Ibu tak bisa untuk tak terkejut mendengar suara gedubrak disana, karena jelas ia tak tuli dan suara itu sangat kencang, mirip seperti rumah kayu tertimpa buah nangka yang jatohnya seabrek-abrek, "Allahu!" matanya segera mengedar untuk mencari dimana putrinya.
Sementara Asep beserta bawahan pak Lurah dan tim panitia pernikahan Salman segera merapikan kekacauan yang dibuat, sebelum wajah pak Lurah semakin merah karena percampuran marah dan malu, moment kamvrett itu tentu saja mencoreng citra pak Lurah dan besan. Pernikahan yang harusnya menjadi salah satu list nikahan impian di kampung Giri Mekar akan dikenang menjadi salah satu pernikahan terambyar di salah satu acara tv nasional ternama, on the sepot.
"Ya sudah, ganti baju saja dulu neng," pinta ibunya pada Desi, dan segera sanak keluarga membawa Desi ke dalam untuk membetulkan make up serta wardrobe pengantin perempuan. Padahal si perias sampe puasa buat make up'in Desi, tapi hasil karyanya malah di rusak oleh moment rusuh barusan.
Sementara Salman kini bersama pak lurah dan istri duduk di bawah podium memakai kursi pelaminan yang mendadak di pindahkan kebawah, kembali menyalami tamu sekaligus meredakan rasa terkejut, malu dan sakit barusan.
"Ya Allah ceu!" Ibu segera menghampiri Naya dan melihat keseluruhan inci kulit Naya, takut anaknya lecet.
"Kamu ngga apa-apa kan, neng?" tanya ibu dengan raut wajah khawatir, Naya menggeleng, "ngga apa-apa bu."
Belum habis dengan viralnya # nikahan ambyar, barusan. Kembali, ada sorotan seru lainnya di acara pernikahan akbar anak lurah ini.
Ciee!
Ekhem---ekhem!
Couple nih ye!
Acie-cie, gobang gocirrrr ! ! !
Deheman dan godaan menghampiri pendengaran Naya.
"Nay, udah move on nih ?!" senggol Siti, yang kembali sudah bangun dari jatuhnya. Tak ada korban dengan cedera serius disana, maklum lah anak kampung mah udah biasa jatoh-jatohan begitu, mulai dari jatoh dari pohon, jatoh ke lubang semut, jatoh cinta, jatoh harga diri sampe jatoh pasaran juga sering. Kalo cuma lecet-lecet dikit mah...ngga akan bikin langsung masuk UGD. Dijilat saliva emak juga sembuh.
Nginjek paku waktu berburu layangan putus aja ngga bikin mewek 7 hari 7 malam, tinggal dibawa ke mantri terus disembur air bening campur air saliva dukun yang abis makan jengkol, beres! Besoknya udah bisa ngambilin belut di sawah.
Agus ikut bangkit bersama anak lain, ikut sewot melihatnya. Apalagi saat Andro dan pak Akbar semakin dekat ke arah Salman dan menyalaminya dengan kalem.
So ganteng! Decih Agus.
"Cegat di jalan, Gus!" bisik Atep menatap sinis ke arah Andro, mirip natapin anak tiri.
"Pasti!" angguk Agus, "kumpulin barudak, ngga boleh ada yang ambil neng Naya dari Agus lagi, apalagi orang kota!" ia berjalan tengil ke arah Naya, seolah memberikan peringatan untuk siapapun yang ingin mendekati Naya, jika Kanaya punya mon yet yang selalu ngikutin, macam si buta dari goa hantu! Satu saingan berat sudah hilang, masa datang lagi saingan baru yang lebih berbobot! Jelas ia akan kalah telak!
"Doi belum tau siapa elu Gus!" tepuk Ujang, berucap mengelu-elukan sohibnya.
Agus mencolek hidungnya sendiri lalu menepuk-nepuk dadhanya sombong, "yeuh ! (nih!) Kenalin Agus bentar (Agus petir)!" ujarnya jumawa. Bukan tanpa alasan ia mendapatkan julukan itu, dulu waktu usia sma, ia sempat berteduh di bawah pohon asrm karena hujan disertai angin kencang dan petir bersahutan, pemuda ini pernah hampir terserempet petir macam ponari, namun ternyata Allah masih memberikan ia kesempatan hidup kedua. Meskipun pada kenyataannya, ia gunakan kesempatan kedua itu dengan kegiatan yang negatif dan unfaedah, kalo kata para ajengan sih yang kaya begitu masuk ke dalam golongan orang merugi.
"Selamat ya mas, pak!" angguk Andro sopan dan segera berlalu, lain halnya pak Akbar yang sudah berjabat tangan ria dengan pak Lurah agak lama, mirip ibu-ibu kalo di kondangan temen, ngobrol dulu ngaler ngidul.
Pandangan Salman dan Andro sempat bertemu, kemudian Salman menatap baju yang dipakai Andro merasa kenal.
Ia juga merasa jika di sudut lain pun ada baju serupa, ia mencoba memalingkan pandangan ke arah lain.
Pantas saja, Naya...
Rahangnya mengeras, mendadak gejolak panas meluap-luap, sejujurnya ia belum rela jika ada lelaki yang mendekati Kanaya, tak boleh! Kanaya harus gagal move on darinya!
Tatapan sengit ia lemparkan untuk Andro, saat Andro memilih berlalu dari sana menuju deretan makanan yang tersaji karena seruan Rezki.
"Mas Andro! Duluan aja sini!" anak itu melambai seraya memegang piring. Namun ada yang membuat Andro bingung dan salah tingkah, disana ada Kanaya yang jelas-jelas memakai batik sama dengannya.
"Aduh, kayanya gue salah pilih baju! Pak Akbar ngga ngomong lagi! Kayanya ini seragam---" mulut boleh bergumam menolak, namun langkahnya semakin mendekat hingga kini Andro tepat beberapa langkah dari Kanaya.
"Cieee! Kenalin atuh Nay!" tiba-tiba, tak ada angin tak ada hujan seorang gadis menyenggol tanpa permisi di lengan Andro begitu Andro mengambil nasi dan kemudian maju meraih sendok besar di tempat sambal goreng kentang.
"Eh!" Naya sampai membeliak melihat hal kebetulan ini, begitupun ibu. Mungkin bagi sebagian orang yang tau, mereka tak mempermasalahkan baju tersebut.
Namun kebanyakan dari mereka yang saat ini hadir tak tau menau dengan seragam itu, karena tak semua warga jadi panitia pemilu tahun lalu, mungkin juga mereka sudah lupa dengan baju para panitia saat nyoblos.
Glekk! Naya menelan salivanya sulit, ia tak percaya jika si Candi Cangkuang make batik yang sama, sudah pasti itu milik pak Akbar.
"Oh! Jadi ini orang yang janjian sama neng Naya?! Jadi dia neng, laki-laki yang lagi deket sama neng Naya?!!!" tembak Agus berapi-api, bahkan urat lehernya sampai menonjol saking emosi, Agus sampai maju untuk bersiap menyerang Andro, tapi kemudian ia dihalangi oleh yang lain termasuk Naya sendiri.
"Eh---eh--eh---eh! Jangan ribut lagi!"
"Janjian?" Andro mengerutkan dahinya sambil memegang piring berisi nasi beserta lauk makan.
"Tunggu! Ada apa ini?!" merasa tamunya ditegur orang, pak Akbar segera menghampiri dan melindungi Andro. Bukan Andro tak mau melawan, bisa saja ia memberikan pelajaran untuk pemuda jangkrik di depannya itu, tapi ia masih memiliki otak dan attitude, tak mungkin mencari masalah di desa orang. Padahal jika sekali bogem saja, ia yakin Agus langsung tersungkur sampe muntah.
"Neng, siapa si aa ini?!" tanya ibu ramah menatap Andro hangat, saking kesirepnya ibu ikut-ikutan tak ngeuh dengan batik seragam ungu yang dipakai. Naya ingin sekali menjelaskan, semua kalimat penjelasan sudah di ujung lidahnya tapi jika ia jujur maka sudah pasti ia akan malu disana, masa datang kondangan ngga modal! Kan ceritanya disini, ia pingin bikin Salman malu, bukan malu-maluin diri sendiri.
"Maaf, tapi mas Andro ini---"
"Hehehe! Mas Andro ini sodara pak Akbar dari kota atuh, kan mau bawa Naya kerja di kota ya mas?!" potong Naya cepat.
Mumpung tangannya sibuk, gadis nakal itu melangkah mendekati Andro, sekalian saja ia melingkarkan tangan nakalnya dengan cantik di lengan Andro, "maaf," nyengirnya.
"Apa-apaan?!" lirik Andro ke samping dengan tajam nan menusuk.
Bukannya takut, Naya langsung mendaratkan cubitan keras di pinggang Andro, meski terkejut Andro tak sampai mengaduh. Ngga takut mati nih bocah! Andro semakin meruncingkan matanya tajam, hey nona! Kamu mau main-main! Jika dipikir-pikir gadis ini 11 12 sama kaum hawa di rumahnya. Senang mencari masalah! Seneng cari mati dengan pria-pria serius macam dirinya!
"Mas, kenalin ini ibu Naya! Padahal tadinya mas Andro mau ke rumah loh bu, ya mas ya?!" Naya tertawa segaring ciki.
"Neng Naya!" tegas Agus.
"Apa sih!" sungut Naya melotot dengan alis menukik. Pak Akbar dan istri sampai menganga dibuatnya, benar-benar gadis ini, minta dilempar ke empang belut listrik!
"Mas udah ambil makanannya? Yu cari tempat, aku temenin makan!" ajak Naya, Andro tak bisa untuk tak menurut karena Naya sudah menarik lengannya yang sedang memegang piring penuh dengan isi nasi beserta lauknya, tak mungkin ia jatuhkan disana.
"Pak Akbar, pinjem mas Andro bentar ya!" ujar Naya.
"Bu! Aku di luar ya! Sekalian makan juga!" pamit Naya menarik Andro yang cukup kaku dan susah untuk ia geret, diangguki ibu yang kemudian ikut berlalu bersama pak Akbar dan istri.
"Sorry, bisa gimmick sebentar aja, please! Lagian suruh siapa pake baju samaan, jadi mau ngga mau kebebanin nolongin aku kan?! Nanti aku bayar deh, langkah kamu ini," mohon Naya berbisik menarik lengan Andro sedikit memintanya menunduk, masalahnya tinggi mereka berbeda cukup jauh.
"Dasar bocah gila," gumam Andro tak urung mengikuti tarikan Naya. Kemarin ia mengatai Andro dengan sebutan kacoeng orang sipit, mana pake nantang, lalu sekarang, maen peluk-peluk mana ngaku-ngaku teman dekat! Minta main-main nih bocah!
"Iya---iya aku tau aku gila, tapi ngomongnya di pojokan yuk! Sekalian aku mau minta maaf," ujarnya sewot nan ketus.
"Njirrr si Naya, lepas dari a Salman dapet yang lebih yahud! Orang kota lur!" seru Fitri buka suara diantara mereka yang masih membatu melihat kepergian sepasang punggung batik ungu itu.
"Unyu ih! Sampe couple'an gitu bajunya!" gemas Eka.
"Couple goals engga sih?!" Fitri menggigit kuku jari tangannya gemas.
"Kapel--Kapel! Prettt!" Agus geram.
"Makan dulu lah blehhh! Lapar euy!" ajak Atep.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Naja Naja nurdin
kayaknya yang pas tuh on the repot
2025-02-20
0
Land19
ampun dah
2024-10-15
0
Agustina Ema
kok aq bacany novel2 klrga Mahesa ktawa mulu kak Sin.
ada lapak buat kak Ori ga kak sin?
2024-07-25
3