Jika ada orang yang sedang heboh saat ini sudah pasti para pengiring pengantin. Hebohnya tuh ngalahin suporter Persija-Persib, dari atas sampai bawah mesti paripurna kaya Syahroni, ngalahin pengantennya. Biar dikata sendal dapet kredit juga yang penting ngga berbunyi, ...juk---nganjuk---nganjuk! (nganjuk \= barang kreditan dalam bahasa sunda)
Mereka bahkan sudah siap sejak tadi pagi untuk mengiringi Salman sambil bawa seserahan, saking antusiasnya sarapan aja di kilatin macem ekspedisi paket. Dari matahari belum nongol, dandanan sudah setebal iman para syekh, sampe-sampe bedak yang baru dibuka aja udah cekung ke dasar demi menyempurnakan penampilan hari ini, belum lagi kebaya yang disiapkan dari jauh-jauh hari dapet jahit ke tailor. Dan percayalah, saat ini mereka lebih terlihat seperti isian tampah nasi tumpeng 17an, warna-warni.
Dengan sedikit mencondongkan badannya, Asep menempelkan kertas nomor rombongan di depan kaca angkot, mirip rombongan darma wisata anak tk kalo mau ke kebun binatang. Padahal cuma menclok ke kampung sebelah aja, tapi pak Kades sampe nyewa 4 angkot rombongan demi mengangkut sanak keluarga dan para tetangga, sementara ia sendiri akan berada di mobil pribadi.
Mobil milik pribadi sang Kades pun tak ubahnya odong-odong yang ditempeli hiasan bunga, sebagai tanda jika itu mobil untuk calon pengantin.
Salman sendiri tak mau kalah, ialah raja seharinya hari ini, pemuda idaman cewek sekampung itu nampak gagah dengan stelan baju pengantin berwarna putihnya ditemani sanak keluarga dan kerabat juga tetangga lain.
Salman tersenyum puas dengan penampilannya, tak akan ada yang bisa mengalahkan ketampanannya saat ini, siapapun wanita akan bertekuk lutut padanya.
Maafin aa Nay, tapi aa mencintai kamu dan dia, kalo Nay mau....aa bisa nikahin Nay secara siri nanti. Sungguh pria yang serakah.
"Sep, Asep!" teriak pak kades dengan stelan jas yang ia sewa dari bridal teryahud seantero kota, bikin pak Kades berasa kaya tumenggung berwibawa di era kerajaan Pajajaran, ngalahin wibawanya patih raja Siliwangi.
"Mobil aman?" tanya nya, ia cukup panik dan gugup dengan situasi, entah karena terlalu excited atas pernikahan putra tunggalnya atau memiliki feeling tersendiri.
"Aman pak!" ia memberikan jempol di udara dengan mantap.
Kedua belah pihak keluarga sepakat untuk melaksanakan akad di masjid tempat Desi tinggal sementara resepsi pernikahannya akan di adakan di gedung serbaguna milik desa Giri Mekar karena ukurannya yang lumayan luas, bisa nampung tamu yang hadir, meskipun ngga sampe satu batalyon.
"Pa, psssttt!" Kanaya memanggil keponakannya seraya berbisik kaya setan. Keponakannya itu menoleh ke arah pintu dapur saaat sedang sibuk ambilin dedaunan untuknya bermain masak-masakan.
"Ceceu manggil upa?" tanya nya berlari kecil menghampiri sang tante.
"Suttthhh!" Naya menempelkan telunjuknya di mulut kecil upa.
"Enin kemana?" bisiknya bertanya.
"Lagi ke warung beli teh kemasan," jawab upa.
"Ceceu mau nyuruh upa, tapi upa jangan bilang-bilang enin?! Nanti ceceu kasih upa permen?!" tawarnya merayu.
Gadis kecil berkepang dua itu terlihat seperti berpikir, menimbang-nimbang tawaran ceceu, meskipun kemudian ia mengangguk setuju.
"Nyuruh apa?"
Kemudian Naya menarik upa lalu membisikkan perintahnya di telinga gadis kecil itu, Upa lantas mengangguk seraya tersenyum lalu berlari ke arah kamar dimana ia tidur bersama enin dan abahnya, diekori Naya.
Ia naik ke atas bangku kecil yang sudah ditariknya di depan kaca persegi dan lemari kecil di sampingnya, dimana alat make up seadanya milik ibu disimpan. Upa selalu tau kalau eninnya menyimpan alat tempur yang entah taun mana dibelinya itu, karena setiap eninnya kondangan, gadis kecil itu selalu ikut dan memperhatikan.
Sekotak eye shadow, pensil alis, bedak padat, lipstik, bedak dasar, dan blush on dibawa upa lalu diserahkan pada Naya. Senyuman lebar menghiasi wajah Naya, "makasih upa, ceceu sayang upa! Nanti permennya ya!"
"Ceceu mau ke ondangan?" tanya upa mengekori Naya ke kamarnya, gadis itu penasaran seperti apa jika Naya berdandan? Pasalnya Naya adalah gadis yang tak pernah menyentuh alat make up.
"Iya!" balasnya masih terpana dengan barang curian di tangannya, kira-kira bagaimana jika ia berdandan, akan seperti apa? Naya lantas menutup dan mengunci pintu kamar, dengan upa ikut di dalam.
Lalu kemudian ia mematut dirinya di cermin, pokoknya hari ini ia harus tampil paripurna meskipun dapet minjem make up milik ibu tadi, entah alat make up taun mana ia pun tak tau, yang jelas ia harus terlihat menawan.
Upa naik ke atas ranjang yang boleh dikatakan hampir bobrok dimakan usia milik Naya, lalu memainkan boneka-boneka yang ada diatasnya mengesampingkan outfit yang telah dipilih ceceu untuknya pergi ke kondangan, "ceceu, kalo upa mau bobo bareng ceceu boleh engga?!" tanya nya.
Naya menghentikkan gerakan tangan lalu melihat upa dari cermin, "emangnya kenapa kalo di kamar enin?"
"Sempit. Mana ada hantunya!" seru Upa, sontak membuat Naya mengernyit, "hantu? Hantu apa?! Di rumah butut gini ngga akan ada hantu atuh pa, tuh mang Arif aja kan tidur di luar, jagain upa!" jawabnya kembali melihat ke arah kotak deretan warna eye shadow, ada ungu, merah, pink, kuning, kira-kira ia akan cocok pake warna apa?
"Iya ceu. Masa upa kalo malem bobo di atas bareng enin, tiba-tiba besoknya ada di bawah pake kasur palembang. Udah gitu sering denger ranjang enin bunyi krekkk--krekkk-krekkk gitu !" pengakuannya. Fix, enin dan abah emang ngga ada akhlak, udah tua juga! Khawatir dengan kesehatan jiwa dan mental Upa, Naya mengangguk setuju, "oke! Upa bobo sini aja sama ceceu!"
Ceceu mengerucutkan bibir semerah cabenya, "kok jatohnya kaya wari a bass betot ya?" gumamnya melihat tampilan wajah cantiknya yang justru jadi mengenaskan, bahkan wari a saja jauh lebih baik dalam hal berdandan, emang dasarnya ngga pernah make up, ia hanya memakai secara asal-asalan saja tanpa teknik. Upa tergelak bukan main melihat tampilan tantenya itu, lebih mirip orang digebukin ketimbang biduan!
"Ceceu kaya badut teletubies!" ujarnya tertawa.
Ia berdecak, lalu meraih lap basah dan menghapus kembali hasil karya abstraknya, kebiasaan warnain sawah-sawahan dan bunga sepatu sejak SD makanya jadi begini hasilnya.
"Ck! Ini tuh gimana sih!" Naya mulai kesal karena berkali-kali tak bisa menemukan warna yang cocok untuk diaplikasikan di wajahnya, begitupun saat memakai pensil alis, alisnya malah jadi seperti ulat bulu. Upa tergelak kembali, "kaya sinchan!"
"Padahal ceceu lebih cantik ngga pake make up!" akui Upa. Kanaya berpikir kembali seraya menatap hamparan make up ibu yang sudah ia acak-acak di atas meja, ia harus secepatnya bersolek karena ada hal yang harus ia lakukan di pesta pernikahan Salman nanti.
*Naya bukan mau ngancurin resepsi a Salman, cuma mau kasih kenang-kenangan aja*! Ia menyeringai.
"Mas, resepsinya itu jam 11...jadi kita siangan saja datangnya," ujar pak Akbar, sementara istrinya ikut dalam rombongan pak Kades bersama dua anak terkecil.
Andro mengangguk ikut saja, pak Kades mengundang Andromeda secara khusus, saat kemarin sekertarisnya bicara jika ada orang kota yang ingin mengurus perijinan membangun cafe angkringan.
"Kalo mas Andro berkenan, bisa meminjam salah satu batik milik saya," ucapnya.
"Iya pak, makasih. Kebetulan saya ngga prepare baju buat kondangan," Andro terkekeh.
Segera pak Akbar membawa beberapa kemeja batik lengan panjangnya, "dipilih saja mas, mungkin ada yang cocok ukurannya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
aas
hidiiiih ngeri banget nih si Salman
2025-03-07
0
Land19
hantu Ranjang tuh pa.
2024-10-15
0
Elizabeth Zulfa
hantu bajak sawah ya up a 🤣🤣🤣🤣
2024-07-28
2