Akhirnya kembali ke stelan awal, ternyata nguras air mata lebih melelahkan ketimbang nguras bak, dan tentunya bikin rugi juga karena tak berbuah apapun, malu iya!
Naya menguap selebar dunia, memaksakan kelopak mata yang bengkak agar terbuka demi bisa melihat dunia yang masih gitu-gitu aja, masih dipenuhi orang-orang yang butuh duit, masih dipenuhi orang-orang yang haus akan kasih sayang. Pagi ini ia harus bangun, minta ampun dan tobat pada yang Maha Kuasa karena kemarin sudah memiliki niatan untuk mengakhiri hidup. Lalu apa yang akan ia lakukan hari ini, apakah ia harus bertanya pada Dora, peta ataukah rumput yang bergoyang?
Pagi sekali ibu sudah bikin dapur ngebul, bukan karena membakarnya tapi memasak nasi beserta teman-teman dan kerabatnya. Arif sudah bersiap dengan seragam batik yang terlihat semakin pendek untuknya, kata ibu sih mau beli tapi nanti jatuhnya mubadzir wong cuma tinggal setahun lagi sekolah SDnya, rambutnya disisir rapi ke arah kanan. Upa saja yang tak memiliki pekerjaan, pagi-pagi sudah sibuk recokin ibu di dapur lalu Naya sendiri?
Recokin hidup orang!
Sudah sejak 2 tahun yang lalu lulus SMA namun belum juga bekerja, yang ada malah jadi tanggungan bapak dan ibunya, bikin beban terus setiap hari. Padahal teman sebayanya jarang yang lulus hingga SMA, kalau tidak SD ya SMP. Rata-rata dari mereka sudah menikah dan mengasuh anak dari buah pernikahannya, meski sang suami hanya bekerja seadanya tapi setidaknya mereka sudah tidak menjadi beban keluarga, definisi cinta tak bersayarat yang penting bisa makan bareng, aa sama neng meski sepiring berdua. Dan sebagian besar lainnya bekerja sebagai buruh pabrik atau TKW seperti kakak Naya, teh Marni.
Jika dulu Naya menjadi kebangaan keluarga karena mampu lulus sampai SMA, maka sekarang ia selalu jadi buah bibir masyarakat, tetangga-tetangga julid dengan kekuatan nyinyir yang super nyelekit.
Masih belum bekerja?
Belum menikah?
Masih jadi beban keluarga?
Masih mimpi jadi anak kuliahan?
Dan yang lebih parah adalah, udah bangun belum? Udah ngaca?
Lalu apakah salah impiannya itu? Mimpinya tak muluk-muluk bagi sebagian orang yang berpikiran modern, namun tidak dengan warga tempatnya tinggal.
Naya keluar dari kamar, ia menunduk dalam. Rupanya ia masih memiliki rasa malu, saat langkahnya memasuki dapur sontak saja para penghuni disana menoleh bersamaan.
"Ceceu! Upa mau dibikinin babalonan dari kembang sepatu! Ceceu matanya kenapa, dikencingin kecoa?" tanya upa cerewet, tangannya refleks menutupi mata yang masih terlihat bengkak.
Dikencingin anak Kades !!! Mata Naya mendelik.
Arif tertawa melihat kakaknya bermata bengkak seperti habis disengat lebah, "bukan pa, kalo segede itu kayanya mata ceceu abis di kencingin kuda," jawab Arif, Naya mendelik tajam pada adiknya itu.
Bapak yang sedang menyeruput kopi hitamnya menaikkan alis ketika Naya melintas, "sampai kapan mau begitu terus Nay, bapak sudah bicara dengan kenalan teman bapak. Dia kepala bagian di pabrik Kinoy's katanya bisa bantu kamu masuk tanpa harus masuk uang."
Ibu sampai mematikan kompornya mendengar ucapan bapak, ia lantas menarik kursi di samping bapak.
"Siapa pak, pak Agung?" tanya ibu antusias, sementara Naya melengos ke arah kamar mandi. Ia sungguh tak ingin mendengar nama itu dari mulut bapak. Bukan apa-apa, si duda beranak 2 itu selalu ada udang di balik sapo tahu. Tua-tua talas bogor! Gatel!
"Ceu! Kamu dengar tidak, bapak bilang apa?!" teriak ibu.
"Denger," balasnya singkat. Alhamdulillah di usia segini pendengarannya masih berfungsi.
"Ceceu mau kerja ya nin?" tanya upa.
"Kamu ke ruang depan dulu ya. Kalo orangtua lagi ngomong jangan kobe (kokolot begog)!" warning ibu pada upa membuat cucunya merengut. Tak ada lagi pemandangan yang memanjakan mata disini, selalu sama....Arif yang menyendok nasi lebih dari satu centong meraup lauk makan paling banyak diantara anggota keluarga lain, dengan alasan anak jantan makannya paling banyak.
Naya duduk di gawang pintu dapur, karena dapur mereka tak memiliki banyak bangku layaknya ruang makan kerajaan romawi yang dari ujung ke ujung meja saja mesti telfonan atau panggil pelayan. Hanya dua bangku kayu lama yang cuma menunggu waktu saja untuk bobrok itupun di duduki ibu dan bapak, sementara Arif membawa sepiring mentung sarapan plus makan istirahatnya ke ruangan depan berteman segelas air putih. Ibu kembali duduk setelah menyendokkan sarapan untuk upa, gadis kecil itu tanpa manja membawa sepiring plastik nasi dan lauk sarapan paginya bergabung dengan Arif. Keadaan yang membuatnya mandiri.
Tatapan Naya masih nyalang ke arah kaki kursi yang sudah mendapatkan pen tulang, kaki-kakinya tidak ada yang mulus, rata-rata sudah diperban oleh tali dan sanggahan kayu lain untuk menopang daya tahan.
"Ceceu mau kerja bu, pak. Tapi tidak dengan bantuan teman bapak," tolaknya.
"Ceu!" nada bicara bapak tinggi membuat kedua anak di depan sempat melirik ke arah dapur, tapi kemudian mereka kembali melanjutkan sarapannya, bagi keduanya sudah biasa melihat perdebatan antara Naya dan kedua orangtuanya yang selalu berbeda persepsi. Hingga pada akhirnya ceceu'lah yang dimarahi dan ngeleor berlalu masuk kamar.
"Masuk kerja ke pabrik tuh sekarang susah! Harus punya modal awal dulu, kamu punya duit?! Kamu tau sendiri bagaimana keadaan bapak sama ibu, buat biaya hidup saja kadang harus dibantu teh Warni! Sebentar lagi Arif masuk smp, anak laki-laki minimalnya harus sampai SMA biar bisa kerja di pabrik atau kota, karena kelak dia bakal jadi kepala rumah tangga! Sementara kamu, ujung-ujungnya perempuan itu dapur, yang penting sekarang itu kamu punya suami yang cukup buat nafkahin kamu, jadi perempuan ngga usah muluk-muluk! Udah bisa hidup dinafkahin aja udah untung," jawab bapak, membuat alis ceceu mengerut...lalu apa gunanya ibu Kartini menyamakan hak perempuan agar bisa sama dengan lelaki? Masa habis gelap terbitlah hujan badai?!
"Sudah bagus pak Agung mau bantu kamu, bapak sampai lobi dia biar mau bantu kamu!" bapak menyeruput kembali kopinya yang hampir dingin, sementara ceuceu kembali menelan salivanya sulit, selalu kalah jika bicara masalah materi.
"Bapak lobi sampai mulut berbusa cuma buat bikin ceceu jadi karyawan pabrik udah gitu cuma jadi operator? Buat apa pak? Ceceu bisa cari kerja, tapi ceceu minta bapak sama ibu sabar dulu,"
"Sampai kapan?! Sampai bapak ngga punya umur lagi buat rasain gaji kamu?!"
Ceceu tersentak dengan ucapan bapak, begitupun ibu. Disini ialah yang selalu makan hati mana minumnya bukan teh botol sasro makin mual, yang ibu lakukan hanya melengos berlalu ke arah dalam rumah menghampiri Arif dan Upa.
"Atau kamu mau jadi tkw, seperti tetehmu?" tanya bapak.
"Lalu tiba-tiba datang kesini dengan membawa perut besar tanpa bapak dari anak itu?! Bawa aib!" tanya nya meledak, membawa serta kesal yang sudah jadi mendarah daging dan mungkin akan terus jadi penyesalan.
Matanya tak bisa untuk tak berair.
Ibu segera meraih tas Arif, meski bocah kelas 5 SD itu belum selesai makan sepenuhnya.
"Cepet siap-siap, ibu mau bantu di rumah pak Kades sambil bawa upa. Biar perginya bareng!" ucap ibu tanpa mau melihat Arif ataupun upa.
"Tapi enin, upa belum selesai makan." jawab gadis berwajah blasteran arab.
Naya mengepalkan tangannya kuat-kuat mendengar omelan bapak, karena selalu topik yang sama yang menjadi masalahnya setiap saat.
"Liat orang lain, mau masuk saja sampe datangin rumah pak Agung bawa-bawa singkong satu karung, beras, tetap saja susah! Tapi kamu, tidak usah membawa apa-apa dengan sukarela dia mau bantu," pria berambut yang sudah setengahnya putih itu begitu keras kepala.
"Bapak salah, dibalik bantuan tanpa meminta apa-apa, beliau sudah menyiapkan perangkap lebih besar," Naya hanya bisa meloloskan nafasnya berat, menyudahi perdebatan yang percuma saja, karena tak akan menemukan titik temu. Sebagai anak ia akan selalu salah di mata bapak.
"Kasih Naya waktu sampai bulan depan, Naya pasti kerja...tanpa harus bapak marah-marah sampe bawa-bawa asal usul upa," gadis itu berlalu meninggalkan bapak ke arah kamarnya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Land19
kasian juga si nay..
sabar nay
2024-10-15
0
Lia Bagus
ya ampun upa bisa aja ngeledek nya 😅😅
2024-04-02
4
Queen Mehrunnisa
sabar ya Naaay...nanti ketemu aa Andromeda ,kelar satu masalah hidupmu 😁😁😁
2023-09-27
2