Pria dengan gelar S2 itu melinting lengan kemeja, ia tanggalkan jas karena menurutnya jas hanya ia pakai saat bertemu dengan klien bisnis saja atau pertemuan penting, sisanya ia hanya akan menjadi dirinya sendiri, Andromeda Putra Mahesa.
Like father like son.
Wajah kalem nan tampan manis campuran gen ayah Arka dan momy Sha menjadi maha karya indah Allah berikutnya.
Andro mencangklok tas gendongnya yang berisi beberapa potong pakaian, tak ada koper besar macam orang mau mudik setahun. Ia hanya sedang hunting tempat di daerah pinggiran kota untuk membuka cabang angkringan dan Route '78.
"Kamu berapa hari? Kira-kira disana ada rumah yang mau ditempatin atau hotel? Jangan lupa baliknya bawa oleh-oleh tauco sama moci!" cerocos momy Sha, emak tiga cucu itu belum apa-apa sudah mesen banyak oleh-oleh, padahal pergi saja belum.
"Kurang tau mii, bisa sebentar bisa lama," jawab Andro.
Arka menyeruput teh manis buatan Shania, "Sha, Andro belum pergi tapi udah kamu suruh beli oleh-oleh."
"Ih, mas suka riweuh da! Sha cuma ngingetin aja, takutnya Andro lupa, takutnya amnesia!" jawab Shania sepaket bibir nyinyir, ia lantas menyendok nasi goreng ke atas piring sang putra bungsu. Andro melipat bibirnya menahan kedutan ingin tertawa, hanya bisa berucap banyakin sabar untuk sang ayah, Ia hanya mengimani jika wanita itu tak mau kalah bicara selalu menunjukkan sikap defensif, mau dikata dia fitnah juga iyain aja lah kalo mau dunia aman terkendali! Momy-nya memang tipe manusia dengan level kesadaran yang minus. Ia acungkan jempol untuk ayah Arka, yang masih setia menemani wanita cerewet nan absurd seperti momy-nya itu, salut pada ayah yang masih waras di usia pernikahan yang menginjak 31 tahun. Iman Arka memang setebal itu menyatu dengan gerombolan kurawa \=> KURAng WAras tak membuat Arka jadi penghuni tetap RSJ.
"Hati-hati, jangan lupa kabarin kalo udah sampe. Jangan sampai teledor buat perijinan, cari wilayah yang sekiranya strategis dan aman," semua pesan ayah dicatat oleh otak seencer adonan kue cucur. Arka sudah melepas sepenuhnya tanggung jawab Route'78 pada Andro berikut saham dan andilnya di angkringan yang sudah dalam fase generasi ke-2 dari para pendiri. Jika kebanyakan anak-anak akan mengidolakan tokoh superhero bertopeng dengan cawat di luar maka bagi Andro my dad is my hero! Menurut Andro, ayahnya itu keren, meskipun pake cawwat di dalemm. Sukses dalam segala hal termasuk membimbing istri cantik yang keseringan khilaf.
Ia sudah selesai dengan sarapannya lantas minum dan merapikan pakaian, pamit pada kedua orangtuanya.
"Hati-hati, Tauco Ndro, moci! Next project cari pendamping ya Ndro, anak ganteng momy!!!" Shania melambaikan tangan di pintu pagar sebelum akhirnya kembali masuk.
"Mas, Andro udah usia 28 loh, tapi Sha belum liat dia ada gandeng cewek? Mau kapan coba? Sha curiga," ia menyerahkan beberapa butir obat ke tangan Arka.
Arka mendelik seraya mengernyitkan dahi, "curiga apa, jangan ngomong yang engga-engga, Sha. Ucapan orangtua adalah do'a..." Arka menyambar 2 butir obat dari istri nakalnya lalu memasukkan ke dalam mulut dalam sekali suapan. Shania sampai memeletkan lidahnya melihat Arka begitu rakus dalam hal memakan obat, apa jadinya jika ia yang berada dalam posisi Arka sekarang, mungkin bibir sudah jontor dan tebal kaya angelina jolie, mengingat cara makan obat Shania yang berbeda dari orang-orang, begitupun badannya yang akan gemuk karena tiap hari nyemilin pisang satu sisir dan biskuit satu toples.
"Curiga ngga bisa nembak cewek mas, persis kaya mas dulu. Bilang i love you aja susahnya minta ampun, kaya lidah tuh nempel sama langit-langit mulut, rapet. Apa harus Sha ajarin gitu ya?"
Arka sudah tak aneh dengan ucapan-ucapan absurd istrinya itu, "ngaco. Kamu suka aneh-aneh, omongan kamu tuh suka bikin otak langsung kebelah-belah jadi seribu. Mungkin aja Andro belum nemu yang pas, siapa tau dia langsung nyari yang serius, ngga mau gegabah lagi, buktinya yang dibawa, kandas juga... tanpa kabar!" Arka kini menyeruput teh manisnya kembali.
"Seperti yang kamu bilang, Andro kaya mas dulu...nyarinya yang pasti-pasti aja biar hemat biaya, ngga buang-buang uang buat yang cuma main-main," pungkas Arka.
"Maksudnya nyari? Kak Alya gitu? Soalnya kalo Sha mah kan ngga mas cari, tapi dikasih dari Allah, sama Allah tuh dilempar gitu aja ke toilet guru, tah ngasih katanya!" tembak Shania, pertama kali dalam sejarah seorang Arkala Mahesa tak berpikir panjang menjawab pertanyaan Shania, ia lupa jika istrinya itu macam anak tk yang sedang dalam periode emas, ia akan banyak bertanya dan menyerap informasi, ia juga begitu cerewet dan banyak memberikan sanggahan.
Detakan jarum jam sudah menunjuk ke arah pukul 7.30 WIB. Menikmati hari-hari tua bersama istri cantik dan nakal nikmat yang selalu Arka syukuri sepanjang waktunya.
"Fifah, Liyah sama Arion kesini?" tanya si opa ganteng yang sudah bersiap dengan stelan trening olahraga meski usia sudah di ujung senja, demi menjaga kebugaran dari pengawasan keempat dokter pribadinya, lari pagi adalah rutinitas sejak dulu yang tak pernah terlewatkan, dr. Fatur, dr. Galexia, momy Sha, dan Andro adalah sederet nama istri, anak dan mantu yang terlampau cerewet untuknya. Pemasangan ring di jantung menjadi teguran untuk Arka jika lalai dan abai adalah musuh jahat manusia.
"Ih mas nih, suka pura-pura amnesia...tua boleh mas, ingatan harus sekuat lumba-lumba. Twins hari ini libur dulu kesininya mas, lagian cucu-cucu mas udah pada gede. Udah mandiri, di rumah juga kan ada mama Ella. Paling kalo mau, nanti weekend pada nginep disini, sambil botram." Ucapnya so iye, padahal siapa yang sering lupa!
Andro memutar kemudi ke arah puncak, jika pagi jalanan ini masih cukup lancar entah kalau siang, ditambah sering diterapkannya buka tutup jalur.
Sejak SMA, Arka sudah mengajarkannya mengendarai mobil, jadi saat lulus SMA ia sudah memiliki SIM dan luwes berkendara jauh.
Ia menarik nafas jenuh, kawasan ini sudah berbeda hawa dan suasana. Pagi ini, ia akan bertemu dengan kenalannya pak Akbar.
Andro melirik jam tangan, sebagai pria berpenghasilan cukup ia tak cukup pandai menghabiskan uang, baginya nama merk semua sama saja, jika nyaman dan cocok maka ia beli dan pakai. Tak harus dengan merk ternama tertentu, harga bo xer'nya saja hanya 50 ribu itu pun momy Sha yang belikan dengan berjuang diantara para ksatria murmer Tanah Abang. Malah kebanyakan brand barang yang ia pakai adalah produk anak negri, seperti baju dan celana, seringkali ia memesan langsung pada suami sepupunya pemilik Vulcan project.
Rumah sederhana namun cukup nyaman dan bersih, tak besar tak pula kecil.
*Titt*!
Andro menekan klaksonnya sekali memberikan sinyal dan anggukan singkat dari dalam mobil. Laju mobil pelan namun terasa berguncang karena jalanan yang dilaluinya menurun dan sedikit bergelombang.
"Parkir disini saja," teriak seorang bapak dengan kemeja batik pendek dan celana bahan hitam menginterupsi. Rupanya kedatangan Andro sudah di tunggu di depan teras oleh pak Akbar.
"Bu, tolong dibuatkan kopi buat mas Andro." Pintanya memanjangkan leher ke arah dalam rumah.
"Wah, gimana mas? Macet, kejebak buka tutup jalur?"
Lelaki itu turun dari dalam mobil, dengan rambut rapi nan pendeknya ia tak perlu mengibaskan poni depan atau rambutnya seperti iklan sampo atau obat migran. Dengan mengulurkan kedua tangannya ia melemparkan senyuman sopan, "alhamdulillah pak lancar, ya macet cuma di lampu merah sama perempatan lah, biasa."
"Dari rumah jam berapa mas?" tanya nya. Ciri khas warga desa, mereka lebih sering berbasa-basi demi mengakrabkan diri.
Sepiring singkong dan ubi goreng juga kopi hitam tersaji rapi di atas meja yang terbuat dari rajutan rotan.
Andro menghembuskan nafas lelah, menghempaskan seluruh kepenatan jalanan, dengan memandang halaman depan rumah pak Akbar, induk ayam yang mengais-ais makanan serta merta mematuk-matuk tanah menjadi pemandangan langka untuk Andro.
"Diminum dulu mas, selagi masih hangat...maaf hanya jamuan seadanya,"
Andro mengangguk, "eh ngga apa-apa pak, justru saya yang minta maaf sudah merepotkan," jawabnya.
"Ah tidak mas, sambil ngopi dan istirahat...saya siap-siap dulu ke dalam mas, nanti kita langsung ke tempat..."
"Iya pak."
"Dicicip ya pak," Andro meraih gelas kopi, meskipun rasa kopi instan ini tak senikmat kopi buatannya di Route'78 tapi ia hargai itu.
.
.
.
.
.
Noted :
\*defensif : sikap bertahan, sekalipun salah tak mau disalahkan.
\* botram : makan rame-rame.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Huan
nyimak ah
2024-11-18
0
Lisa Aulia
nah udah sampai di bandung...ntar ketemu jodoh nggak nih...????!!!!...yuk lanjut lagi...
2023-06-20
6
tia
turunan pak arka ya dingin² gimana gituh bikin ciwi² klepek²....
2023-05-10
3