Tatapannya tajam menusuk, cengkramannya kuat di pergelangan tangan Kanaya. Wajah polesan make up dasar dan wangi melati menyertai pengantin lelaki ini.
Bendo yang masih terpasang rapi di kepalanya menandakan jika ia belum sempat berganti pakaian. Niatnya sih mau masuk ruangan wardrobe, tapi saat melihat gadis yang sudah mengusik hari pernikahannya itu berjalan, tak bisa untuk ia biarkan begitu saja. Mungkin ia akan menjadi raja tega sedunia, di hari pernikahannya ia malah nahan anak gadis orang yang bukan istrinya.
Wajah Naya tak kalah sengitnya berusaha menarik tangan dari cengkraman Salman, "lepasin Naya, A!"
"Kamu tuh lagi bikin aa cemburu apa gimana, Nay?!" suaranya geram tertahan. Naya mengerutkan dahinya, niatnya ditanggapi berbeda oleh Salman.
"Maksud a Salman apa?!" tembak Naya ikut tersulut emosi.
"Alahhh, jujur aja kamu lagi bales aa biar aa cemburu gitu?! Kamu ngapain jadi biduan begitu, biar banyak yang nyawer? Biar banyak yang belai-belai? Pake godain orang kota segala?! Sadar Nay, kamu teh udah rendahin diri kamu sendiri!" hardiknya kasar, membuat Naya merasa dipukul keras di bagian dadha. Ia terlampau sering dicibir dan dihina orang tapi tidak dengan perkataan menuduh dirinya rendahan seperti ini, terlebih oleh Salman.
Naya menggeleng dan tersenyum miring.
"Kamu kalo butuh uang, butuh kasih sayang ngga gitu caranya Nay! Aa bakalan nikahin Naya nanti,"
Sontak saja gadis itu terkejut dengan membulatkan mata indahnya, "aa ngga waras apa gimana?! Nyebut a!"
"Kamu yang nyebut, Nay. Kamu teh tadi di atas sana udah kaya biduan penggoda sama si laki-laki kota, mana mau-maunya disawer sama bapak-bapak, kamu butuh uang?! Apa kamu saking jatuhnya putus dari aa? Aa janji bakalan nikahin kamu, walaupun secara siri, Nay!" Ia meraih tangan Naya kembali, kini keduanya. Ia tau Kanaya adalah gadis yang masih polos. Gadis mana yang tak mau bersanding dengannya, apalagi Kanaya.
PLAKKK!
"Dasar lalaki gelo!" hardik Naya menarik tangannya kasar lalu menyarangkan tamparan kerasnya di pipi Salman. (dasar lelaki gila!)
"Mendingan Naya godain lelaki kota, daripada harus disebut cewek penggoda suami orang!"
Gadis itu menyeka air mata yang sudah berjatuhan, "Naya memang orang ngga punya, a! Ngga punya apa-apa yang bisa dibanggain, selain dari harga diri sebagai seorang perempuan! Apa karena teh Marni pulang bawa upa tanpa ayahnya, lantas aa mandang Naya sama kaya teteh? Termasuk orang-orang di kampung ini?!" ia menjerit pilu.
"Kemarin, Naya emang sedih, jatuh, denger a Salman mau nikah! Tapi sekarang, Naya bersyukur, Allah masih sayang Naya dengan memperlihatkan sifat asli a Salman! Makasih udah ngasih luka, biar Naya bisa lupa sama aa!"
Salman meraba pipi yang ditampar Kanaya, "Nay---Nay...maafin aa, oke aa salah karena tersulut emosi liat kamu. Oke, aa cemburu! Naya berhasil bikin aa cemburu. Naya jujur sama a Salman, apa Naya masih punya rasa sama aa? Aa masih sayang Naya, aa janji kalo Naya mau...aa bakal datang ke rumah buat lamar Naya nanti,"
"Astagfirullah Salman, Kanaya! !"
Kanaya dan Salman cukup terkejut dengan suara yang menyambar di arah belakang mereka.
"Bu,"
Jantung Kanaya bahkan sudah berhenti berdetak saat itu juga.
Dengan segudang kemarahan, bu Lurah yang sedang mencari anaknya barusan menemukan jika Salman justru sedang bersama Kanaya, dan tanpa diduga putranya itu justru berniat menghianati pernikahannya bersama Desi yang belum 24 jam ia lakoni.
Bu Lurah menatap Salman dan Kanaya penuh kemarahan, "apa-apaan kalian?!"
Naya menggeleng, "engga bu! Sumpah demi apapun, Naya ngga ada niatan buat jadi pelakor! Ataupun mengiyakan ucapan a Salman,"
"Bener ya, kata orang kamu tuh terobsesi sama Salman! Butuh apanya kamu sama anak saya?! Uang?! Mau uang nafkah instan kamu teh?!" tuduhnya keji. Seburuk-buruknya seorang anak, tetap saja seorang ibu akan lebih membela anaknya, meskipun awalnya ia menyalahkan.
"Salman! Kamu teh baru nikah sama Desi! Mau bikin malu bapak--ibu, keluarga?!" jeritnya memijit pangkal hidung dan berkomat-kamit mengucap istighfar.
"Pergi kamu! Sekalian pergi yang jauh dari kampung biar ngga ketemu terus sama Salman, biar Salman juga ngga bisa cari-cari kamu, kalo perlu nanti saya minta orang buat bawa kamu kerja!" usir bu lurah pada Naya, yang kini diam membeku, bukan karena ia bandel atau bebal dan tak tau malu---ia hanya sedang berpikir saja tentang moment kamvrett yang saat ini sedang terjadi padanya, ini tuh Naya lagi diusir? Ini anak sama emak sama-sama ngga waras, jadi lurah tuh siapa yang milih, sih?! Bisa-bisanya keluarga pejabat kampung pada gelo semua. Dan lebih si alnya, ia pernah mau bunuh diri gara-gara Salman, sungguh kebodohan yang hakiki!
"Bu!" Salman bereaksi.
"Kanaya memang mau pergi bu, tapi mungkin bukan sekarang. Nunggu saya dan keluarga datang ke rumah buat lamar," suara berat nan dalam, sedalam lautan tak berdasar datang entah sejak kapan memperhatikan drama bawang bombay di samping tenda biru, mana barengan sama kardus sampah cup mineral dan piring kotor pula, ngga elit.
"Saya memang ada niatan mau buka usaha disini, di tanah kelahiran Kanaya, sekalian mau bawa Kanaya pulang buat oleh-oleh ibu saya di rumah yang minta terus menantu," Andro akhirnya turun tangan juga, tak tega sejak tadi melihat gadis ini melawan sendirian, sementara lawannya berdua, sungguh tak fair! Andro tak mau sampai menunggu hingga bu Lurah nampar atau jambak Naya dulu, baginya terlalu drama.
Kanaya sampai melolong di tempatnya, "edyaannn! Bisaan geningan aktingnya!" benak gadis itu menatap Andro mendongak. (ternyata)
Waduh cilaka! Berapa atuh bayarannya? Abis atuh saweran cuma buat bayar aktor?! Kini alis gadis itu bertaut, memikirkan jumlah uangnya, aaah! Ngga mau, sayang atuh uang Naya! Kapan lagi punya uang?!
Andro meraih dan menggenggam tangan Kanaya lalu menatapnya iba, "kamu ngga bilang sama orang kalo mas udah lamar kamu lewat pak Akbar?"
"Ya?!" Naya membeo mendadak be go.
"Katanya mau motocopy ktp buat syarat nikah, sekarang aja. Udah selesai kan disini? Ibu masih di dapur?" tanya Andro mengeluarkan ktp Naya, ia juga mendaratkan tangan besarnya di pelipis Naya dan merapikan anak rambutnya, bikin Naya menelan salivanya sulit, melelehhhhh! Ahhh, dia hampir pingsan.
"Bagus kalo gitu! Cepet-cepet nikah kalian, saya cepatkan nanti proses administrasinya. Tuh Man! Lihat kan, Kanaya sudah punya calon, kamu urus istri kamu di dalem! Hubungan kalian sudah selesai sejak kamu menerima untuk menikah dengan Desi," ia menepuk pundak putranya lalu masuk ke dalam.
Salman menatap sengit Andro dan Kanaya bergantian, "kamu!" tunjuknya pada Andro, jangankan takut---Andromeda bahkan tak berkedip dan mengurangi tatapan datarnya pada Salman, baginya anak lurah itu adalah lelaki pengecut.
Mata Naya masih melihat ke arah hilangnya Salman dan bu Lurah, hanya tak habis pikir cerita hidupnya bisa begini, selalu dipandang rendah dan sebelah mata oleh siapapun.
"Ini mau berdiri terus disini, mandangin pintu, atau cari tempat duduk sambil jajan es? Saya haus, abis ngomong banyak barusan?!"
"Eh, iya! Yuk cari tempat duduk sambil jajan cingcau!" Naya tertawa karena baru menyadari jika sejak tadi Andro berada di sampingnya.
"Udah ditolongin lupa lagi! Ngga tau diri," desisnya judes dan Naya hanya tertawa membalasnya, "ngga usah ngomel-ngomel, bapak makin keliatan tua nanti!" dorong Naya di punggung Andro, sejak kapan?! Sejak kapan mereka seakrab ini?!
"Mana ktp saya dulu?!" tanya Naya pada ktpnya yang tadi ia masukkan kembali ke kantung saku celana.
"Mana bayaran saya?" Andro balik bertanya lalu menarik seringaian, saatnya pembalasan!
Sontak saja bibir Naya mengerucut, "iya ah! Ini kan mau dibayar, tapi duitnya abis dikuwel-kuwel, jadi harus dirapiin dulu!" ketus Naya, ternyata orang kota juga doyan duit orang miskin!
Andro berbalik, "ngga usah dirapiin, saya pecinta uang berbagai bentuk. Saya mau semua uang saweran kamu tadi, karena udah nolongin kamu lagi barusan!" pintanya.
Sepasang mata bulat itu membeliak sebesar baso beranak, "yang bener aja! Terus aku dapet capeknya doang gitu nyanyi barusan?! Enak aja!" sewot Naya mendekap tas selempangnya.
"Cih! Mau ngga mau, setuju ngga setuju kamu harus bayar! Dari awal kan kamu janjiin bayar, tanpa deal-deal'an dulu! Jadi harus terima kalo saya minta berapapun, janji adalah hutang!" imbuh Andro terkekeh dalam hati melihat raut wajah sewot dan keberatan Naya.
"Ngga bisa gitu dong! Kan aku ngga ngomong mau bayar berapa, jadi mau ngga mau bapak juga harus terima kalo aku ngasih seikhlasnya!" balasnya tak mau kalah, pasal uang manusia manapun tak akan ada yang mau mengalah.
"Ngga bisa, atau saya bongkar kebohongan kamu terus seret kamu ke kantor polisi, karena udah mencemarkan nama baik saya?"
Mendengar kata polisi siapa yang tak takut, terlebih itu Kanaya si gadis desa yang tak tau apapun.
"Kok jadi bawa-bawa polisi, kapan Naya ngasih polusi ke nama bapak coba? Pake tercemar segala!" ia melotot dan nyolot mempertahankan uang yang baru pertama kali ia dapatkan atas hasil jerih payahnya, setidaknya sisakan untuk kasih uang beras buat ibu.
Andro tak kalah menatapnya tajam tak mau kalah, hingga terjadilah kontes tatap menatap antara keduanya, sejurus kemudian Kanaya memohon dengan tatapan yang sudah berubah, "pak, jangan gitu atuh! Kasih cashback lah!" mohonnya menawar, sementara kedua tangan Naya menelusup masuk ke dalam tas dan menyelipkan lembaran-lembaran uang kertas sekenanya untuk dimasukkan ke dalam saku kecil yang ada resleting di dalamnya, jadi nanti disaat ia menumpahkan tasnya, sebagian uang itu tak akan keluar, Voalah! Andro tak akan tau pendapatan sawerannya! Jaga-jaga jika Andro kekeh minta semua! Cerdas!
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Land19
Cashback...
2024-10-15
0
Cherry🍒
pintar bener nona gembala kambing haha
2024-05-09
5
Lia Bagus
aih mas ndro bikin adek meleleh
2024-04-03
1