakit jika lembab itu hampir sekujur tubuh dan itu terlihat baru terjadi, karena memar nya masih baru.
Melihat semua itu dia yakin wanita di depan nya selain cantik wajah juga cantik hati.
"Tidak, saya harus segera pulang atau keluarga akan makin marah karena saya belum juga kembali," takut Chiara kepikiran bagaimana reaksi mereka nanti.
"Nona tenang lah, jangan khawatir. Keluarga nona tidak akan marah, keadaan seperti sekarang mereka pasti sangat mencemaskan nona, bukan sebaliknya," ucap Bibi Antum menyakinkan, tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Mendengar itu Chiara terdiam, wanita di depan nya tidak mengetahui apapun mengenai hidup nya. Dan Chiara tidak mau menceritakan hal buruk yang menimpa nya, biarkan semua terkubur di dalam rumah tempatnya tinggal, dan di luar dia akan terlihat baik tanpa ada masalah.
"Tidak Bi, itu yang saya maksud tadi. Keluarga saya pasti sangat cemas jadi saya harus segera pulang," bohong Chiara.
"Nona biarkan Bibi beritahu Tuan dulu, Nona tunggu di sini," ucap Bibi Antum, Chiara yang tetap ingin pergi, berdiri mengerti. Dia berpikir wanita di depan akan memanggil tuanya dan dengan itu dia bisa sekaligus berterimakasih nantinya.
"Silakan, saya akan menunggu di sini," tidak masalah Chiara mempersilahkan pergi dan kembali duduk di tepi ranjang.
Chiara melihat ruangan kamar yang indah, seumur hidup tidak pernah dia menempati kamar seindah ini, rasanya seperti hari ini secara langsung berada tempat sebesar dan seindah ini. Dia yakin pemilik mansion ini pasti kaya raya.
Tok...
Tok...
Tok...
Bibi Antum mengetuk pintu kamar Tuan nya, sebenarnya dia tidak ingin mengganggu, tapi Tuan Otton tidak berada di tempat hingga mau tidak mau dia harus melakukan.
Cekrek!
"Ada apa? bukannya sudah saya bilang jangan mengganggu saya apalagi jika berkaitan dengan wanita itu," marah Abel tidak suka waktu nya di ganggu apalagi yang di ingatkan tidak ingat.
"Maaf Tuan. Bibir tidak punya pilihan lain lagi. Tuan Otton sedang keluar jadi Bibi kemari. Nona sudah sadar dan kekeh ingin pulang, apa tidak sebaiknya Nona di antar sopir? Bibi khawatir keadaan nya kembali memburuk jika di biarkan pulang sendiri," ujar Bibi Antum mencemaskan keadaan Chiara yang belum pulih.
"Ya sudah lakukan saja, perintahkan sopir untuk mengantar. Lebih cepat dia pergi lebih bagus," ucap Abel tidak peduli.
"Tapi Tuan. Sepertinya Nona berharap bisa ketemu Tuan, apa tidak sebaiknya menemui Nona sebentar?" ragu Bibi Antum takut perkataan nya di marahi Abel.
"Wanita itu bukan siapa-siapa saya, untuk apa harus di temui. Sekarang pergi dan urus wanita itu," tegas Abel mengusir nya untuk pergi dari hadapannya.
Suara tinggi Abel tidak ingin di bantah membuat Bibi Antum tidak berani membantah dan segera pergi.
"Siapa dia hingga harus ku temui dasar murahan," marah Abel kembali menutup pintu kamarnya.
"Dimana Tuan nya Bi? kenapa kembali seorang diri?" tanya Chiara tidak melihat siapa pun yang datang bersama Bibi Antum.
"Maaf Nona. Tuan sangat sibuk saat ini jadi tidak bisa menemui Nona. Tapi saya sudah mengatakan pada Tuan, sekarang Nona bisa pulang dan akan di antar sopir," jawab nya berbohong.
"Sibuk? apa tidak bisa saya menemuinya satu menit saja, saya ingin berterimakasih langsung padanya," ucap Chiara berdiri, rasanya tidak sopan kalau pulang begitu saja.
"Tidak perlu Nona. Bibi sudah mengatakan tadi dan Tuan berkata tidak masalah," sahut Nya menyakinkan Chiara meski semua bohong, karena tidak ada yang di katakan pada Tuan, keburu di marah dan di usir pergi.
Bibi Antum yakin wanita yang di tolong Tuan nya adalah wanita yang baik dan sopan. Pertama kali melihat nya tidak sadarkan diri, dia dapat merasakan banyak hal yang sudah di alami wanita tersebut.
"Apa dia masih marah karena saya masuk ke mobil nya, hingga tidak mau menemui saya meski itu semenit saja?" tanya Chiara yakin saat itu pria yang mobil nya dia masuk begitu marah tidak suka dengan kehadiran nya dan mungkin saat ini pria itu sedang menghindari nya.
"Nona jangan berpikir seperti itu. Tuan memang saat ini sedang sibuk bukan tidak mau menemui Nona."
"Kalau seperti itu antar kan saya menemui nya sekarang."
"Tapi Nona bagaimana cara Bibi melakukan itu?"
"Kenapa tidak bisa? saya hanya ingin menemuinya dan mengucapkan terimakasih tidak lebih. Lalu saya akan pergi."
"Apa benar yang saya katakan? Bibi pasti berbohong, kan? Dia memang tidak sibuk, tapi tidak ingin menemui saya?" ucap nya lagi semakin yakin dugaan nya memang benar.
"Baiklah, kalau Nona memaksa Bibi akan mengantar menemui Tuan," sahut Bibi Antum tak bisa mengelak.
Dia yakin Tuan nya tidak akan menyakiti wanita tersebut. Perasaan nya mengatakan wanita di depan nya memiliki daya tarik tersendiri untuk Tuan nya.
Entah daya tarik seperti apa itu,
"Sebentar Bibi ketuk terlebih dahulu," ucap nya saat tiba mereka tiba depan pintu kamar Tuan nya.
Chiara mengangguk mengerti.
Abel yang sedang berbaring di kasur empuk nya kembali merasa terganggu dengan ketukan di balik pintu.
Dia bangkit dengan raut wajah marah, siap menghajar orang yang sudah berani menganggu waktu istirahat nya.
Cekrek...
"Tu-tuan... saya kesini mengantar Nona, dia ingin menemui Tuan untuk berterimakasih dan juga minta maaf," gugup Bibi Antum takut tatapan tajam Abel.
Chiara melihat betapa menakutkan pria di depan nya kalau sedang marah juga. Amarah Abel jauh lebih seram dari keluarga nya.
"Sudah saya katakan tadi lakukan apapun itu asal tidak menganggu ketenangan saya. Tapi bibi tidak juga mendengarkan, saya tidak segan menyakiti siapapun meski dia orang tua," tegas Abel marah.
"Dan kau wanita murahan, jangan berpikir karena saya sudah menolong mu kau jadi seenaknya. Saya bisa membunuhmu saat ini juga," lanjut nya beralih menatap Chiara, tangan nya mencengkram dagu hingga Chiara kesakitan.
"Sakit, Tuan... saya tidak bermaksud seperti itu," ucap Chiara berusaha, berbicara sedikit susah karena tekanan tangan Abel terlalu kuat.
Bruk!
...**Bᴇʀsᴀᴍʙᴜɴɢ**......
...**✨\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_ 🌼🌼\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_\_✨**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
biasanya Abel bakalan nembak orang yang langsung masuk kamar, semoga Chiara ga ditembak tapi malah dikasih hukuman lain. mudah²an hukumannya membersihkan seluruh rumah, otomatis dia tinggal disana kan. biar dia ga usah balik ke rumah keluarga jahat itu
2023-04-05
3